BERSAMBUNG
Sudah dua bulan Pendekar Mabuk dan Putri Kalia berputar-putar mencari putri mungil dan cantik mereka, tapi sampai kini selalu gagal.Sudah tak terhitung pula kaum begal dan perampok yang mereka hajar dan tanyainya, jawabannya semua nya tak ada yang tahu keberadaan si kakek aneh itu dan putri mereka tersebut.Amukan pasangan suami istri sakti ini membuat nama keduanya makin melambung sebagai pendekar sakti mandraguna dan pastinya makin bikin ngeri penjahat dan kaum golongan hitam.Pendekar Mabuk dengan sabar selalu hibur istrinya yang sering mewek kalau malam hari, ingat Putri Dao yang tak tentu rimbanya ini.“Sayang, bagaimana kalau kita berkunjung ke Kerajaan Hilir Sungai, ini sudah dekat dengan kotaraja, siapa tahu di sana kita akan dapat info soal anak kita!” ajak Pendekar Mabuk, sekalian ingin hibur istrinya ini kotaraja yang ramai dan pastinya makin maju tersebut.Putri Kalia hanya mengangguk dan suami istri rupawan ini sampai juga di kotaraja kerajaan Hilir Sungai.Pendekar Mabuk
Setelah berada di Istana Hilir Sungai selama 2 mingguan, bahkan sempat bertemu Ratu Reswari yang tetap awet cantik, hingga Putri Kalia kagum bukan main.Pendekar Mabuk dan Putri Kalia pamit dan kini lanjutkan perjalanan menuju ke Kerajaan Muara Sungai, sambil terus mencari tahu keberadaan putri mereka.Karena sudah plong setelah Prabu Harman turun tangan, otomatis kedua suami istri ini kembali mesra dan setiap malam selalu bermesraan, seolah-olah ini bulan madu kedua lagi.“Sudah lama aku nantikan momen itu, masa suami dianggurin mulu,” goda Pendekar Mabuk sambil mengecup bibir istrinya di sebuah penginapan, wajah Putri Kalia langsung memerah dan tersenyum manis.Sambil terus lanjutkan perjalanan menuju ke kerajaan Muara Sungai, mereka seolah jadi ‘remaja’ lagi, tiada hari tanpa bercinta.Hasilnya, tepat saat mereka tiba di kotaraja Muara Sungai, atau dua setengah bulan kemudian, Putri Kalia muntah-muntah tanda ngidam dan kedua suami istri ini lega, Putri Kalia hamil lagi anak kedua,
Dan jawaban itu semua terlihat jelas, setelah Pangeran Boon Me berada di depan padepokan merangkap tempat tinggalnya.“Hehehe…hei liat ada pemuda rupawan dan wanita jelita, ehh dia bawa bayi, kita rampas bayinya, buat kita ambil darah murninya, lalu wanita jelita ini kita jadian gundik dan lelaki tampan ini…hemm…kita bunuh saja.” terdengar suara seorang pria kurus jangkung dan rekannya yang perutnya bulat kayak gentong.Pangeran Boon Me dan Putri Kalia tentu saja bengong dan kini marah bukan main, baru pertama kali mereka bertemu dua orang aneh ini, membajak padepokan mereka lagi.“Hmm…siapa kalian manusia-manusia aneh, berani sekali kalian menempati padepokanku…!” kata Pendekar Mabuk menahan kegeraman di hatinya.Rupanya ini penyebabnya, padepokannya di kuasai orang jahat, setelah lebih setahun dia tinggalkan bersama istrinya.“Ho-ho…gede juga bacotnya, semua ahli-ahli silat di sini sudah kami hajar dan kami usir, eh si pemuda rupawan ini malah petentang-petenteng,” kali ini si perut
Retur yang Pangeran Boon Me lakukan ternyata jauh lebih cepat dari pukulan si Kurus dan si Gentong.Cappp…bukkk….keduanya langsung bergulingan, lengan si gentong tertusuk 3 jarum sekaligus, dan tubuh si kurus melayang bak daun kering.Keduanya langsung bersemedi, tak peduli dengan Pangeran Boon Me.Saat Pangeran Boon Me akan binasakan keduanya, ia kaget saat melihat Ki Sia jatuh terguling ketika keluar dari padepokan ini lewat pintu depan.Bak kilat dia mendekati Ki Sia dan langsung menolong salah satu murid utamanya ini, dengan menempelkan lengannya ke dada Ki Sia.Tapi itu sia-sia, nafas Ki Sia tetap kembang kempis. “Heii bangsat kalian berdua berhenti,” bentak Pangeran Boon Me, saat melihat kedua musuhnya ini ingin pergi dari sana.Si Kurus dan si Gentong yang terlihat sempoyongan otomatis berhenti. “Apa yang mau kamu lakukan Pendekar Mabuk, kami sudah kalah,” sahut si Kurus dengan wajah kuyu, tapi matanya perlihatkan dendam kesumat pada pendekar ini.“Berikan obat penawar buat muri
Semua juga tahu, siapa adanya Pendekar Mabuk, yang merupakan keturunan langsung Prabu Japra dan adik dari Prabu Harman.Kita tinggalkan dulu Pangeran Boon Me yang kini makin tenang dan nyaman bersama keluarga kecilnya dan murid-muridnya.Kita ikuti perjalanan anak Putri Alona dan Prabu Harman, yang terlahir cacat, karena kedua orang tuanya bersaudara.Sejak lahir bayi malang ini tidak memiliki kaki kanannya hingga sebatas lutut. Perbuatan ‘inces’ Putri Alona dan Prabu Harman membuat keturunan mereka terlahir cacat.Inilah yang membuat Putri Alona stress dan menyerahkan anaknya pada Nyai Rombeng, neneknya untuk di pelihara di padepokan Mawar Merah.Tak ada yang tahu kecuali Nyai Rombeng dan Permaisuri Dehea soal kehamilan Alona ini. Mereka tak menyalahhkan Alona yang bergaul bablas dengan Prabu Harman.Tuh andaikan mereka tak bersaudara, bisa jadi Permaisuri di Hilir Sungai ini Alona pastinya, apalagi Ratu Reswari sudah beri lampu hijau, pikir keduanya.Permaisuri Dehea dan Nyai Romben
Pendekar Gledek setuju, dia bahkan tak ragu mencukupi kebutuhan apapun ke inginan si ibu muda yang di culiknya ini.Entah kenapa, semakin melihat perkembangan si Putul, hati Pendekar Gledek makin sayang saja dengan bayi cacat ini.Mendapat ASI, bayi si Putul pun tumbuh sehat dan badannya makin montok saja dari ke hari-hari.Bahkan kurang dari setahun, si Putul sudah bisa berjalan, dengan menotol-notolkan satu kakinya ke tanah di bantu tongkat kecil yang di buatkan si ibu susunya ini.Si Putul bahkan tak pernah kesepian, anak Bik Loli yang sebaya dengan si Putul jadi teman bermainnya setiap hari.Kebalikannya dengan wajah si Putul yang makin hari makin tampan, anak bik Loli justru biasa-biasa saja, malah makin kocak dan...tubuhnya malah tak mau meninggi, alias agak cebol.Sehingga lucu melihat dua anak ini, yang satu tampan sekali bak cewek, tapi kakinya cacat, yang satu nya berwajah kocak dengan tubuh sulit meninggi.Sehingga lama-lama si ibu susu si Putul, panggil anaknya sendiri deng
Makin bencilah dia dengan Putri Alona dan Prabu Harman, kedua ayah dan bundanya, yang aslinya bersaudara ini.Gara-gara itu pula, si Putul luar biasa rajinnya berlatih silat di bawah bimbingan Pendekar Gledek, seluruh ilmu-ilmu gurunya ini dia serap dengan baik.Jurus Halilintar, lalu jurus Mega Halilintar dan yang paling hebat, jurus Usap Halilintar dia kuasai dengan baik.Dan tentu saja gerakannya bak kilat, yang di namakan Pendekar Gledek jurus kaki tunggal yang paling hebat.Dia dengan mudah bisa berpindah dengan cepat dari satu titik ke titik lainnya. Jurus ini mirip Jurus Mengejar Angin milik Pendekar Mabuk, yang di pelajari pendekar itu dari nenek si Putul sendiri, Permaisuri Dehea.Akhirnya, setelah si Putul berusia 15 tahunan, seluruh kesaktian Pendekar Gledek sudah si Putul kuasai. Cukup dia latih dan matangkan, maka Si Putul dapat dipastikan sangat sakti mandraguna, melebih gurunya sendiri yang makin sepuh dan lemah ini.Wajahnya sangat tampan, mirip wajah ibunya, Putri Alon
Dia merasa ada hawa panas dan dingin yang menerjang dirinya. Si Putul pun cepat-cepat kerahkan kesakitannya, halau hawa yang tak wajar ini.“Siapakah si kakek yang masih tampan itu dan siapa 3 orang musuhnya ini?” batin si Putul penasaran sendiri, matanya tak lepas menatap pertarungan mendebarkan ini.Orang yang di sebut si Putul juga sempat heran melihat ada remaja cacat kakinya, tak terpengaruh pertarungan tenaga dalam yang sangat dahsyat ini.Kalau orang biasa pasti pingsan bahkan langsung tewas, seandainya berada di dekat pertarungan yang gunakan tenaga dalam dahsyat ini.“Siapa pemuda cacat itu,” batin si kakek yang masih terlihat tampan ini, yang tak lain dan tak bukan, Prabu Japra-lah orangnya.“Saatnya kamu mati Pendekar Bukit Meratus, dendam puluhan tahun akan kita tuntaskan hari ini juga,” kata salah satu musuh Prabu Japra, dia lalu berteriak dahsyat dan tambah lagi kekuatan tenaga dalamnya.Ketika memandang si Putul itulah, Prabu Japra lengah dan terdesaklah pendekar bukit m
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak y
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini meng
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb