BERSAMBUNG
Pendekar Mabuk kini sudah berhadapan dengan Ki Anom dan Pendekar Codet sekaligus.Saat memandang pedang miliknya ada di pinggang Ki Anom, kemarahan sesaat berkobar di dada pendekar ini.Namun di saat itu pula, dia teringat dengan sebuah jurus yang tak sengaja dia dan Putri Kalia ciptakan, yakni jurus pedang bayangan.“Istriku…aku pinjam pedangmu dulu yaa, agaknya biar cepat, biarlah aku sekalian gunakan senjata saja,” kata pendekar ini, sambil kedipkan mata.“Bagus, tak perlu banyak basa-basa, heiii Ki Anom, Codet, cabut juga senjata kalian. Hadapi Pendekar Tahi Lalat ini sekaligus, jangan sungkan,” perintah Pendekar Halilintar, sambil duduk di sebuah kursi dan juga meja di depannya, yang disediakan anak buahnya.Putri Seruni dan Nya Aura juga ikutan duduk dan menyaksikan pertarungan ini. Mereka seolah sedang saksikan sebuah pertunjukan saja, juga terlihat Pendeta Suli, Sawon dan pendekar-pendekar golongan hitam lainnya, yang tak Pendekar Mabuk kenal.Hari sudah beranjak malam, bulan
Merasa sudah cukup bermain-main, Pendekar Mabuk lalu kirim jurus kilat yang sangat dingin.Brasss….!Tubuh Ki Anom dan si Codet mendadak kaku, lalu dengan santainya, Pendekar Mabuk berjalan mendekati keduanya dan…telll…bukkk….!Jarinya menyentil dahi kedua tokoh tua golongan hitam ini bergantian, hingga keduanya terjengkang ke tanah, jatuh berdebuk kayak nangka masak.Keduanya pingsan dan kalah telak, oleh kelihaian Pendekar Mabuk. Andai tidak disaksikan Pendekar Gledek Cs, sudah gatal tangan Pendekar Mabuk kirim ke duanya pindah alam.Semuanya melongo, kaget dan takjub. Walapun gayanya setengah mabuk, tapi semua gerakan pendekar ini menunjukan kalau kedua tokoh hitam itu bukanlah lawannya.Plok…plok…plokkk, saking gembiranya Betani langsung bertepuk tangan dan Pendekar Mabuk kemudian beri hormat ke 3 penjuru.Hingga yang menonton lalu ikut-ikutan bertepuk tangan, sedangkan Ki Anom dan si Codet kini sudah di angkat anak buahnya ke dalam markas untuk di obati.Pendekar Gledek Cs baru te
“Hmm…kamu jangan ngomong plintat-plintut, hayo ngaku siapa kamu dan suamimu itu sebenarnya?” Putri Seruni sudah pegang gagang pedangnya hingga Betani kaget juga. Tiba-tiba Betani mulai hapus penyamarannya, bahkan tahi lalat besar di pipinya dia copot, makin terbelalak lah mata indah Putri Seruni, setelah melihat wajah aslinya Putri Betani yang sangat cantik jeliat ini.“Kaka cantik banget, bola mata kaka seperti bintang kejora, kayaknya kaka cocok bersanding dengan Abang Boon Me! Soalnya dia tak suka aku, yang dibilangnya masih kanak-kanak, emank sih usiaku baru 16 tahun kurang 3 bulan,” ceplos Putri Betani lagi polos. Putri Seruni sampai mangap, sesaat tak bisa berkata-kata lagi.Betani yang secantik bidadari ini malah terus-terus memuji dirinya, padahal diapun terkagum-kagum menatap wajah Betani.“Jadi…astaga iya….jurusnya panas dan dingin, tak salah lagi, dialah si Pendekar Mabuk alias Boon Me!” ucap Putri Seruni dan menutup mulutnya, saking kagetnya.Tiba-tiba Putri Seruni men
Putri Seruni kini menghela nafas panjang. “Betani…pernahkah ayahanda prabu bercerita soal ibuku..?” Seruni kini malah balik bertanya.Tanpa di nyana Betani langsung menggangguk.“Ayahanda pernah bilang memiliki seorang istri, tapi berpisah dan sama sekali tak tahu istrinya itu hamil muda dan melahirkan kakak,” kata Betani apa adanya.“Ibunda…beliau terlalu keras hati adikku, dia maunya ayahanda kita ikuti kemauannya. Jelas tak mungkin…!” kata Seruni seolah menyayangkan kelakuan ibundanya, Nyi Aura.“Tadi…pertanyaanku belum di jawab, kenapa sih kakak dan bunda Nyi Aura mau bergabung dengan Pendekar Gledek untuk memberontak pada kerajaannya Pangeran Harman dan Ratu Reswari…?” desa Betani lagi.“Hmmm…adikku yang cerewet, tahukah kamu kalau Pendekar Gledek alias Pangeran Huti itu pamanku sendiri, juga paman Sawon, Pendekar Ulat Bulu yang mirip banci itu!”“Hahh…kok bisa ka, cerita donkk…?” sahut Betani spontan.Seruni geleng-geleng kepala, bertemu Betani yang notabene adik se-ayahnya ini
