BERSAMBUNG
Terdengar sorak sorai ratusan kelompok ini, Pendekar Mabuk walaupun sakti mandraguna, tentu tak mau sembarang turun dan menantang kelompok ini.Apalagi tak lama kemudian, datang lagi ratusan orang berbaju kuning, inilah sempalan-sempalan dari kelompok ini.Dan mata Pendekar Mabuk kaget bukan main, karena kelompok baju kuning mawar merah pimpinan Nyai Rombeng juga ikut bergabung.Saat ini kelompok ini bak sedang ape besar saja, sekaligu terlihat sebuah persiapan untuk…berperang!“Gila, kenapa neneknya Alona ikutan kelompok ini, apakah mereka sudah terbujuk untuk ikut lakukan pemberontakan?” batin Pendekar Mabuk terheran-heran, sekaligus bingung sendiri.Padahal seingat Pendekar Mabuk Nyai Rombeng ini sejak dahulu sangat bermusuhan dengan kelompok Sawon dan Nyai Aura.Tapi pemandangan hari ini membuatnya terbengong-bengong. Kenapa ibundanya Putri Dehea ini tergabung dalam kelompok ini dan membawa 100 an muridnya yang semuanya wanita kini ikutan bergabung..?Kini Pendekar Mabuk melihat Ny
Pendekar Mabuk makin geleng-geleng kepala, semakin sore jumlah warga yang bergabung makin banyak. Tempat ini sampai meluber dan penuh dengan ribuan warga yang berdatangan dari segala penjuru.“Ini bukan main-main lagi, ini namanya pemberontakan besar-besaran,” batin Pendekar Mabuk.‘Aku harus menyamar dan masuk ke dalam markas itu, agaknya bakal kesulitan Alona dan Betani bawa Pangeran Harman keluar dari sini,’ pikir Pendekar Mabuk.Kemudian mulailah mengawasi tempat ini. "Agaknya ini anak buah di Sawon," batin Pendekar Mabuk, lalu mulai incar buruannya.Kemudian, Pendekar ini lalu secara lihai culik seorang penjaga wanita berbaju merah, wanita ini kaget bukan kepalang.Saat lakukan patroli seorang diri, tiba-tiba tubuhnya lemas dan di bawa seseorang ke sebuah hutan yang sangat lebat, lumayan jauh dari markas ini.Begitu di dudukan pelan-pelan di sebuah gua, wanita ini nyalang dan ketakutan menatap wajah Pendekar Mabuk.“Jangan takut, aku bukan orang jahat dan pemerkaossss…!” canda Pe
Puluhan orang menatap aneh dua wanita cantik ini. Yang satu bertubuh agak gemoy cantik dan manis. Satunya sangat cantik, tapi yang bikin heran, badannya agak ‘kekar’ mirip laki-laki.Keduanya sama-sama pakai baju merah, tapi yang lucu ‘wanita’ yang tinggi besar, tingkahnya kenes sekali, cenderung genit.Tak sungkan balas sapaan siapapun, bahkan kadang mencolek dagu para penjaga yang suit-suit, hingga semuanya tertawa, bahkan ada yang sengaja nepuk pantat si cewek gede ini.Tapi dengan lihainya dia mampu berkelit dan kembali jalan lenggang kangkung di depan penjaga-penjaga markas ini, yang sebelumnya sebuah kuil tua berukuran besar dan lama tak di gunakan.“Ihh Abang, nggak gitu juga kale jadi wanita,” tegur yang berbadan gemoy, hingga wanita tinggi besar ini hanya nyengir saja.Mudah di duga, inilah Huli dan Pendekar Mabuk, yang malam ini kembali ke markas kelompok pemberontak yang di pimpin Pendekar Gledek Cs.Sebelum kembali ke sini, di mana sejak sore tadi mereka memadu cinta di seb
Dengan kecepatan yang luar biasa, Pendekar Mabuk langsung kerahkan jurus mega halilintarnya, akibatnya kedua orang ini terjengkang dan pingsan seketika. Lalu ketiganya melompat cepat ke arah pinggiran hutan, dan menjauh tempta tadi. Tapi teriakan mereka sudah mengundang perhatian puluhan penjaga lainnya.Berbondong-bondonglah mereka mengejar Pendekar Mabuk, Alona dan Betani.Terdengarlah suara teriakan sambung menyambung ada penyusup. Sehingga gegerlah dalam waktu singkat tempat ini, yang berada tak jauh dari tahanan tersebut dan berjarak 50 meteran dari markas induk kaum pemberontak itu.Pendekar Mabuk yang khawatir setelah aksi mereka kepergok langsung dorong Alona agar duluan pergi dan dia akan menyusul.“Pergi duluan ka Alona, biar aku hadang para penjaga ini, kamu juga Betani kawal ka Alona!” bisik Pendekar Mabuk.Pendekar ini makin tak sabaran saat terlihat Ki Anom dan Pendekar Codet ada di antara puluhan penjaga berbaju hitam tersebut dan bergerak cepat kejar mereka.Di tamba
