BERSAMBUNG
“Mau apa kalian? Bukan teman kami yang salah, tapi teman kalian yang kurang ajar ganggu aku dan adikku,” kali ini Alona yang bicara dengan nada ketus.“Amboiii cantiknya, kayak bidadari turun dari empang pa bos, kalau ceweknya begini, nggak pake lihat pun oke aja dahh!” sahut salah satu dari 30 an orang ini sambil terkekeh diikuti rekan-rekanya, tapi mata mereka selalu melotot melihat kecantikan Putri Alona dan Putri Betani.Hingga Alona dan Betani risih tak terkira melihat orang ini dan hampir semuanya, seolah-olah baru kali ini nemu benda hidup luar biasa.Bahkan kini mereka sudah mengurung ketiganya, Alona dan Betani langsung bersiap. Pendekar Mabuk beda lagi, ia malah secara lihai ambil sebotol arak milik salah satu dari ke 30 an orang ini.“Ka Alona, adik Betani, saatnya kalian beri pelajaran pada ular-ular hitam yaa, aku mau ngaso dulu, dah saatnya mabuuuukkk he-he-he!”Lalu sekali genjot, Pendekar Mabuk ini sudah naik ke sebatang pohon yang tingginya hampir 10 meteran dan nangkr
Kini Pendekar Mabuk kembali menonton pertarungan yang amat seru ini, tapi ia tetap waspada, jangan sampai Putri Alona dan Putri Betani kalah apalagi terluka.Ia pun menatap penuh perhatian, walaupun botol minuman tetap berada di tangan dan sesekali dia tengak.Kenapa Alona dan Betani belum juga mengalahkan ke 30 an orang ini, padahal sangat mudah kalau itu mereka lakuan..?Ternyata keduanya memang tak ada niat membunuh, hanya ingin mengalahkan sekaligus beri pelajaran saja.Tapi mereka lupa, ke 30 an orang tersebut justru memiliki ilmu kanuragan yang tinggi, walaupun tidaklah terlalu sakti seperti mereka berdua, di mana guru keduanya adalah orang tua mereka sendiri yang sangat sakti.‘Kelemahan’ Putri Alona dan Putri Betani mereka manfaatkan dengan menerjang lebih hebat lagi.Tapi kalau 30 an ini bergabung, tentu menjadi kekuatan yang hebat. Kini 30 an orang bersebut mulai gunakan kecerdikan.Golok mereka membentuk lingkaran lebar, lalu kembali menyerang, ujung golok mereka seperti ana
“Iya ka Seruni, aku hidup lagi!” sahut Pendekar Mabuk enteng. Keduanya sesaat saling pandang, lalu Seruni melengus dan menatap Alona serta Betani bergantian.“Hmm…apa hubunganmu dengan dua wanita ini, kenapa kamu membelanya, setelah menghajar 30 an anak buahku!” sentak Putri Seruni tak senang.Putri Betani dan Putri Alona tentu saja heran, Pendekar Mabuk justru kenal baik dengan wanita cantik berbaju hitam strip sulaman merah berbentuk ular di dada ini.“Anak buahmu yang kurang ajar!” sela Putri Betani, hingga Putri Seruni mendelik tak senang.“Diam kamu anak kecil, kalau kamu nggak di bantu si Boon Me ini, mungkin leher mulusmu sudah putus kena pedangku,” ejek Putri Seruni, diam-diam dia panas hati melihat Pendekar Mabuk akrab dengan kedua gadis jelita ini.Walaupun sebenarnya mereka saling ‘sayang’ bak saudara, tapi namanya wanita, pasti cemburu kalau ada wanita lain yang tak kalah cantiknya.“Huhh lagaknya aku sudah besar tauuu. Siapa takut sama kamu, ayoo bertanding lagi,” dengus P
Tak ada lagi alasan menolak, Pendekar Mabuk akhirnya membolehkan kedua kakak beradik ini ikut.Melihat Putri Seruni sudah kembali dari negeri Thai, Pendekar Mabuk pun yakin kalau Pendekar Gledek juga ada di sini.Tak perlu lagi menunda-nunda perjalanan lagi, musuh besarnya itu si Pendekar Gledek pasti sudah ada di padepokannya, pikir Pendekar Mabuk.“Baiklah…ingat yaa, kalian sudah tahu resikonya,” kata Pendekar Mabuk, ia lalu sengaja genjot tubuhnya dengan menggunakan jurus mengejar angin-nya, menuju ke arah Timur Pegunungan Meratus, di mana padepokan Gledek berada.Tubuhnya berubah seperti bayangan saja saking cepatnya.“Ihh dia nggak tahu kehebatan kita ayo ka Alona kita kejar abang Boon Me!” ajak Putri Betani.Tubuh keduanya juga berkelebatan sangat cepat mengejar ke arah Pendekar Mabuk terbang tadi.Saat Pendekar Mabuk menoleh, dia senyum sendiri, Alona dan Betani ternyata tidak jauh tertinggal di belakangnya.Seakan ingin ngetes kemampuan keduanya, Pendekar Mabuk kini sengaja ker
Bingunglah sesaat pendekar ini, kemana harus melacak menghilang secara misterius Alona dan Betani ini.Tak ada petunjuk sama sekali, kedua gadis jelita ini menghilang begitu saja dari kamar ini. Hanya ada satu petunjuk, yakni harum bunya mawar yang memabukan tersebut.“Siapa orangnya yang begitu lihai membius dan menculik mereka?” gumam Pendekar Mabuk ini, sambil merasakan bau harum yang bikin ngantuk ini.Satu-satunya jalan, aku harus ke pusat hiburan malam, biasanya di sana berkumpul penjahat-penjahat atau pun pendekar golongan hitam yang miliki hawa bius begini, pikir Pendekar Mabuk ini.Setelah bertanya-tanya ke beberapa orang, ia sampai di sebuah kompleks yang di namakan bunga rampai, letaknya agak di pinggiran kota.Tempat ini sangat ramai, berbagai manusia ada di sini, juga ada di sediakan tempat judi, sehingga kompletlah semuanya. Wanita, judi dan juga bisa mabuk sepuasnya, yang penting ada…fulussss.Pendekar Mabuk kini sengaja memilih duduk dipojokan dan seperti biasa, dia pes
Nyimas Usi terpekik (pura-pura), saat perabotanya tiba-tiba di pegang Pendekar Mabuk. Bahkan dia makin gelagapan, saat dadanya langsung di susur pendekar biawak ini.“Ihhh ga sabaran ya sayanggg…!” kata Nyimas Usi tertawa, lalu tanpa ragu dia meraih wajah Pendekar Mabuk dan melumatnya dengan bernafsu, adu lidah pun tak terelakan.Bunyi kericupan pun makin nyaring terdengar, aura mesum makin lama makin tak terkendali.“Masa main seruduk sihh…bikin aku melayang dulu sayang…!” bisik Nyimas Usi, lalu melepas gaunnya satu persatu.Gayanya yang anggun dan memikat membuat Pendekar Mabuk turun naik jakunnya. Lagi-lagi hampir saja dia lupa diri, pendekar sakti ini sama sekali tak sadar, ada aura mistis saat ini.Nafsu memang membuat kewaspadaannya berkurang drastis, apalagi mmelihat kemulusan tubuh Nyimas Usi, siapa yang tahannnnn, pikir Pendekar Mabuk.Tanpa pendekar ini sadari, sesuatu yang aneh keluar dari aroma perabotan Nyimas Usi ini.Apalagi saat hutan yang rimbun ini mulai terbuka perla
Satu hari kemudian…!Saat sadar, Pendekar Mabuk kaget, tangan dan kakinya terikat tali yang sangat kokoh, dia juga tak bisa salurkan tenaga dalam sakti-nya ke seluruh tubuhnya.Dirinya di dirikan di sebuah tiang kokoh di ruangan ini.Pendekar ini kaget, ada pisau kecil yang sengaja di tusukan di kedua bahunya, inilah yang membuatnya lumpuh.Rasa nyeri sesaat dia rasakan, sampai giginya gemeletuk menahan sakit.Musuh yang menawannya ternyata sangat lihai dan tahu titi lemah seorang pendekar, yakni sengaja menusuk bagian bahu, agar tak bisa salurkan tenaga dalamnya.Sehebat-hebatnya manusia, kalau kedua bahunya di tusuk dan pas di urat darahnya pasti akan lumpuh.Pendekar Mabuk sesaat memejamkan mata, untuk mengurangi rasa sakit di kedua bahunya.Saat rasa sakit itu menghilang perlahan, mulailah dia menatap ruangan ini.Alangkah kagetnya pendekar ini, ternyata dia tidak sendiri berada di ruangan mirip tahanan ini.“Alona…Betani…eh ada Pangeran Harman!” seru Pendekar Mabuk kaget bukan kep
Tiba-tiba Pangeran Harman bangun dari pingsannya, Pendekar Mabuk ikutan menatap wajah tampan pria ini.Sama seperti Pendekar Mabuk, dibahunya juga ada 2 pisau menancap, yang otomatis tidak dia tak bisa salurkan tenaga dalamnya. Nasib keduanya sama, tidak berdaya di tangan orang-orang jahat ini.“Kalian ini dasar manusia-manusia durjana, lepaskan mereka yang tak bersalah, kalian kan hanya incar aku, untuk rebut singgasana ibuku!” bentak Pangeran Harman.“Pangeran manja, kamu benar-benar tak berguna, ku ajari ilmu silat tinggi dan sudah bagus aku beri gelar Prabu, ehh malah tak berani kudeta Ratu Reswari,” kali ini Pendeta Suli mulai bersuara.“Ha-ha-ha…setan kalian semua, buat apa aku kudeta orang yang telah melahirkan aku. Sampai matipun aku tak akan mau menggulingkan ibundaku sendiri, bangsat!” bentak Pangeran Harman.Melihat kegagahan pangeran ini dan kini malah berbalik memusuhi gurunya dan komplotannya, detik ini juga simpati Pendekar Mabuk langsung terbetik di hatinya.Kini dia be