Share

Bab 411: Buah Aneh

Penulis: mrd_bb
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 12:00:41
Kalau menurut akal sehat, pastilah si Putul akan tewas terjungkal ke jurang yang sangat dalam dan tak terlihat dasarnya dari atas tersebut.

Namun semua nyawa itu bukan manusia yang menentukan, tapi Tuhan Yang Maha Esa, kalau belum saatnya mati, ada saja jalannya untuk selamat.

Dan…begitu juga dengan si Putul alias Pendekar Cabul ini.

Saat melayang jatuh dan terjatuh ke jurang dalam kondisi pingsan, tak di nyana tubuhnya nyangkut di sebuah dahan yang sangat alot batang dan rantingnya.

Guncangan keras terasa saat tubuh besarnya jatuh menimpa ranting pohon berdaun lebat dan ada buahnya berwarna merah tua ini.

Tubuh pingsan si Putul tertahan di sana hingga malam hari dan berlanjut hingga matahari mulai bersinar pada keesokan harinya.

Menjelang sore, pelan-pelan mata si Putul mulai membuka, terlihatlah dinding jurang yang berupa bebatuan cadas serta langit biru di atasnya, sinar matahari menimpa wajahnya, hingga sesaat si Putul silau dan terpaksa memejamkan matanya.

“Di mana aku…apakah aku
mrd_bb

BERSAMBUNG

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 412: Tak Sengaja Terdampar di Gua Tempat Japra Jatuh

    Akhirnya si Putul sampai juga, ternyata ini sebuah ruangan luas yang datar dan saat si Putul melangkah, dia kaget, ternyata di ujungnya kembali ada jurang menganga.Si Putul pun duduk menjuntai di bibir jurang ini, sambil ngemil buah yang sebelumnya dia petik.“Ternyata ujungnya sama saja, jurang juga,” batinnya mulai putus asa lagi. Putul belum percaya diri untuk terjun ke bawah jurang, walaupun dia sakti, tapi...kakinya hanya satu?Dia malah termenung saja memikirkan sepak terjangnya selama 1,5 tahunan ini. Sampai berjam-jam dia termangu.Lalu si Putul melangkah ke tanah datar tadi menjauhi bibir jurang, karena hari mulai malam dan angin berhembus sangat kencang, dingin pula.Begitu sampai di sini, dia lega, tempat ini lumayan hangat dan dan kini dia harus membiasakan matanya lagi di dalam gelap.Saat cuaca belum terlalu gelap, matanya melihat sebuah tulisan yang lumayan rapi di dinding gua ini, Putul pun bangkit dan menatap tulisan itu.Merasa kurang terang, dia melihat-lihat rantin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-12
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 413: Makin Mendalam

    Kita tinggalkan dulu si Putul yang kini berlatih sangat keras siang dan malam, berdasarkan kitab Pusaka Bukit Meratus yang tak sengaja ia temukan.Sehingga kesaktiannya makin hebat saja, tapi nafsu gilanya pada perempuan malah turun drastis.Kita kembali ke tokoh satunya, Pangeran Daha, yang kini asyik siang dan malam mereguk cinta bersama Putri Nia.Kebalikannya dari si Putul, nafsu Pangeran Daha lagi tinggi-tingginya.Sejak belah duren, keduanya malah semakin larut dalam manisnya cinta, kini keduanya dengan kesadaran penuh memadu cinta siang dan malam.Jebakan Pendekar Gledek malah bikin keduanya makin lengket dan bucin saja.Anehnya, semenjak selalu bercinta, kekuatan tenaga dalam Pangeran Daha justru meningkat makin hebat.“Astagaaa…kenapa jurus-jurusku makin hebat setelah menggauli Putri Nia?” batin Pangeran Daha hera, tapi kini bersorak gembira.Sehingga kadang di waktu senggang, setelah puas bercinta, Pangeran Daha berlatih silat dan bikin Putri Nia berdecak kagum, melihat hebat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 414: Kepergok Saat Bersama

    Hasil latihannya selama 3 bulanan ini, seperti hasil latihan 3 tahunan saja, sebab semua jurus yang di ajarkan Pangeran Daha, mudah sekali di hapalkannya, lalu di praktekan melalui latihan rutin.“Ba-baginda…pa-prabu!” terdengar suara Putri Nia terbata, tentu saja dia kenal betul siapa pria tua tampan ini, tubuhnya mendadak menggigil, keluar keringat dingin.Sebab pria setenga tua itu adalah Prabu Japra...!Tanpa basa-basi lagi, Putri Nia langsung bersimpuh di tanah dan tak berani angkat wajahnya.Suuttt….tiba-tiba Pangeran Daha sudah berada di dekat Putri Nia.“Sayanggg….kok kamu bersimpuh?” tanya Pangeran Daha heran sendiri, walaupun punya kesaktian hebat, dia pun sama. Tak menyadari kehadiran Prabu Japra, yang menandakan hebatnya kesaktian maharaja Muara Sungai ini.Terdengarlah deheman pelan dan saat menoleh, hampir copot jantung Pangeran Daha, ayahandanya kini sudah berada di depannya dari jarak 10 meteran.“A-ayahanda…!” dengan suara terbata Pangeran kini bak tak ada tulang lagi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 415: Padepokan Ular Hitam Muncul Lagi

