BERSAMBUNG
Ke 4 orang ini dimasukan ke sebuah ruangan yang di jaga sangat ketat 30 an orang ini. Pendekar Mabuk tenang-tenang saja, sama sekali tidak ada ketakutan dalam dirinya.Padahal dia sama sekali tak berdaya, karena jalan darahnya sudah di totok Bihi, dengan menusukan jarum beracunnya.Mereka rupanya sudah tahu titik lemah pendekar sakti ini.“Kalau kamu mau kerjasama, penawar racun aku berikan, tapi kalau tidak, paling lama 3 hari, nyawamu bakal melayang seperti si Tendangan Maut!” bisik Bihi, saat membawa tubuh Pendekar Mabuk ke ruangan ini.“Kita lihat saja nanti,” sahut Pendekar Mabuk kalem dan kini duduk seperti sikap sedang semedi.Yang kasian trio golok hitam, tubuh mereka di seret seolah anjing dan di lempar begitu saja oleh anak buah si banci bak barang tak berharga.“Awas kalian, begitu aku bebas, ku bikin terkaing-kaing kayak babi kena sembelih,” sungut si Juling kesal bukan main, apalagi kini dahinya kembali benjol, juga si Codet dan si Muka Pucat.“Udah tenang saja, selama mah
“Sayangnya si Nyimas Usi perabotannya udah longgar, tapi sama aku masih sesak kok. Kan senjata aku lebih besar dari punya kamu banci. Dia bahkan sampai ngangkang jalan. Andai tak takut sama kamu, mungkin sampai kini dia masih merasakan senjataku ini siang dan malam!” balas Pendekar Mabuk cuek, tak terasa Trio Golok Maut tertawa terbahak-bahak.Bahkan Pendeta Suli sampai sakit perut menahan tawa, yang paling nyaring selain trio Juling, Muka Pucat dan Codet, tentu saja Bihi dan Sawon.Kedua orang ini sama bangornya kelakuan dan kini pasti bisa membayangkan arti ucapan Pendekar Mabuk ini. Mereka juga tahu, perabotan si Banci sudah agak letoy dan ukurannya pun makin menciut.Grrrgghhh…!Terdengar dengus si Banci, hingga Sawon dan Bihi langsung berhenti tertawa, mereka memang segan dengan si banci, yang memiliki ilmu kanuragan tak beda jauh dengan Pendeta Suli.Melawan si banci, sama juga ‘bo’ong, kesaktiannya benar-benar mengerikan dan selalu gunkan racun untuk taklukan musuh-musuhnya.Si
“Kamu Menolak…? Terpaksa aku akan potong tangan dan kakimu, apa gunanya wajah tampan dan punya perabotan gede yang bikin wanita merem melek, tapi tak punya kaki dan tangan. Kamu akan jadi orang cacat tak berguna Boon Me, semua wanita cantik akan jijai liat kamu hua-ha-ha-ha” ejek Pendekar Gledek sambil terbahak lagi.Ancaman ini bukan sembarang ancaman, pendekar tua ini sudah terkenal dengan ulah kejamnya.Dan dia pasti akan buktikan ancaman itu pada Pendekar Mabuk yang sangat di bencinya, walau dulu sangat di sayanginya saat masih jadi muridnya.“Tapi, aku tak buru-buru tunggu jawaban kamu, tuh si Putri Tidar masih dalam tahanan anak buahku ini, kamu agaknya tak bakal punya pilihan lain kali ini Boon Me, pasti kamu akan menyerah?” dengus Pendekar Gledek sambung kalimatnya.“Hmm…di sini ada ayah kandungnya, Ki Jarni. Aneh, se ganas-ganasnya Singa, dia sebagai induknya tak pernah makan anaknya sendiri, anda agaknya lebih gila dari Singa itu, sampai anak sendiri mau di korbankan,” sindir
Tengah malam…!“Mahaguru bersiaplah, kami akan salurkan tenaga dalam ke tubuh mahaguru,” bisik si Codet.Para penjaga tidak ada yang berjaga di ruangan ini, semuanya menunggu di luar dan merasa aman, karena keempatnya dianggap sudah ‘lumpuh’ dan tak berdaya.Pendekar Mabuk membuka matanya dan mengangguk. Lalu ke 3 nya menempelkan tangannya ke punggung Pendekar Mabuk dan pelan-pelan mulai ada hawa yang masuk ke tubuh pendekar ini, semakin lama semakin panas.Asap tipis keluar dari ubun-ubun pendekar ini, semakin lama semakin ‘keras’ ketiganya salurkan hawa sakti tersebut ke punggung pendekar ini.Pendekar Mabuk pun tersenyum dalam hati, hawa sakti ini seolah membuka saluran syaraf dan darahnya, perlahan tapi pasti kini tangan dan kakinya mulai bisa di gerakan.“Cukup, kalian semedi lagi kumpulkan hawa sakti sekarang juga,” bisik pendekar ini dan ketiga anak buahnya langsung berbinar, saat Pendekar Mabuk dengan santainya cabut ke dua jarum di bahunya.Racun yang ada di jarum ini telah mu