Pangeran Harman sangat gagah dengan seragam militernya, di sisinya Putri Alona juga tak kalah cantiknya.Sepintas keduanya merupakan sejoli yang sangat serasi…!Kadang keduanya salin tatap 'mesra' seakan saling menguatkan dan siap berperang tanpa rasa takut sediktpun.10 ribu pasukan terlatih yang di pimpin Pangeran Harman langsung bergerak ke lereng Pegunungan Meratus bagian Timur, yang menjadi markas pasukan kaum pemberontak.Tak main-main pasukan ini, selain sangat terlatih dan mempunyai seragam khusus, mereka juga sangat berpengalaman terjun dalam pertempuran-pertempuran besar.Inilah yang membuat kerajaan kecil yang di apit kerajaan Muara Sungai dan Kerajaan Loksana sangat di segani sampai saat ini.Keberangkatan pasukan besar ini mengundang kekaguman sekaligus pertanyaan rakyat Hilir Sungai, mereka heran mau perang kemana pasukan bersenjata lengkap ini.Bahkan mata-mata pasukan pemberontak sampai ngeri sendiri melihat pergerakan pasukan ini, dan mereka langsung lapor ke markas pe
Wajah Nyi Aura berubah-ubah, tak dia sangka Betani ini adik seayah putrinya, dan orang itu adalah mantan suaminya sendiri, yang sampai kini rasa cintanya tak pernah berubah.“Tidak bisa…aku tetap…!”Tiba-tiba kalimat Nyi Aura terhenti, saat terdengar bunyi terompet di kejauhan dan teriakan-teriakan yang menyebutkan npasukan Hilir Sungai tiba dan melakukan serbuan mendadak.Ini di luar prediksi Pendekar Gledek dan pasukannya, mereka awalnya mengira, pasukan Pangeran Harman akan tiba 1 mingguan lagi.Tanpa setahu siapapun, pasukan khusus ini kirim 2.500 pasukan pelopor yang di pimpin Temanggung Odol dan Jenderak Bugi, sebelum pasukan inti yang di pimpin Pangeran Harman tiba.Serbuan mendadak ini tentu saja bikin kelabakan pasukan pemberontak, yang tak menyangka begitu cepatnya pasukan ini datang.Tanpa berkata-kata lagi, Nyi Aura seolah terbang meninggalkan ke 4 orang ini.“Aduhh bagaimana ini ka Seruni, bibi Aura tetap ngotot…?” seru Betani khawatir bukan main.“Aku akan jaga bibi Aura
“Kamu…!’ bentak Pendekar Gledek yang sudah bangkit sambil memusut darah yang keluar dari sela bibirnya.“Kalian bertiga di mana-mana hanya bikin ke onaran, kali ini aku tak akan beri ampun lagi! Baginda Pangeran, aturlah pasukan baginda, biar 3 orang ini bagianku,” seru Pendekar Mabuk.“Baik Boon Me hati-hati,” sahut Pangeran Harman, dia lalu melompat dan berteriak atur lagi pasukannya, di bantu komandan—komandan perangnya yang lain.Pendekar Mabuk lalu lempar botol araknya yang sudah habis ke arah Ki Anom, akibatnya si tua ini kelabakan menangkis, tapi saat juga datang serangan luar biasa dinginnya menerpa dia dan si Codet.Secara hebat, Pendekar Mabuk rampas pedang miliknya yang berada di pinggang Ki Anom.Tass….pedang ini lalu meluncur deras mengejar leher Ki Anom, baiknya si tua ini langsung bersalto luar biasa cepatnya.Lehernya selamat dari tebasan pedang yang sangat dingin dan cepat ini. Keringat dingin sampai keluar dari dahinya, hampir saja kepalanya melayang.Hebatnya saat it
Di sebuah bukit tinggi yang menghadap ke arah Kotaraja Muara Sungai, burung rajawali ini menukik lalu turun dan hinggap di tanah datar.Burung raksasa ini makan dengan lahap ikan dan ular yang disediakan untuknya sampai kenyang.Lalu dia mendekam menonton ulah tuannya, Prabu Japra dan Nyi Aura.Prabu Japra menurunkan tubuh Nyi Aura pelan-pelan lalu sekali usap, tubuh pingsan wanita yang tetap cantik ini langsung sadar.Prabu Japra hanya duduk sambil memandang ‘mantan’ istrinya ini dengan senyum di kulum.Begitu sadar, sumpah serapah dan bahasa binatang pun keluar dari mulut wanita cantik ini, yang di sebut malah makin lebar senyumnya.Alih-alih marah, Prabu Japra malah terus mendengarkan wanita ini marah-marah. Benar-benar pria matang luar dalam.“Sudah habis uneg-unenya sayang…?” tanya Prabu Japra tetap kalem da wajah tenang, sifat romantisnya tak berubah. Nyi Aura kehabisan kata-katanya, akhirnya dia hanya melengus saja.Sebutan 'sayang' seolah es kutub utara yang bikin hatinya diam-