    Sejak Ki Boka yang sepuh di tewaskan kelompok jahat, Padepokan Ula Putih seolah kembali ke jati diri awal, saat di pimpin Ki Palung, menjadi padepokan yang sangat jahat dan sepaka terjangnya menakutkan.Padepokan ini bahkan sudah merubah namanya kembali jadi Padepokan Ular Hitam.Dan orang yang jadi pemimpinnya adalah, Ki Rawa. Seorang kakek yang sangat sakti mandraguna yang juga terkenal kejam.Dia adik dari Ki Birawa, sekaligus musuh Prabu Japra, yang dulu hampir menewaskan sang maharaja ini, karena secara curang membawa 2 temannya yang sangat sakti untu keroyok Prabu Japra tersebut.Namun nasib Prabu Japra saat kritis tertolong secara kebetulan oleh Pendekar Putul, yang akhinya si Putul malah di beri jurus hebat, yakni Jurus Lintah dan diangkat jadi murid Pendekar Bukit Meratus ini.Setelah kekalahan itu, Ki Rawa tak sengaja bertemu Pendekar Gledek dan mereka lalu berkomplot, untuk ambil alih Padepokan Ular Putih dan berhasil tewaskan Ki Boka."Kita akan bangkitkan lagi Padepokan Ul

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16

Bab terbaru

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 424: Ikut Selidiki Padepokan Ular Hitam

    “Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 423: Penolong Pangeran Daha Ternyata..?

    Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 422: Pangeran Dari Kerajaan Loksana

    Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 421: Serang Pemuda Asing

    “Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 420: Bertemu Putri Dao

    Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 419: Jadi Tawanan Murid Pendekar Gledek

    Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 418: Dua Kembar Rubah Binal

    Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 417: Ke Anehan Sang Temanggung

    “Begitulah baginda pangeran, dalam waktu yang amat singkat, kelompok Ular Hitam pimpinan Ki Rawa dan Pendekar Gledek sudah memiliki ribuan pengikut, ini sungguh di luar dugaan!” kata Agu si Pendekar Pemarah.Yang tak ragu ceritakan hasil penyelidikan mereka berdua dengan Palo si Pendekar Pisau Sakti selama 2 mingguan ini.“Hmm…berbahaya sekali, apalagi ini masuk wilayah kerajaan Muara Sungai, kita harus segera hentikan gerakan ini, aku yakin ini akan menjadi cikal bakal gerakan pemberontakan,” cetus Pangeran Daha tanpa tedeng aling-aling.Palo menambahkan kisah Agu, sudah banyak pendekar golongan putih yang coba hadapi kelompok Ular Hitam ini.Karena sepak terjang kelompok ini sangat meresahkan dan tak segan merampok desa-desa terdekat dari padepokan kelompok ini.“Tapi banyak rekan kita yang tewas dan luka-luka berat!” sela Agu, sambil hela nafas.Palo pun membenarkan ucapan sahabatnya ini, bahkan mereka beberapa kali bentok dengan kelompok jahat itu, yang kedapatan merampok dan mencu

  • Pendekar Bukit Meratus   Bab 416: Serangan Gelap

    Saat akan menyahut, rekannya langsung menepuk lengannya, sehingga pria setengah tua ini langsung, tidak jadi menyahut ejekan wanita berbaju hitam tersebut.Kedua orang ini terdengar bicara perlahan, tapi Pangeran Daha tahu apa yang mereka bicarakan. Dengan kesaktiannya, dia menguping apa yang diomongkan dua orang ini.“Pendekar Pemarah, kita ke sini hanya menyelidiki soal Padepokan Ular Hitam yang makin merajalela, Ki Roja alias Pendekar Budiman, bahkan Ki Samonang minta kita jangan buat ulah,” bisik rekannya.Mendengar percakapan ini, Pendekar Daha langsung paham, kedua orang ini bukan penjahat, tapi sebaliknya, kelompok golongan putih, yang sedang dalam misi menyelidiki Padepokan Ular Hitam yang makin lama makin meresahkan ini.Tentu saja dia kenal baik siapa itu Pendekar Budiman, yang juga sahabat baik ayahandanya.Apalagi Ki Samonang, tokoh pendekar tua yang sangat sakti dan salah satu anggota 3 Pendekar Golok Putih yang sangat kesohor tersebut.Kini Pangeran Daha malah akan bersia

DMCA.com Protection Status