BERSAMBUNG
Senyuman manis pun di lemparkan Putri Tidar pada pemuda tampan baju abu-abu ini. Tapi Pendekar Mabuk tidak terlalu merespon, karena pandangannya sedang menatap seluruh undangan…dia waspada.Terlebih tamu makin banyak berdatangan dengan berbagai atribut, yang menunjukan mereka ini bukan orang-orang sembarangan“Juling, Muka Pucat, Codet, kalian menyebar di antara para undangan, agaknya situasi mulai tak aman, tugas kita adalah menolong si Putra Mahkota, soal sayembara, kita jadi penonton saja!” bisik Pendekar Mabuk pada ketiganya.Ketiganya langsung menganggukan kepala tanda paham dan kini mulai bergerak sesuai instruksi Pendekar Mabuk.Trio Golok Hitam ini paham, mereka bukan pendekar hebat apalagi tampan, untuk ikut-ikutan berkompetisi. Mereka sepakat akan bantu Ki Boro dan Luna lindungi Pangeran Hata.Mata awas pendekar ini melihat ada sekitar 10 orang berpakaian hitam-hitam mulai mencari tempat atau posisi, yang agaknya bakalan langsung mengarah ke tenda utama.Di mana Ki Jarni dan
“Aku Lohai, kamu sudah perkosa dan bunuh tunanganku, hari ini aku akan menuntut balas!” bentak Lohai, si pemuda nekat ini, mata menyiratkan kemarahan, terdengar gumaman sana sini.Gumaman itu tentu saja mencela kelakuan si Bihi ini.Tiba—tiba Ki Jarni melompat ke atas panggung, dari gaya lompatannya Pendekar Mabuk sudah bisa menilai, orang ini punya tenaga dalam luar biasa.Saat menginjak lantai panggung, sama sekali tak terdengar bunyi, padahal tubuh Ki Jarni tinggi besar dan berotot.“Hei pemuda bernama Lohai, di sini bukan ajang balas dendam, tapi adu pibu, kalau kamu punya masalah pribadi dengan si Bihi ini, silahkan selesaikan di tempat lain,” tegur Ki Jarni kurang senang, sekaligus menatap Lohai dengan mata tajam.“Baiklah, mohon maaf atas kelancangan saya tuan Ki Jarni,” kata si pemuda ini, lalu beri hormat ke Ki Jarni, sambil menatap dengan pandangan berkilat ke arah Bihi yang terlihat menganggap remeh dirinya. Tiba-tiba tangan Bihi bergerak, agaknya dia dengan licik menyeran
Pendekar Mabuk kagum juga, Lohai ternyata sangat hebat, dia bersama Bihi si Pendekar Ulat Putih lah yang lolos hingga ke babak final.Putri Tidar memang sudah isyaratkan, orang yang ikut kompetisi paling tua berusia 27 tahun.Sehingga golongan ‘tua’ yang sakti-sakti walaupun jomblo, hanya bisa gigit jempol, tak bisa ikut berkompetisi dan kini jadi penonton saja.“Para hadirin sekalian, ada dua orang yang sudah lolos hingga ke final, yakni Bihi si Pendekar Ulat Putih dan Lohai…?” si MC tanya sambil berbisik apa julukan Lohai, pemuda inipun sebutkan julukannya.“Ya…dengan Lohai si Pedang Sakti. Nah, sesuai peraturan, mereka harus bertanding sebelum kelak berhadapan dengan Putri Tidar!”“Hmm….ini tak adil, tentu saja Lohai dan Bihi akan kecapekan, tapi biarlah, aku ingin lihat. Mampukah Lohai kalahkan si Bihi ini,” batin Pendekar Mabuk.“Nahh…silahkan kalian bertanding, gunakan senjata masing-masing, ingat hanya sampai jurus 20, setelah itu Ki Jarni dan Putri Tidar-lah yang akan menentuka
“Terima kasih yang mulia, juga buat Ki Jarni, nah Bihi, bersiaplah,” kata Pendekar Mabuk, tapi anehnya bukannya siap, pendekar ini malah gelegak-geleguk minum arak.Semua orang menahan nafas, melihat gaya slenge'an pendekar ini, Cari mati orang ini, pikir mereka.Bihi yang melihat ini langsung menyerang Pendekar Mabuk dengan serangkum serangan jarum beracunnya.Dia kini tak lagi sungkan gunakan cara-cara licik untuk mengalahkan lawan. Apalagi dilihatnya Pendekar Mabuk seakan meremehkan kemampuannya. Ini makin membuatnya murka tak kepalang.Terlebih selama ini Bihi jarang bertemu lawan tangguh yang bisa mengalahkannya. Cap…cap…cap!5 jarum kecil mematikan ini melayang deras ke arah pendekar ini, tapi bak mengibaskan tangan, ke 5 jarum beracun ini secara hebat menempel di botol minuman Pendekar Mabuk yang terbuat dari tembikar.Gerakannya seolah mengibas lalat saja, tapi inilah yang bikin semua orang kaget, serangan jarum beracun yang di lepaskan Bihi hanya berjarak 5 meteran dari Pende
“Luar biasa, baru kali ini aku bertemu seorang pendekar muda yang hebat dan sangat tampan. Kapan main ke Istana? Aku suka catur, kita main catur yaa,” undang Pangeran Hata sambil mendekati Pendekar Mabuk yang berlutut memberi hormat.Putra Mahkota lalu menarik bahu pendekar ini agar bangkit, tinggi mereka hampir sama, tapi Pendekar Mabuk menang dikit dan pastinya bodynya jauh lebih kokoh, sedangkan Putra Mahkota badannya biasa saja .“Terima kasih pangeran, hamba hanya perantau biasa, suatu kehormatan hamba di undang ke Istana,” sahut Pendekar Mabuk, tetap bersikap hormat, sehingga di Putra Mahkota ini makin terkesan dan inimakin menyenangkan hatinya.Apalagi bila Pendekar Mabuk mau menjadi pengawal utamanya, sang pangeran ini yakin tak ada lagi yang berani macam-macam dengannya.Tapi apa mau si pendekar perantau ini..? “Baiklah Pendekar Mabuk, sampai bertemu lagi,” lalu Pangeran Hata permisi ke Ki Jarni dan keluarganya, kemudian melambai pada semua undangan.Semuanya serempak berlut
Putri Tidar tersenyum menatap Pendekar Mabuk yang kini sudah mendatanginya ke panggung.Kini keduanya berdiri dari jarak hanya 3 meteran, keduanya sama-sama memandang kagum.Senyum Putri Tidar sesaat membuai hati pendekar biawak ini, dia harus akui, wanita ini sangat cantik, kulitnya putih bersih dan pipinya kalau tersenum malu-malu terlihat memerah.Putri Tidar dengan lenggang yang dapat mengayun hati para muda yang memandangnya ini berjalan menuju ke tengah panggung terbuka.Tepuk tangan riuh gemuruh menyambutnya. Putri Tidar menjura dengan hormat sambil berseru, suaranya merdu nyaring mengatasi keriuhan tepuk tangan itu."Permainanku masih amat dangkal di bandingkan Pendekar Mabuk yang hebat ini, harap saudara-saudari jangan mentertawakan yaa!"Amboiii…suaranya bikin rumput menari-nari saja.Setelah berkata demikian, Putri Tidar berbalik menghadapi Pendekar Mabuk yang santai-santai saja, sama sekali tidak nampak siap.Tapi Putri Tidar tahu, tanpa siap pun pendekar tampan ini sejak t
Saking asyiknya bertanding, lama-lama Pendekar Mabuk ini lupa, kalau pertandingan ini adalah mencari jodoh bagi Putri Tidar. Bukan pertandingan hadapi musuh besar.Kini sudah lewat 25 jurus mereka bertanding, Pendekar Mabuk pun merasa sudah cukup ‘main-mainnya’.Begitu serangan Putri Tidar datang, dengan sengaja Pendekar Mabuk memperlambat gerakannya.Akibatnya Putri Tidar sangat bernafsu menaklukan pendekar ini terpancing untuk lancarkan serangan hebatnya.Cap…cap..!Lengan keduanya lengket. Semakin Putri Tidar kerahkan tenaganya, dia merasa pukulannya seolah memukul air yang dalam, amblas tenaga dalamnya.“K-kamu hebat…aku takluk…!” desis Putri Tidar.Bak di sengat kalajengking beracun, Pendekar Mabuk secara tiba-tiba lepaskan tangannya yang lengket dengan tangan Putri Tidar.Lalu dia segaja bergulingan di panggung dan…menyeka darah yang menetes di bibirnya, sambil pelan-pelan bangkit.Semua orang melongo…hampir tak percaya, Pendekar Mabuk kalah melawan Putri Tidar.Masa iya…kok bisa
Ki Jarni tiba-tiba berteriak nyaring dan semua orang berubah geger, tubuh Ki Jarni yang sedang melayang di udara berubah menjadi 10 orang sekaligus.Dan kali ini mereka makin heboh tak kepalang, bahkan hampir 500 an orang berlarian kabur, saat tubuh Pendekar Mabuk tiba-tiba berubah menjadi besar dan setinggi pohon kelapa.Pertarungan yang tak biasa ini benar-benar bikin semua orang menggigil ketakutan. Bahkan Si Juling, si Muka Pucat hingga si Codet sampai terkencing-kencing di celana melihat bos mereka berubah jadi raksasa dan Ki Jarni berubah jadi 10 orang.Tubuh Ki Jarni yang berubah 10 orang seolah menjadi ‘manusia kate’ saja hadapi tubuh raksasa Pendekar Mabuk.Tangkisan tubuh raksasa Pendekar Mabuk membuat 10 tubuh Ki Jarni pontang-panting hindari serangan panas dan dingin yang keluar dari tangan besar pendekar ini.“Trang-trang-cringgg....! Ehhhhh....!”Serangan tongkat sakti Ki Jarni menjadi kacau-balau, karena secara bertubi-tubi ia harus menangkis serangan balasan, berupa ju
Terkejutlah Pendekar Putul, tak dia sangka wanita cantik ini sudah berusia sangat tua. Tapi penampiln fisiknya bak masih berusia 35-40 tahunan.Namun dia diam saja dan konsentrasi untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh si nenek awet cantik tersebut.Terlihatkan hawa berwarna ke abu-abun keluar dari ubun-ubun wanita ini, yang kini langsung semedi sambil pejamkan matanya, untuk salurkan hawa saktinya sendiri.“Sudah cukup anak muda, istirahatlah!” perintah si nenek, sehingga Pendekar Putul hentikan penyaluran hawa murninya, apalagi asap itu sudah berubah jadi putih seperti air mendidih.“Tolong obati 5 pengawalku itu, ke orang bertopeng itu benar-benar hebat sekaligus licik, pedang mereka sudah di olesi racun mematikan!” kata si nenek ini lagi.Lalu si Putul tanpa membantah bergantian obati ke 5 pengawal itu, sampai semua racun itu keluar dari tubuh mereka.Dan kini di mintanya bersemedi sambil pulihkan tenaga sekaligus membebat luka akibat tebasan pedang 5 orang bertopeng tadi, dengan
Di saat ibu kandung dan keluarganya sibuk bicarakan dia, Pendekar Putul kini malah tak ada niat sama sekali untuk kembali mencari ibu kandungnya.Hatinya terlampau sakit dan beranggapan kisah Pendekar Gledek tidak bohong, kalau dia sengaja di buang, karena kedua orang tuanya malu punya anak cacat seperti dirinya.Dia bahkan tak peduli lagi soal Padepokan Ular Hitam, si Putul malah berpetualang lagi dan tak sadar memasuki wilayah kerajaan ayah kandungnya, Kerajaan Hilir Sungai.Kerajaan Hilir Sungai di bawah kekuasaan Prabu Harman sudah menjadi kerajaan yang makmur dan maju pesat.Walaupun dibandingkan Kerajaan Muara Sungai atau Kerajaan Loksana, kerajaan ini jauh lebih kecil, tapi karena kecil itulah, mudah bagi Prabu Harman memakmurkan rakyatnya.Dulu ayahnya Prabu Japra pernah tawarkan 5 kadipaten buat di serahkan ke Prabu Harman.Namun putranya dari Putri Reswari ini menolak dengan halus, sebab dia yakin bakalan timbul masalah baru kelak.Pendekar Putul senang melihat warga kerajaa