Pendekar Mabuk dan Triok Golok Hitam kini di beri pakaian yang sangat bagus, pengganti pakaian mereka sebelumnya biasa-biasa saja.Tak henti-hentinya mereka bertiga bangga, karena pakaian mereka mewah dan pastinya ‘aura’ gembel mereka lenyap. Pendekar Mabuk pun sampai bilang, mulai detik ini, mereka harus begitu."Ini ciri khas kalian, trio golok hitam," puji pendekar ini, hingga ketiganya 'bungah' sendiri. Ketiganya terlihat tampan dan tak kalah dengan pemuda-pemuda di sini, yang jadi anak buah si Banci.Sedangkan Pendekar Mabuk jangan di tanya lagi, ketampanan pendekar ini bikin iri Sawon dan juga Bihi, apalagi Pendekar Mabuk mendadak jadi idola seluruh murid wanita si Banci, yang kini makin bertambah banyak berdatangan.Hampir 60 an orang turut bergabung di sini, sehingga tempat ini makin ramai saja. Tapi si Banci alias Ki Hiring malah bak melihat bidadari turun dari empang, bila menatap pendekar tampan ini.“Dyehh gantengnyaaaa…bikin atiku kebat-kebit ajee,” kata si Banci, setia
Semua informasi ini di dengarkan Pendekar Mabuk dengan seksama, benar-benar bikin si pendekar ini geleng-geleng kepala. Dan tak habis pikir dengan rencana besar si Pendekar Gledek tersebut.Kepalanya mendadak pusing juga, mumets sekali di balik rencana pembunuhan putra mahkota ini. Cerdik, licik dan sangat berbahaya sekali rencana Pendekar Gledek ini.Terutama kalau benar Prabu Harman dan Prabu Japra hadir, bisa jadi keduanya akan di fitnah dan bakal di dikeroyok puluhan ribu pasukan kerajaan Loksana, yang pastinya bakalan marah dan ngamuk kalau sampai raja dan putra mahkotanya di bunuh di Istana mereka.“Hebat sekali siasat mereka, berarti sayembara itu hanya akalan-akalan, niatnya ingin bunuh Pangeran Hata. Tapi aksi itu gagal setelah aku hajar para pembunuh bayaran itu dan malah buru-buru di bunuh Ki Jarni, untuk hilangkan jejak?” kata Pendekar Mabuk dan diiyakan ketika anak buahnya ini.“Betul sekali Mahaguru, untung mahaguru lebih cerdik dan tak ngamuk minggu yang lalu, kalau ya,
Karena ini sangat berbahaya, Ki Balo dan Luna lalu ajak Pendekar Mabuk untuk diam-diam bertemu Pangeran Hata di istana milik sang putra mahkota di malam hari, agar kedatangan pendekar ini tak menyolok.Mendengar kisan Pendekar Mabuk, Pangeran Hata langsung geleng-geleng kepala dan menghela nafas panjang.Dia pun tentu saja sangat kaget dan tak mengira kalau segini bahayanya kerajaan saat ini dan nyawanya dalam bahaya.“Soal panglima perang ini memang sudah lama aku ketahui, sepak terjangnya memang sangat berbahaya, juga dialah salah satu otak yang juga selalu menolak damai dengan dua kerajaan tetangga itu…makanya ayahanda Prabu berniat ganti dia dengan aku,” kata Pangeran Hata blakan-blakan, ceritakan soal alasan di balik rencana pergantian panglima perang yang bernama Jenderal Alo.“Baiklah baginda pangeran, hamba akan tetap pura-pura di kelompok Pendekar Gledek cs, untuk bergerak dari dalam,” janji Pendekar Mabuk.Pangeran Hata sangat senang, dia bahkan sampai memeluk pendekar ini da
“Siapakah kamu sebenarnya..?” Tanya Pendekar Mabuk sambil menatap orang bercadar ini, yang di yakininya seorang wanita.Urat-urat syaraf di tubuhnya mulai menegang, ia tak bisa menebak, siapa orang aneh ini dan apa tujuannya menemuinya saat ini.“Aku mau tanya…apakah kamu benar-benar menyukai Putri Tidar?” si cadar ini malah balik bertanya, hingga pendekar ini kaget bukan main.Selain pertanyaan itu terkesan aneh…suara orang bercadar ini, mengingatkannya pada seseorang nun jauh di Neger Thai sono.Pendekar Mabuk tentu saja terheran-heran, apa maksudnya orang bercadar ini bertanya soal Putri Tidar.“Kalau kamu tanyakan itu…jawabannya tidak!” sahut Pendekar Mabuk tanpa tedeng aling-aling. Matanya kini makin tajam, seakan ingin jenguk isi hati wanita bercadar ini.“Hmmm kenapa? Dia kan cantik, tubuhnya bagus, ahli silat hebat lagi, kurang apa? Lagian kamu bilang ingin jadikan dia istri…?” desak si cadar ini, hingga makin ‘ngaco’ saja pikir Pendekar Mabuk.“Huhh kamu tau apa soal hatiku,”
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb