BERSAMBUNG
Tengah malam…!“Mahaguru bersiaplah, kami akan salurkan tenaga dalam ke tubuh mahaguru,” bisik si Codet.Para penjaga tidak ada yang berjaga di ruangan ini, semuanya menunggu di luar dan merasa aman, karena keempatnya dianggap sudah ‘lumpuh’ dan tak berdaya.Pendekar Mabuk membuka matanya dan mengangguk. Lalu ke 3 nya menempelkan tangannya ke punggung Pendekar Mabuk dan pelan-pelan mulai ada hawa yang masuk ke tubuh pendekar ini, semakin lama semakin panas.Asap tipis keluar dari ubun-ubun pendekar ini, semakin lama semakin ‘keras’ ketiganya salurkan hawa sakti tersebut ke punggung pendekar ini.Pendekar Mabuk pun tersenyum dalam hati, hawa sakti ini seolah membuka saluran syaraf dan darahnya, perlahan tapi pasti kini tangan dan kakinya mulai bisa di gerakan.“Cukup, kalian semedi lagi kumpulkan hawa sakti sekarang juga,” bisik pendekar ini dan ketiga anak buahnya langsung berbinar, saat Pendekar Mabuk dengan santainya cabut ke dua jarum di bahunya.Racun yang ada di jarum ini telah mu
Pendekar Mabuk dan Triok Golok Hitam kini di beri pakaian yang sangat bagus, pengganti pakaian mereka sebelumnya biasa-biasa saja.Tak henti-hentinya mereka bertiga bangga, karena pakaian mereka mewah dan pastinya ‘aura’ gembel mereka lenyap. Pendekar Mabuk pun sampai bilang, mulai detik ini, mereka harus begitu."Ini ciri khas kalian, trio golok hitam," puji pendekar ini, hingga ketiganya 'bungah' sendiri. Ketiganya terlihat tampan dan tak kalah dengan pemuda-pemuda di sini, yang jadi anak buah si Banci.Sedangkan Pendekar Mabuk jangan di tanya lagi, ketampanan pendekar ini bikin iri Sawon dan juga Bihi, apalagi Pendekar Mabuk mendadak jadi idola seluruh murid wanita si Banci, yang kini makin bertambah banyak berdatangan.Hampir 60 an orang turut bergabung di sini, sehingga tempat ini makin ramai saja. Tapi si Banci alias Ki Hiring malah bak melihat bidadari turun dari empang, bila menatap pendekar tampan ini.“Dyehh gantengnyaaaa…bikin atiku kebat-kebit ajee,” kata si Banci, setia
Semua informasi ini di dengarkan Pendekar Mabuk dengan seksama, benar-benar bikin si pendekar ini geleng-geleng kepala. Dan tak habis pikir dengan rencana besar si Pendekar Gledek tersebut.Kepalanya mendadak pusing juga, mumets sekali di balik rencana pembunuhan putra mahkota ini. Cerdik, licik dan sangat berbahaya sekali rencana Pendekar Gledek ini.Terutama kalau benar Prabu Harman dan Prabu Japra hadir, bisa jadi keduanya akan di fitnah dan bakal di dikeroyok puluhan ribu pasukan kerajaan Loksana, yang pastinya bakalan marah dan ngamuk kalau sampai raja dan putra mahkotanya di bunuh di Istana mereka.“Hebat sekali siasat mereka, berarti sayembara itu hanya akalan-akalan, niatnya ingin bunuh Pangeran Hata. Tapi aksi itu gagal setelah aku hajar para pembunuh bayaran itu dan malah buru-buru di bunuh Ki Jarni, untuk hilangkan jejak?” kata Pendekar Mabuk dan diiyakan ketika anak buahnya ini.“Betul sekali Mahaguru, untung mahaguru lebih cerdik dan tak ngamuk minggu yang lalu, kalau ya,
