BERSAMBUNG
Bingunglah sesaat pendekar ini, kemana harus melacak menghilang secara misterius Alona dan Betani ini.Tak ada petunjuk sama sekali, kedua gadis jelita ini menghilang begitu saja dari kamar ini. Hanya ada satu petunjuk, yakni harum bunya mawar yang memabukan tersebut.“Siapa orangnya yang begitu lihai membius dan menculik mereka?” gumam Pendekar Mabuk ini, sambil merasakan bau harum yang bikin ngantuk ini.Satu-satunya jalan, aku harus ke pusat hiburan malam, biasanya di sana berkumpul penjahat-penjahat atau pun pendekar golongan hitam yang miliki hawa bius begini, pikir Pendekar Mabuk ini.Setelah bertanya-tanya ke beberapa orang, ia sampai di sebuah kompleks yang di namakan bunga rampai, letaknya agak di pinggiran kota.Tempat ini sangat ramai, berbagai manusia ada di sini, juga ada di sediakan tempat judi, sehingga kompletlah semuanya. Wanita, judi dan juga bisa mabuk sepuasnya, yang penting ada…fulussss.Pendekar Mabuk kini sengaja memilih duduk dipojokan dan seperti biasa, dia pes
Nyimas Usi terpekik (pura-pura), saat perabotanya tiba-tiba di pegang Pendekar Mabuk. Bahkan dia makin gelagapan, saat dadanya langsung di susur pendekar biawak ini.“Ihhh ga sabaran ya sayanggg…!” kata Nyimas Usi tertawa, lalu tanpa ragu dia meraih wajah Pendekar Mabuk dan melumatnya dengan bernafsu, adu lidah pun tak terelakan.Bunyi kericupan pun makin nyaring terdengar, aura mesum makin lama makin tak terkendali.“Masa main seruduk sihh…bikin aku melayang dulu sayang…!” bisik Nyimas Usi, lalu melepas gaunnya satu persatu.Gayanya yang anggun dan memikat membuat Pendekar Mabuk turun naik jakunnya. Lagi-lagi hampir saja dia lupa diri, pendekar sakti ini sama sekali tak sadar, ada aura mistis saat ini.Nafsu memang membuat kewaspadaannya berkurang drastis, apalagi mmelihat kemulusan tubuh Nyimas Usi, siapa yang tahannnnn, pikir Pendekar Mabuk.Tanpa pendekar ini sadari, sesuatu yang aneh keluar dari aroma perabotan Nyimas Usi ini.Apalagi saat hutan yang rimbun ini mulai terbuka perla
Satu hari kemudian…!Saat sadar, Pendekar Mabuk kaget, tangan dan kakinya terikat tali yang sangat kokoh, dia juga tak bisa salurkan tenaga dalam sakti-nya ke seluruh tubuhnya.Dirinya di dirikan di sebuah tiang kokoh di ruangan ini.Pendekar ini kaget, ada pisau kecil yang sengaja di tusukan di kedua bahunya, inilah yang membuatnya lumpuh.Rasa nyeri sesaat dia rasakan, sampai giginya gemeletuk menahan sakit.Musuh yang menawannya ternyata sangat lihai dan tahu titi lemah seorang pendekar, yakni sengaja menusuk bagian bahu, agar tak bisa salurkan tenaga dalamnya.Sehebat-hebatnya manusia, kalau kedua bahunya di tusuk dan pas di urat darahnya pasti akan lumpuh.Pendekar Mabuk sesaat memejamkan mata, untuk mengurangi rasa sakit di kedua bahunya.Saat rasa sakit itu menghilang perlahan, mulailah dia menatap ruangan ini.Alangkah kagetnya pendekar ini, ternyata dia tidak sendiri berada di ruangan mirip tahanan ini.“Alona…Betani…eh ada Pangeran Harman!” seru Pendekar Mabuk kaget bukan kep
Tiba-tiba Pangeran Harman bangun dari pingsannya, Pendekar Mabuk ikutan menatap wajah tampan pria ini.Sama seperti Pendekar Mabuk, dibahunya juga ada 2 pisau menancap, yang otomatis tidak dia tak bisa salurkan tenaga dalamnya. Nasib keduanya sama, tidak berdaya di tangan orang-orang jahat ini.“Kalian ini dasar manusia-manusia durjana, lepaskan mereka yang tak bersalah, kalian kan hanya incar aku, untuk rebut singgasana ibuku!” bentak Pangeran Harman.“Pangeran manja, kamu benar-benar tak berguna, ku ajari ilmu silat tinggi dan sudah bagus aku beri gelar Prabu, ehh malah tak berani kudeta Ratu Reswari,” kali ini Pendeta Suli mulai bersuara.“Ha-ha-ha…setan kalian semua, buat apa aku kudeta orang yang telah melahirkan aku. Sampai matipun aku tak akan mau menggulingkan ibundaku sendiri, bangsat!” bentak Pangeran Harman.Melihat kegagahan pangeran ini dan kini malah berbalik memusuhi gurunya dan komplotannya, detik ini juga simpati Pendekar Mabuk langsung terbetik di hatinya.Kini dia be
Pendekar Mabuk kaget bukan main, dia dan Alona serta Betani di bawa terpisah.“Bangsat, kalau aku lambat bertindak, bahaya sekali Alona dan Betani di bawa dua pendekar hewan itu,” batin Pendekar Mabuk mulai khawatir tak terkira dengan nasib kedua putri bangsawan ini.Dia sudah tahu, biarpun kedua mantan gurunya ini letoy kejantanannya, tapi kedua gurunya sampai kini masih belum bisa memecahkan jurus yang mereka ciptakan sendiri dan di ajarkan ke Pendekar Mabuk, yakni jurus mega halilintar.“Syarat terakhir jurus kita, hanya darah perawan dan dari keturunan darah biru, maka penyempuran jurus kita ini tercapai. Bila itu kita temukan, jurus mega halilintar ini akan sempurna mandraguna. Kalau ini kita kuasai, sehebat apapun ilmu Prabu Japra pasti akan keok melawan jurus kita ini, kita berdua akan menjelma jadi dua orang paling sakti di kolong langit, juga kamu pastinya Boon Me!” kata si Muka kuda kala itu.Inilah yang membuat Pendekar Mabuk khawatir bukan kepalang, apalagi syarat itu ada p
Di saat genting itu....!“Dua pendekar binatang bangsaattt…!” bentak Pendekar Mabuk dengan suaar mengguntur saat melihat Alona dan Betani diperlakukan begitu oleh 2 pendekar hewan ini.Dalam kemarahan yang luar biasa ini, Pendekar Hewan kerahkan seluruh kekuatannya yang sangat dahsyat.Jurus Rajawali dan Jurus Mengejar Angin di tambah kekuatan ular merah menyatu dalam diri Pendekar Mabuk yang sedang murka ini.Desss….blarrrr…!Bunyi ledakan dahsyat keluar dari jurus jarak jauh yang dikeluarkan Pendekar Mabuk.Tubuh si muka monyet dan si muka kuda bak terkena sambaran petir saking kerasnya tenaga dalam yang di lontarkan Pendekar Mabuk ini.Saking hebatnya jurus ini, 2 Pendekar Hewan terlempar hingga 20 meteran, tak kuasa keduanya hadang jurus hebat ini.Apalagi saat ini mereka sama sekali tak siap, karena perhatian tertuju ke tubuh Alona dan Betani.Tak berhenti sampai di sini, Pendekar Mabuk kembali susul dengan jurus berikutnya yang luar biasa dinginnya.Pendekar sakti ini sudah kelua
Kini mereka bertiga berunding untuk bebaskan Pangeran Harman dari sekapan Pendekar Gledek cs.Putri Betani yang sempat terguncang jiwanya kini bisa berlapang dada, dan lagi tidak terlalu larut dalam perasaan.Apalagi Pendekar Mabuk tetap tunjukan sikap seperti biasa, ia seolah lupa sudah melihat tubuhnya yang polos tanpa sehelai benangpun.Dia belajar dari Putri Alona kakaknya, yang juga bersikap biasa saja pada pendekar tampan ini.Bahkan Alona tak sungkan bercanda agak nakal dengan Boo Me si pendekar mabuk ini. Tak jarang Pendekar Mabuk dengan nada bercanda bilang, bakalan mabuk kepayang siapapun kelak yang akan jadi suami Alona."Hutan kamu lebat dan woww..!" ceplos Pendekar Mabuk, hingga Alona bukannya marah malah terbahak-bahak saja dan balas olok kalau punya Pendekar Mabuk ini juga sama saja.Candaan dewasa ini bikin wajah Betani kadang merah padam!“Satu-satunya jalan, aku akan memancing mereka mengeroyok diriku, nahh saat itulah, kalian berdua bebaskan pangeran itu,” kata Pende
Pendekar Mabuk kini bersantai di sebuah desa yang sudah masuk daerah ‘kekuasaan’ padepokan Gledek.Dia melihat ada beberapa orang yang kasak kusuk menatapnya. Pendekar ini tetap minum arak dan sengaja bergaya ‘mabuk’.Tingkahnya yang sengaja bersikap slengean, sudah membuat semua orang menatapnya aneh.Sambil mengamati orang-orang berada di warung ini, Pendekar Mabuk sudah bisa menduga, kini yang tersisa pastilah kaki tangan Pendekar Gledek.Orang-orang biasa atau warga desa sudah pergi diam-diam, mereka ketakutan melihat kedatangan pendekar ini, yang kadang sengaja ejek anak buah Pendekar Gledek dengan sebutan pasukan ular busuk.Pendekar Mabuk ucapkan itu seolah-olah sudah mabuk benaran, sehingga puluhan warga mendengarnya.Sudah dua botol arak dia habiskan.Sikapnya ini seolah-olah pendekar tampan ini mereka anggap cari mati saja, karena berani olok-olok kelompok yang paling di takuti di kawasan ini.Tapi Pendekar Mabuk tak peduli, karena memang ini yang dia cari, agar pentolannya m
Pendekar Putul kini menyamar seperti kakek tua, dia sengaja ke sini dan berlakon bak tamu di padepokan pimpinan Ki Rawa ini.Santernya soal padepokan ular hitam yang makin menancapkan kukunya di dunia persilatan, membuat Pendekar Putul tergerak turun tangan, apalagi pemimpinnya Ki Rawa, yang ingin dia hadapi saat ini.Dia pun juga kenalkan diri sebagai si Kakek Pincang, saat di terima Jinari dan Jamari di gerbang padepokan ini.Pendekar Putul melihat kedua wanita binal ini yang jadi ketua penyambutan tamu sampai menatapnya lama, terutama kakinya yang hanya satu.“Kenapa…ada yang aneh? Kakiku begini karena pernah bentrok dengan musuh hebat,” sungut si Putul jengkel, karena pandang mata kedua wanita cabul ini seakan meremehkannya.“Hmm…ya sudah, silahkan masuk, karena kamu bukan tamu VIP, penginapan buat kamu adanya di bagian barat, di barak sono!” cetus Jinari cuek dan pastinya anggap Pendekar Putul ini tak seberapa kesaktiannya.Si Putul pun dengan terpincang-pincang menuju ke barak ya
Padepokan Ular Hitam berubah total semenjak di ambil alih Ki Rawa bersama Pandekar Gledek dari tangan Ki Boka.Seluruh murid-murid Ki Boka di paksa jadi anak buah mereka dan kembali menyeleweng seperti saat jaman Ki Palung dan Ki Boka sebelum tobat setelah bertemu Prabu Japra, yang melawan mereka bunuh.Sehingga banyak yang tak suka dengan Ki Rawa, diam-diam memilih kabur dan meminta pertolongan dengan kaum pendekar golongan putih.Inilah yang membuat banyak golongan putih tewas atau terluka, setelah bentrok dengan kelompok Ular Hitam tersebut, yang semakin hari semakin kuat saja, sengan banyaknya kelompok golongan hitam bergabung.Permaisuri Aura sudah tahu soal ini, makanya dia mengutus Ki Roja atau Pendekar Budiman, untuk selidiki padepokan milik pamannya ini, sekaligus basmi kelompok Ki Rawa tersebut.Putri Seruni sebenarnya juga ingin ke sana untuk bikin perhitungan dengan Ki Rawa, tapi dia saat ini tengah hamil anak pertama, setelah hampir 13 tahun menikah dan baru kali ini menga
“Maafkan aku kakek Prabu Japra, kali ini cucumu yang pernah durhaka ini akan menjadi pendekar yang baik, tidak lagi jadi pendekar jahat!” tekad si Putul.Dan kini dia sudah menemukan sebuah desa, lalu beli pakaian yang bagus dan juga kuda, untuk lanjutkan perantauannya.Koin emas yang dulu dia bawa masih banyak dan untungnya tak tercecer saat dia terjungkal ke jurang dulu.Cuman dia tak lagi antusias mencari kedua orang tuanya. Dia malu pernah menyeleweng, apalagi ayahnya Prabu Harman seorang maharaja di Kerajaan Hilir Sungai.“Kasian ayahanda Prabu Harman, pasti sangat malu tak ketulungan, punya anak seperti aku, sudah cacat, menyeleweng pula, jatuh harga diri beliau!” gumam si Putul termangu d atas kudanya yang dia biarkan jalan sendiri.Uniknya, sampai kini si Putul belum tahu, kalau Putri Alona, ibu kandungnya, justru adik ayahnya sendiri. Si Putul juga tak ada niat lagi untuk cari ibu kandungnya, dia hanya ingin membawa hatinya, kemana saja.Sejak turun gunung, si Putul buktikan t
Setelah Pangeran Akmal bercerita, giliran Pangeran Daha yang ceritakan pengalamannya yang di sempat di culik Dua Kembar Ruba Betina dan Pendekar Serigala, saat bermaksud selidiki Temanggun Dawuk, kepala kadipaten Barabong.Namun di tolong seseorang yang sangat misterius dan sampai kini Pangeran Daha tak tahu siapa penolongnya tersebut.Tentu saja Pangeran Daha tidak bercerita soal penyekapan 3 hari 3 malam, yang membuat dia jadi permainan kedua betina genit itu.Yang anehnya semenjak sembuh dari pengaruh racun mawar merah, kekuatannya diam-diam naik berlipat?“Aku tak melihat jelas wajahnya, hanya aku tahu penolongku itu berjubah hitam, dalamnya putih, wajahnya tak begitu jelas…oh yaa…sebentar, orang itu pakai tongkat!” kata Pangeran Daha, sambil ingat-ingat tubuh si penolongnya.Pangeran Daha juga bilang, tak tahu apakah pendekar usianya itu sudah tua ataukah seumuran dirinya. Tapi yang dia tahu, penolongnya bukan wanita, tapi sosok pria.Kakek Slenge’an, Putri Dao dan Pangeran Akmal
Dan sekali ini, si pemuda ini harus mengaku dalam hatinya bahwa lawannya sungguh sama sekali tidak boleh disamakan dengan lawan-lawannya yang pernah dia kalahkan.Ternyata si kakek ini memiliki ilmu pedang yang hebat, di samping tenaga dalamnya yang kuat, ditambah lagi sebatang pedang pusaka pendeknya yang sangat ampuh!“Kakek mundurlah, biar aku yang gantian hadapi dia!” tiba-tiba Putri Dao maju ke gelanggang pertarungan dan si kakek ini mundur, lalu berdiri di samping Pangeran Daha.Melihat gaya anggun dan kini saling berhadapan dari jarak 5 meteran, makin tak karuan rasa si pemuda ini.Mulailah Si Pemuda merasa ketar-ketir, melawan si kakek tadi saja dia sudah kelabakan, entah bagaimana pula dengan si gadis cantik yang agaknya galak ini, tapi sudah bikin hatinya jungkir-balik.Belum lagi pria yang tak kalah tampan dengannya, yang sejak tadi terlihat tenang-tenang saja, sama tak ada wajah khawatir dari raut mukanya.Bahkan Pangeran Daha seakan ingin lihat, apakah kepandaian keponakan
“Mereka akan merekrut sebanyak-banyaknya anggota, baik warga biasa, kaum pendekar golongan hitam ataupun putih, lalu akan mendirikan sebuah kerajaan baru, Kadipaten Barabong sudah berhasil mereka kuasai!” kata Putri Dao dengan bersemangat, bahkan tangan dan matanya seakan ikutan bicara.Sangat menarik dan makin cantik saja keponakannya ini saat bercerita, andai orang lain, pasti sejak tadi Pangeran Daha sudah jungkir balik jatuh cinta.Kecantikan Putri Dao, tentu saja mengalahkan kekasihnya, si Putri Nia.Kagetlah Pangeran Daha, ini bukan gerakan main-main, apalagi setahunya Pendekar Gledek sangat berpengalaman susun kekuatan, untuk kemudian lakukan makar.Walaupun selalu gagal, karena dihancurkan Prabu Japra dan Pangeran Boon Me, yang sukses dua kali gagalkan misi besar Pendekar Gledek.Sehingga sampai kini, Pendekar Gledek dendam tak kepalang dengan orang tua dan kakak dari Pangeran Daha ini.Tapi kalau terlambat di basmi, bisa jadi gerakan kelompok ini makin besar dan makin kuat ser
Sosok hitam yang mereka --Baung, Jinari dan Jamari, pikir hantu ini lalu mengusap wajahnya.Kemudian terlihatlah wajah yang sangat tampan, tapi berwajah murung, pakaian dalamnya putih, tapi di tutup jubahnya yang berwarna gelap.Lelaki tampan ini lalu masuk ke dalam kereta ini dan dengan cepat pondong tubuh Pangeran Daha yang setengah tertidur alias setengah pingsan ini.Gerakannya sangat cepat dan tak lebih dari 2 detik, tubuhnya yang kokoh dan menggunkan tongkat sudah lenyap dalam hutan lebat yang gelap ini.Saking hebatnya ilmu meringankan tubuhnya, kereta ini sama sekali tak bergerak, ini menandakan orang ini luar biasa ilmu silatnya.Pangeran Daha yang setengah sadar terbangun, dia merasa aneh, kenapa kini berada di sebuah gua, hari pun sudah beranjak pagi, tidak lagi malam dan berada di dalam kereta yang di bawa Dua Rubah Betina serta Pendekar Serigala.Tapi Pangeran ini tak pikirkan itu, dia cepat-cepat lakukan semedi dan kerahkan seluruh kesaktian tenaga dalamnya, untuk kembali
Kedua Kembar Rubah Betina yang bernama Jinari dan Jamari ini langsung kalang kabut berpakaian.Padahal mereka tengah enak-enaknya naik ‘kuda jantan’ ini, yang sengaja mereka recoki obat kuat, agar tetap perkasa, walaupun tenaga dalamnya tak berfungsi.“Sialan si Pendekar Serigala, orang lagi nanggung, eh main panggil saja,” gerutu Jinari, sambil bantu Pangeran Daha berpakaian lagi.Saking gemasnya, dia malah sempat-sempatnya memegang tongkat Pangeran Daha yang masih kokoh bak tongkat ulin.“Ihh padahal masih ngacengg say!” kata Jamarin terkekeh dan dengan gemas sempat melumat batang ini.Tapi panggilan orang yang mereka sebut Pendekar Serigala membuat keduanya dengan terpaksa papah Pangeran Daha keluar dari kuil tua ini.“Gila sekali kalian berdua, tahu kah kalian siapa dia ini hahhh? Dia ini Pangeran Daha, putra mahkota Kerajaan Muara Sungai. Kalau sampai lepas gara-gara ulah kalian, leher kalian berdua yang mulus itu bakalan misah dari tubuh kalian yang bakalan dilakukan guru kita,”
Bukannya melaporkan ke dalam, ke 5 orang ini serempak mengurung Pangeran Daha, bahkan tak lama datang lagi 10 orang, dengan golok terhunus.Sempat pangeran ini ingin berontak, namun dia pikir, lebih baik pura-pura menyerah untuk selidki apa yang sebenarnya terjadi.Pangeran Daha pun di bawa ke dalam bangunan ini dan kagetlah dia, setelah pedangnya di ambil, Pangeran Daha di masukan ke dalam sebuah kerangkeng hewan yang sangat kuat.Kerangkeng ini biasa di gunakan untuk menangkap hewan buas, seperti biruang juga harimau, bahkan gajah liar.“Hmm…makin aneh saja,” pikir Pangeran Daha, andai dia mau, tak sulit baginya jebol kerangkeng ini.Pangeran Daha di biarkan di sana sampai malam hari, tak pernah terlihat batang hidung Temanggung Dawuk.Namun tengah malam, Pangeran Daha kaget sekali saat mencium bau seperti bunga mawar, lalu dia pun tak sadarkan diri.Tak lama, tubuhnya yang sudah tak berdaya ini dikeluarkan dari karangkeng, dan di halaman rumah Temanggung Bawuk ini sudah menunggu seb