Gelapnya malam dan juga lebatnya hutan membuat Alona yang tak hapal jalan tersesat jauh, dari gua yang sudah di sebutkan Pendekar Mabuk sebelumnya.Dia pun akhirnya hanya berpikir lari sejauh-jauhnya dengan ilmu mengejar anginnya yang istimewa, agar terbebas dari kejaran kelompok pemberontak ini.Akhirnya setelah tengah malam dan hampir subuh dan berlari berjam-jam, Alona pun berhenti di dekat sebuah air terjun yang lumayan deras dan ada gua kecil di dekatnya.Setelah turunkan pondongannya dan juga melepas karung yang membungkus badan Pangeran Harman, kini Alona menurunkan tubuh pangeran ini ke lantai gua.Dia lalu nyalakan api ungun, untuk penerangan.“Aku harus sadarkan pangeran ini,” batin Alona, lalu dia menekan dada pangeran yang sudah bikin dadanya terguncang karena…cinta!Pelan-pelan hawa dingin masuk ke tubuh Pangeran Harman, sehingga lambat laun tubuhnya yang pucat mulai berubah normal. Kini sang pangeran terlihat seperti orang tidur saja.Ilmu pengobatan ini tentu saja Alona
Kini keduanya menyusup-nyusup untuk kembali ke Kotaraja Hilir Sungai. Kadang mereka berlari cepat dan…sambil bergandengan tangan.Bahkan saat sama-sama bersembunyi agar tak kepergok kaum pemberontak yang sedang berkeliaran, tubuh keduanya malah saling berdempetan.Keduanya sesaat saling tatap dan…Pangeran Harman pelan-pelan tapi pasti mendekatkan wajahnya dan Alona menerimanya dengan pasrah.Keduanya saling melumat dan pelukan makin erat…kalau sudah begini, Alona lupa, kalau dia sudah punya tunangan seorang perwira di kerajaan ayahnya.Hingga suatu malam saat mereka berada di sebuah hutan yang sepi dan saat itu hujan yang sangat deras, di dalam sebuah gua yang sepi dan gelap.Kedua manusia yang sedang di landa cinta ini, tak kuasa menahan hasrat yang menggebu-ngebu.Keduanya tenggelam dalam manisnya cinta, dinginnya cuaca di tambah rasa cinta yang menggeora, membuat Alona pasrah saat satu persatu pakaiannya mulai di lucuti pangeran ini.Dia pun makin terbuai saat Pangeran Harman mulai
Sedangkan Pendekar Mabuk kini pakai kumis dan jenggot panjang, yang diambil dari rambutnya, lalu di beri perekat. Sehingga penampilan nya terlihat lebih tua beberapa tahun.“Sempurna Bang, tapi ada yang kurang?” cetus Betani, hingga Pendekar Mabuk menatapnya.“Hmm apa itu yang kurang Betani?” tanya Pendekar Mabuk.“Kita harus ganti pakaian, masa begini pakaian kita, yang ada malah gagal penyamarannya,” sungut Betani, karena melihat Pendekar Mabuk tertawa-tawa melihat penampilannya yang berubah jadi wanita dewasa dengan tali lalat besar di pipi."Apaan sihh ketawa mulu dari tadi, apanya yang lucu, namanya juga nyamar, masa aku harus tampil bak putri raja," dengus Betani dan kembali mencebi, ciri khasnya yang tiba-tiba saja mengingatkan Pendekar Mabuk pada....Putri Kalia.“Baiklah adikku yang cantik, tunggu sebentar di sini!” Pendekar Mabuk kedipkan mata, hingga Betani makin mencebi.Tass…Pendekar Mabuk langsung menghilang dari pandangan Betani. Tak sampai 10 menitan Pendekar Mabuk sudah
Pendekar Mabuk kini sudah berhadapan dengan Ki Anom dan Pendekar Codet sekaligus.Saat memandang pedang miliknya ada di pinggang Ki Anom, kemarahan sesaat berkobar di dada pendekar ini.Namun di saat itu pula, dia teringat dengan sebuah jurus yang tak sengaja dia dan Putri Kalia ciptakan, yakni jurus pedang bayangan.“Istriku…aku pinjam pedangmu dulu yaa, agaknya biar cepat, biarlah aku sekalian gunakan senjata saja,” kata pendekar ini, sambil kedipkan mata.“Bagus, tak perlu banyak basa-basa, heiii Ki Anom, Codet, cabut juga senjata kalian. Hadapi Pendekar Tahi Lalat ini sekaligus, jangan sungkan,” perintah Pendekar Halilintar, sambil duduk di sebuah kursi dan juga meja di depannya, yang disediakan anak buahnya.Putri Seruni dan Nya Aura juga ikutan duduk dan menyaksikan pertarungan ini. Mereka seolah sedang saksikan sebuah pertunjukan saja, juga terlihat Pendeta Suli, Sawon dan pendekar-pendekar golongan hitam lainnya, yang tak Pendekar Mabuk kenal.Hari sudah beranjak malam, bulan