“Apa lagi Nyai, jawaban sudah aku berikan, kurasa sudah cukup!”Setelah berkata begitu, secepat kilat Pendekar Putul melompat dan lenyap seketika dari hadapan Putri Alona.Dia tak mau lagi menunggu jawaban Putri Alona, dadanya tiba-tiba terasa sesak, ia melihat Putri Alona yang dia duga pasti ibu kandungnya sendiri ini seakan tidak ada rasa penyesalan sama sekali.“Ibu macam apa ini, apa karena dia seorang bangsawan, sehingga malu punya anak seperti aku yang cacat ini?” batin Pendekar Putul kesal dan marah dan sekaligus sedih bercampur jadi satu.Pendekar Putul ini juga sengaja pergi, karena sekilas dia melihat seseorang datang dan berdiri termangu menatap dia dan Putri Alona, seakan tak mau campuri keduanya.Andai si Putul bertahan, dia akan melihat pemandangan yang memilukan.Putri Alona menangis sesengukan di pelukan…adiknya, Pangeran Daha, yang mendengar ucapan bernada marah dari keponakannya itu pada ibu kandungnya sendiri.Sesaat sebelum si Putul menghilang ke dalam hutan yang l
Pendekar Putul kini lega, 4 orang sudah selamat dari Ki Rawa dan Pendekar Gledek serta ratusan pendekar golongan hitam.Dia sengaja pergi berbeda jurusan dengan Pengeran Daha Cs, padahal pamannya itu dengan lihai sudah kirim suara, mereka bertemu di sebuah tempat.Namun Pendekar Putul masih malu berkumpul dengan keluarganya sendiri.Apa yang dia lakukan bersama Pangeran Daha, Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal jadi perbincangan semua kaum pendekar, baik golongan hitam juga golongan putih.Kehebatannya ‘acak-acak’ padepokan yang di kuasai Ki Rawa dan ratusan anak buahnya dianggap luar biasa beraninya.Terlebih selama ini cukup banyak pendekar golongan putih yang jadi korban.Kehebatannya ini menjadi gosip panas hingga berbulan-bulan, termasuk Pangeran Daha, Putri Dao, si kakek slenge'an juga Pangeran Akmal.Kesaktiannya yang hebat itu bikin Ki Rawa si majikan Padepokan Ular Hitam kelabakan, termasuk Pendekar Gledek bekas gurunya yang sangat sakti, sehingga membuat semua oran
Kaget bukan kepalang Ki Rawa dan Pendekar Gledek juga pengeroyok lainnya, termasuk ratusan penonton yang takjub melihat pertarungan hebat ini.Di depan mereka sudah berdiri 3 pemuda gagah, tentu saja yang paling menyolok adalah yang kakinya hanya satu, yakni Pendekar Putul.Sedangkan kedua lainnya, juga bikin semua orang kagum, tapi semua sepakat bilang, 3 pemuda ini sangat tampan, terutama wajah si Putul, tapi sayangnya dia hanya miliki satu kaki.“Ka-kamu si Putul, heh kamu juga Pengeran Daha dan Pangeran Akmal,” bentak Pendekar Gledek yang kaget dan agak gentar menatap ke 3 pemuda gagah ini.Matanya melotot, seakan tak percaya, kemunculan 3 pemuda ini mampu buyarkan semua serangan mereka.“He-he-he…bagus, kalian datang untuk di tangkap, hei para undangan, kenapa kalian diam, inilah manusia-manusia bangsat yang ingin rusak rencana kita. Ayo kalian maju, kita basmi ke 5 orang ini sekaligus,” seru Ki Rawa dan ratusan pendekar golongan hitam langsung bersiap keroyok ke 5 orang ini.Tap
“Brakkk!” serangan dahsyat Pendekar Gledek kena tanah, tapi luput mengenai Kakek Slenge’an.Sambil menggelinding si kakek slenge'n secara hebat gunakan jurus merangkak bumi miliknya dan luput dari serangan hebat ini Tapi tak urung serangan mematikan ini menyerempet kena si kakek, hingga Pendekar Gledek terbahak dan makin gencar serang si kakek lucu ini, yang makin lama makin kepayahan hadapi keganasan pentolan tokoh hitam ini.Pendekar Gledek seakan tak mau beri kesempatan bagi si kakek lucu ini bernafas, bahkan tongkatnya seolah berubah jadi pedang yang sangat tajam.Setiap kali di ayunkan, berdesing bunyinya dan kalau kena tubuh, bisa jadi si kakek lucu ini akan terbelah dua, saking hebatnya tongkat ini di tangan Pendekar Gledek.Posisi kakek slenge'an makin terdesak hebat dan agaknya dalam hitungan, bakalan kalah telak! Saat posisi kakek slenge’an makin terpojok, tiba-tiba melayanglah tubuh seseorang dan secara lihai papaki serangan Pendekar Gledek.“Nenek lancang, siapa kamu bent
“He-he-he...memang aku tak memungkiri, dua orang yang miring otaknya itu muridku, tapi aku bukan segolongan dengan mereka, juga tidak pernah tahu tindak tanduknya.""Tapi ini soal pemberontakan, kurasa mending kamu batalkan niat gilamu itu Ki Rawa, balik saja ke Kerajaan Kubu Raya sono dan lalu diam di sana sampai koit, lagian kamu juga sudah membunuh Ki Boka, pemilik asli tempat ini, kelakuanmu sudah cukup bagiku untuk jadi musuhmu!” ejek si Kakek Slenge’an.Wajah Ki Rawa memerah, ini menandakan dia bukan orang asli di ke dua kerajaan yang ingin dia taklukan, tapi hanya pendatang yang punya ambisi besar, yakni jadi Raja!“Hmm…kamu menantangku, mentang-mentang lagi dekat dengan keluarga si Prabu Japra, kamu tinggi hati. Sudah bosan berkeliaran di bumi ternyata,” dengus Ki Rawa, kedua tangannya terlihat mulai mengeras, tanda tenaga dalamnya mulai terkumpul.“Ho-ho…dengan senang hati Ki Rawa, aku juga sudah lama tidak baku pukul he-he!” sahut Kakek Slenge’an tanpa rasa keder.Tiba-tiba m
Pertemuan akbar golongan hitam pun berlangsung, hampir 800 an orang berkumpul di halaman padepokan Ular Hitam yang luas ini.Yang menjadi tamu kehormatan atau tamu VIP di sediakan bangku panjang, yang hanya tamu biasa, hanya bisa berdiri atau malah nemprok saja duduk di tanah.Ki Rawa terlihat duduk dengan pakaiannya yang mewah tapi agak kedodoran, karena tubuhnya kurus tinggi dan agak bungkuk.Bagi yang pernah berjumpa dengan Ki Birawa, melihat wajah Ki Rawa, pasti mengira pentolan golongan hitam ini hidup lagi, karena wajah mereka mirip.Di sampingnya terlihat Pendekar Gledek yang mendampinginya, juga ada Dua Kembar Rubah Betina, Pendekar Serigala, serta puluhan pendekar golongan hitam lainnya.Dan pastinya seorang wanita matang yang cantik, yang penampilanya mirip putri-putri bangsawan, yang tak lain dan tak bukan adalah Putri Alona. Dan di tatap kaget oleh dua orang yang tengah menyamar!Yakni Pangeran Daha dan juga Putri Dao, yang sama seperti Pendekar Putul, tak habis pikir ken
Tentu saja tebakan si Putul benar adanya, wanita cantik ini Putri Alona adanya, putri dari Prabu Japra dan inilah ibu kandungnya sendiri.Yang seumur-umur tak pernah dia temui dan tanpa di sadarinya, malam ini mereka malah bertarung sengit.Saat Pendekar Putul kerahkan jurus rajawalinya, Putri Alona tentu kenal dengan baik, karena ini jurus andalan dan paling hebat yang di miliki ayah kandungnya dan juga adiknya, Pangeran Boon Me.Putri Alona juga pernah pelajari jurus ini dari ayahnya itu, tapi bakatnya tak sehebat Pangeran Boon Me.Putri Alona malah paling hebat saat pelajari jurus ular kobra, sedangkan tiga adiknya, yakni Putri Seruni sangat hebat kuasai Jurus Kelelawar.Putri Betani Jurus Pedang Rajawali dan si bungsu Pangeran Daha sekaligus Putra Mahkota, kuasai Jurus Halilintar sama seperti Si Putul.Sekaligus tak kalah hebatnya kuasai juga jurus pedang seperti milik Putri Betani kakaknya, sehingga dapat julukan Pendekar Bayangan Rajawali, dan gurunya siapa lagi kalau bukan Perma