Karena ini sangat berbahaya, Ki Balo dan Luna lalu ajak Pendekar Mabuk untuk diam-diam bertemu Pangeran Hata di istana milik sang putra mahkota di malam hari, agar kedatangan pendekar ini tak menyolok.Mendengar kisan Pendekar Mabuk, Pangeran Hata langsung geleng-geleng kepala dan menghela nafas panjang.Dia pun tentu saja sangat kaget dan tak mengira kalau segini bahayanya kerajaan saat ini dan nyawanya dalam bahaya.“Soal panglima perang ini memang sudah lama aku ketahui, sepak terjangnya memang sangat berbahaya, juga dialah salah satu otak yang juga selalu menolak damai dengan dua kerajaan tetangga itu…makanya ayahanda Prabu berniat ganti dia dengan aku,” kata Pangeran Hata blakan-blakan, ceritakan soal alasan di balik rencana pergantian panglima perang yang bernama Jenderal Alo.“Baiklah baginda pangeran, hamba akan tetap pura-pura di kelompok Pendekar Gledek cs, untuk bergerak dari dalam,” janji Pendekar Mabuk.Pangeran Hata sangat senang, dia bahkan sampai memeluk pendekar ini da
“Siapakah kamu sebenarnya..?” Tanya Pendekar Mabuk sambil menatap orang bercadar ini, yang di yakininya seorang wanita.Urat-urat syaraf di tubuhnya mulai menegang, ia tak bisa menebak, siapa orang aneh ini dan apa tujuannya menemuinya saat ini.“Aku mau tanya…apakah kamu benar-benar menyukai Putri Tidar?” si cadar ini malah balik bertanya, hingga pendekar ini kaget bukan main.Selain pertanyaan itu terkesan aneh…suara orang bercadar ini, mengingatkannya pada seseorang nun jauh di Neger Thai sono.Pendekar Mabuk tentu saja terheran-heran, apa maksudnya orang bercadar ini bertanya soal Putri Tidar.“Kalau kamu tanyakan itu…jawabannya tidak!” sahut Pendekar Mabuk tanpa tedeng aling-aling. Matanya kini makin tajam, seakan ingin jenguk isi hati wanita bercadar ini.“Hmmm kenapa? Dia kan cantik, tubuhnya bagus, ahli silat hebat lagi, kurang apa? Lagian kamu bilang ingin jadikan dia istri…?” desak si cadar ini, hingga makin ‘ngaco’ saja pikir Pendekar Mabuk.“Huhh kamu tau apa soal hatiku,”
“Putri…Kalia…ceritalah kenapa kamu ada di sini, apakah ayahmu tahu kamu di sini? Juga kenapa kamu menyamar jadi Putri Tidar, terus kenapa sampai adakan sayembara cari jodoh segala?” Pendekar Mabuk langsung saja bertanya.“Kok kamu tak tanya, apa alasanku sampai rela jauh-jauh ke sini” pancing Putri Kalia, tak gubris pertanyaan Pendekar Mabu, lalu diapun…tersenyum, manis sekali senyum ini, apalagi kedua pipi Putri Kalia kemerah-merahan."Amboii...cantiknyaa..?" batin Pendekar Mabuk.Senyum yang bikin Pendekar Mabuk tak bisa move on sampai kini pun tersungging di bibirnya dan bikin pendekar ini gemes, sejak Putri Kalia masih menyamar jadi Putri Tidar, dia sebenarnya sudah geregetan dengan bibir itu, sebab ingatkan dia dengan Putri Kalia yang ternyata aslinya memang wanita ini.“Hmm…iya apa alasan kamu ke sini?” tanya Pendekar Mabuk ini lagi.“Karena aku butuh kepastian atas janji seseorang yang ingin menikahiku…hmm…tak tahu malah ikutan sayembara segala, lelaki macam apa itu? Mana main
“Tau nggak, setelah dengar sepak terjang kamu, aku jadi penasaran sendiri, makanya aku sengaja iya-iya saja tahu ada sayembara ini, aku yakin kamu pasti muncul, ehh benaran, tapi kamu emank pemuda biawak, natap aku saat masih nyamar kayak natap anak ayam saja, dasarrr!” tanpa ragu Putri Kalia langsung cubit paha Pendekar Mabuk dan…cupp, bibir Pendekar Mabuk langsung mengecup bibir Putri Kalia.Sesaat keduanya larut dalam kemesraan, rasa kangen yang lama di tahan kini seakan tumpah saat ini.Mereka tak sadar ular merah yang dulu sama-sama mereka makan, kini seakan ingin segera menyatu!Saat keduanya makin lupa diri, tiba-tiba Putri Kalia mendorong tubuh Pendekar Mabuk.“Kenapa sayanggg…?” tanya Pendekar Mabuk yang mulai terbakar nafsu.“Sekarang kamu bersumpahlah…mulai detik ini akan jadi suamiku, dan tak ada lagi wanita lain di hatimu selamanya! Ayoo lakukan, kalau tidak, aku tak akan mau lagi menemuimu selamanya!” dengus Putri Kalia. Pendekar Mabuk mengangguk dan dia berdiri menghad
Putri Kalia mengangguk sambil membelai kepala Pendekar Mabuk. “Sekarang kamu sudah dapatkan apa yang semua laki-laki mau di dunia ini?” desah Putri Kalia, pendekar ini tersenyum lalu berbisik mesra.“Hmm…awas kalau bohong,” sahut Putri Kalia bahagia. Pendekar Mabuk sudah bersumpah, dia tak akan lagi menduakan Putri Kalia selamanya dan mereka juga tak berpisah lagi, kecuali maut.Putri Kalia terpekik manja, saat kepala Pendekar Mabuk kembali tenggelam di antara kedua pahanya."Doyan amat sih, apa nggak bau?" bisik Putri Kalia, geli-geli nikmat."Kalau bau mana doyan aku sayang," balas Pendekar Mabuk, Putri Kaliaa tertawa dan malah meminta suaminya berlama-lama di sana, sampai di klimaks lagi.Keduanya kembali tenggelam dalam manisnya cinta dan bulan madu siang dan malam. Sampai lupa waktu dan waktu yang di limitkan Jenderal Alo tinggal 2 harian lagi.“Sudah sayang, ini hari ke 5, kita harus segera kembali ke markas itu, ingat 3 anak buahmu yang lucu-lucu itu kini dalam bahaya?” Putri Ka
“Apa lagi Nyai, jawaban sudah aku berikan, kurasa sudah cukup!”Setelah berkata begitu, secepat kilat Pendekar Putul melompat dan lenyap seketika dari hadapan Putri Alona.Dia tak mau lagi menunggu jawaban Putri Alona, dadanya tiba-tiba terasa sesak, ia melihat Putri Alona yang dia duga pasti ibu kandungnya sendiri ini seakan tidak ada rasa penyesalan sama sekali.“Ibu macam apa ini, apa karena dia seorang bangsawan, sehingga malu punya anak seperti aku yang cacat ini?” batin Pendekar Putul kesal dan marah dan sekaligus sedih bercampur jadi satu.Pendekar Putul ini juga sengaja pergi, karena sekilas dia melihat seseorang datang dan berdiri termangu menatap dia dan Putri Alona, seakan tak mau campuri keduanya.Andai si Putul bertahan, dia akan melihat pemandangan yang memilukan.Putri Alona menangis sesengukan di pelukan…adiknya, Pangeran Daha, yang mendengar ucapan bernada marah dari keponakannya itu pada ibu kandungnya sendiri.Sesaat sebelum si Putul menghilang ke dalam hutan yang l
Pendekar Putul kini lega, 4 orang sudah selamat dari Ki Rawa dan Pendekar Gledek serta ratusan pendekar golongan hitam.Dia sengaja pergi berbeda jurusan dengan Pengeran Daha Cs, padahal pamannya itu dengan lihai sudah kirim suara, mereka bertemu di sebuah tempat.Namun Pendekar Putul masih malu berkumpul dengan keluarganya sendiri.Apa yang dia lakukan bersama Pangeran Daha, Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal jadi perbincangan semua kaum pendekar, baik golongan hitam juga golongan putih.Kehebatannya ‘acak-acak’ padepokan yang di kuasai Ki Rawa dan ratusan anak buahnya dianggap luar biasa beraninya.Terlebih selama ini cukup banyak pendekar golongan putih yang jadi korban.Kehebatannya ini menjadi gosip panas hingga berbulan-bulan, termasuk Pangeran Daha, Putri Dao, si kakek slenge'an juga Pangeran Akmal.Kesaktiannya yang hebat itu bikin Ki Rawa si majikan Padepokan Ular Hitam kelabakan, termasuk Pendekar Gledek bekas gurunya yang sangat sakti, sehingga membuat semua oran
Kaget bukan kepalang Ki Rawa dan Pendekar Gledek juga pengeroyok lainnya, termasuk ratusan penonton yang takjub melihat pertarungan hebat ini.Di depan mereka sudah berdiri 3 pemuda gagah, tentu saja yang paling menyolok adalah yang kakinya hanya satu, yakni Pendekar Putul.Sedangkan kedua lainnya, juga bikin semua orang kagum, tapi semua sepakat bilang, 3 pemuda ini sangat tampan, terutama wajah si Putul, tapi sayangnya dia hanya miliki satu kaki.“Ka-kamu si Putul, heh kamu juga Pengeran Daha dan Pangeran Akmal,” bentak Pendekar Gledek yang kaget dan agak gentar menatap ke 3 pemuda gagah ini.Matanya melotot, seakan tak percaya, kemunculan 3 pemuda ini mampu buyarkan semua serangan mereka.“He-he-he…bagus, kalian datang untuk di tangkap, hei para undangan, kenapa kalian diam, inilah manusia-manusia bangsat yang ingin rusak rencana kita. Ayo kalian maju, kita basmi ke 5 orang ini sekaligus,” seru Ki Rawa dan ratusan pendekar golongan hitam langsung bersiap keroyok ke 5 orang ini.Tap
“Brakkk!” serangan dahsyat Pendekar Gledek kena tanah, tapi luput mengenai Kakek Slenge’an.Sambil menggelinding si kakek slenge'n secara hebat gunakan jurus merangkak bumi miliknya dan luput dari serangan hebat ini Tapi tak urung serangan mematikan ini menyerempet kena si kakek, hingga Pendekar Gledek terbahak dan makin gencar serang si kakek lucu ini, yang makin lama makin kepayahan hadapi keganasan pentolan tokoh hitam ini.Pendekar Gledek seakan tak mau beri kesempatan bagi si kakek lucu ini bernafas, bahkan tongkatnya seolah berubah jadi pedang yang sangat tajam.Setiap kali di ayunkan, berdesing bunyinya dan kalau kena tubuh, bisa jadi si kakek lucu ini akan terbelah dua, saking hebatnya tongkat ini di tangan Pendekar Gledek.Posisi kakek slenge'an makin terdesak hebat dan agaknya dalam hitungan, bakalan kalah telak! Saat posisi kakek slenge’an makin terpojok, tiba-tiba melayanglah tubuh seseorang dan secara lihai papaki serangan Pendekar Gledek.“Nenek lancang, siapa kamu bent
“He-he-he...memang aku tak memungkiri, dua orang yang miring otaknya itu muridku, tapi aku bukan segolongan dengan mereka, juga tidak pernah tahu tindak tanduknya.""Tapi ini soal pemberontakan, kurasa mending kamu batalkan niat gilamu itu Ki Rawa, balik saja ke Kerajaan Kubu Raya sono dan lalu diam di sana sampai koit, lagian kamu juga sudah membunuh Ki Boka, pemilik asli tempat ini, kelakuanmu sudah cukup bagiku untuk jadi musuhmu!” ejek si Kakek Slenge’an.Wajah Ki Rawa memerah, ini menandakan dia bukan orang asli di ke dua kerajaan yang ingin dia taklukan, tapi hanya pendatang yang punya ambisi besar, yakni jadi Raja!“Hmm…kamu menantangku, mentang-mentang lagi dekat dengan keluarga si Prabu Japra, kamu tinggi hati. Sudah bosan berkeliaran di bumi ternyata,” dengus Ki Rawa, kedua tangannya terlihat mulai mengeras, tanda tenaga dalamnya mulai terkumpul.“Ho-ho…dengan senang hati Ki Rawa, aku juga sudah lama tidak baku pukul he-he!” sahut Kakek Slenge’an tanpa rasa keder.Tiba-tiba m
Pertemuan akbar golongan hitam pun berlangsung, hampir 800 an orang berkumpul di halaman padepokan Ular Hitam yang luas ini.Yang menjadi tamu kehormatan atau tamu VIP di sediakan bangku panjang, yang hanya tamu biasa, hanya bisa berdiri atau malah nemprok saja duduk di tanah.Ki Rawa terlihat duduk dengan pakaiannya yang mewah tapi agak kedodoran, karena tubuhnya kurus tinggi dan agak bungkuk.Bagi yang pernah berjumpa dengan Ki Birawa, melihat wajah Ki Rawa, pasti mengira pentolan golongan hitam ini hidup lagi, karena wajah mereka mirip.Di sampingnya terlihat Pendekar Gledek yang mendampinginya, juga ada Dua Kembar Rubah Betina, Pendekar Serigala, serta puluhan pendekar golongan hitam lainnya.Dan pastinya seorang wanita matang yang cantik, yang penampilanya mirip putri-putri bangsawan, yang tak lain dan tak bukan adalah Putri Alona. Dan di tatap kaget oleh dua orang yang tengah menyamar!Yakni Pangeran Daha dan juga Putri Dao, yang sama seperti Pendekar Putul, tak habis pikir ken
Tentu saja tebakan si Putul benar adanya, wanita cantik ini Putri Alona adanya, putri dari Prabu Japra dan inilah ibu kandungnya sendiri.Yang seumur-umur tak pernah dia temui dan tanpa di sadarinya, malam ini mereka malah bertarung sengit.Saat Pendekar Putul kerahkan jurus rajawalinya, Putri Alona tentu kenal dengan baik, karena ini jurus andalan dan paling hebat yang di miliki ayah kandungnya dan juga adiknya, Pangeran Boon Me.Putri Alona juga pernah pelajari jurus ini dari ayahnya itu, tapi bakatnya tak sehebat Pangeran Boon Me.Putri Alona malah paling hebat saat pelajari jurus ular kobra, sedangkan tiga adiknya, yakni Putri Seruni sangat hebat kuasai Jurus Kelelawar.Putri Betani Jurus Pedang Rajawali dan si bungsu Pangeran Daha sekaligus Putra Mahkota, kuasai Jurus Halilintar sama seperti Si Putul.Sekaligus tak kalah hebatnya kuasai juga jurus pedang seperti milik Putri Betani kakaknya, sehingga dapat julukan Pendekar Bayangan Rajawali, dan gurunya siapa lagi kalau bukan Perma
Ketika jalan-jalan hingga sampai di sebuah tempat yang mirip warung yang lumayan besar, yang berada di pojokan padepokan besar ini, Pendekar Putul hentikan langkahnya dari jarak 20 meteran.Padepokan ini memang sejak dulu seperti sebuah kampung yang sangat ramai dan ada beberapa warung berdiri di sini.Pendekar Putul melihat ada seorang wanita sangat cantik, pakaiannya mewah dan gayanya anggun, bak putri-putri Istana.Bahkan terlihat ada dua dayang yang selau sigap melayaninya, seolah dia benaran seorang putri dari sebuah kerajaan.Wanita ini Putul taksir lebih tua dari Dua Kembar Rubah Betina.Tapi wajahnya terlihat tetap cantik terpelihara dan yang bikin si Putul menatap tajam dari kejauhan, wanita matang itu akrab berbincang dengan Ki Rawa dan Pendekar Gledek.Mereka bertiga seolah sahabat dekat saja, sesekali tertawa bertiga kalau ada kisah yang lucu.Awalnya si Putul ingin pergi saja dari tempat ini, apalagi dia tak kenal siapa wanita cantik itu.Dia juga tak mungkin nekat menanta
“Jangan-jangan, kamu juga yang menolong paman Pangeran Daha yang saat itu jadi tawanan Dua Kembar Rubah Betina dan Pendekar Serigala?” cerocos Putri Dao, kini ketiganya memandang Pendekar Putul yang masih terdiam ini.Pendekar Putul malah bangkit di bantu tongkatnya dan tidak menjawab ucapan sepupunya ini, lalu ia berjalan ke arah jendela dan membukanya perlahan, sambil menghela nafas panjang, seakan sulit menjawab pertanyaan ini.“Aku pergi dulu, kalian hati-hatilah, tempat ini sangat berbahaya,” kemudian tanpa menunggu jawaban Putri Dao, si Putul sekali genjot tubuhnya, langsung menghilang di gelapan malam."Ih kamu mau kemana Putul," sahut Putri Dao terkaget-kaget termasuk Pangeran Akmal dan kakek selenge'an.Cepatnya si Putul menghilang, bikin kagum ketiganya, hampir saja Putri Dao berseru lagi agar sepupunya ini jangan pergi.Tapi si Kakek Slenge’an langsung menggelengkan kepala, agar Putri Dao jangan kejar pemuda itu.“Biarkan saja dia, agaknya ada sesuatu yang bikin dia bersikap