Share

bab 2

Sofia memandang tubuhnya di cermin, gaun hitam bertabur Glitter mewah dengan tali spaghetti pres body yang melekat ditubuhnya membangun kesan seksi di dirinya.

Wanita itu cukup risih berpakaian seterbuka itu, pasalnya selama ini dia tidak pernah mengenakan gaun seksi.

Sofia harus melewati masa remajanya dengan baju-baju yang dibeli untuknya sebelum kedua orang tuanya meninggal, atau paling tidak dengan baju-baju lungsuran Alea.

Ada perasaan takjub juga haru menatap pantulan dirinya dicermin. Kalau gadis-gadis seusianya sibuk dengan party-party dan fashion berganti, Sofia harus berpuas diri untuk tidur lebih cepat untuk menghilangkan penat seharian bekerja diluar rumah, juga didalam rumah

Derit pintu kayu yang dibuka dari luar cukup memekakkan telinga, selain karena kayu pintu yang telah tua tanpa perawatan juga karena didorong paksa tanpa kelembutan.

"Sofia, aku akan mendandani mu malam ini," ujar Alea seraya berjalan mendekat kearah sang sepupu yang akan menggantikannya menjadi tawanan pelunas hutang sang Daddy malam ini.

Sofia diam saja, menatap bingung penuh selidik pada sang sepupu yang seumur mereka tinggal dibawa satu atap yang sama, Alea tidak pernah peduli, bahkan sekedar berbicara lembut saja tidak.

Namun malam ini, entah angin apa wanita itu tiba-tiba ingin mendandaninya.

Sofia memasang alarm tidak beres diotaknya atas keanehan sikap sang sepupu.

"Duduk!" Perintah Alea kasar.

Sofia menurut, kembali duduk dikursi depan meja rias yang warnanya mulai memudar.

"Ternyata kamu cocok juga dengan gaun hitam ini. Tak kusangka kalau kamu yang pakai terlihat indah dan seksi. Aku yakin tuan Allen tidak akan berfikir dua kali untuk menjadikanmu simpanannya." Ujar Alea menyeringai sinis.

"Apa maksudnya?" Tanya Sofia bingung.

"Bukan apa-apa. Sebaiknya kamu segera bersiap. Seseorang akan datang menemui mu!" Ujar Alea salah tingkah. Wanita itu takut rencana licik mereka diketahui Sofia, dan wanita itu melakukan perlawanan.

Wanita licik itu memejamkan matanya lega saat Sofia tak lagi bertanya lebih detail, hampir saja dia mengacaukan semua rencana yang telah mereka susun, dia takut sekali kalau rencana mereka sampai gagal dan yang menjadi tawanan adalah dirinya.

"Aku yakin pasti ada yang tak beres. Ayo katakan padaku ada apa Alea!" Paksa Sofia sekali lagi.

"Tak ada apa-apa Sofia. Kami hanya akan memperkenalkan mu pada seseorang, dia anak teman ibumu dimasa lalu." Ujar nyonya Rara melesak masuk kedalam kamar kumuh Sofia.

Wanita itu terlihat enggan menginjakkan kakinya dikamar sempit itu, namun karena mendengar Sofia terus saja mendesak Alea untuk mengatakan kebenarannya. Nyonya Rara tahu anaknya tidak sepandai itu untuk terus berkilah.

"Be-- benarkah?" Tanya Sofia ragu.

Nyonya Rara hanya mengendikkan bahunya singkat.

"Yahh, segera bersiap jangan membuat orang lain menantimu dengan kesal." Ujar wanita itu ketus seraya meninggalkan Sofia juga Alea disana.

"Ayo aku rias wajahmu biar kamu percaya diri bertemu dengannya!' Ujar Alea mulai memainkan kuas dan alat make-upnya diwajah natural Sofia.

Selang setengah jam, akhirnya Alea menyelesaikan keterampilannya diwajah Sofia.

Alea menatap tak suka pada wajah Sofia. Pasalnya kecantikan wanita itu terpancar ratusan kali dibanding saat dia tak memakai riasan. Sungguh amat sangat jauh berbeda dibandingkan dengan Alea yang selalu tampil paripurna dengan riasan sekalipun.

'padahal aku hanya meriasnya asal-asalan tapi kenapa jalang sialan ini tampak begitu cantik.' Gerutu Alea dalam hati.

"Sudah, kamu tunggu disini! Aku akan memanggil mu kalau tamunya sudah tiba," Ujar Alea ketus.

Sofia menganggukkan kepalanya pelan, kemudian kembali menatap pantulan wajahnya dari cermin.

"Aku cantik? Kenapa selama ini aku tak merasa bahwa aku cantik?" Ujar wanita itu dengan senyum merekah sumringah.

Sofia tidak pernah menyangka bahwa ini adalah senyum terakhirnya untuk batas waktu yang tidak dapat ditentukan.

* *

Suara pintu yang dibuka pelan menyadarkan Sofia dari lamunannya.

"Sofia, ayo kedepan. Mommy dan Daddy sudah menunggumu!" Ujar Alea memanggil Sofia setengah berbisik. Membuat gadis malang itu mengerutkan keningnya bingung.

Mau tak mau Sofia akhirnya menurut melangkah keluar menuju ruang tamu, walau hatinya bertanya-tanya siapa gerangan yang akan ditemuinya, dan mengapa Alea memilih menghindar dibandingkan mengikutinya keruang tamu.

Padahal biasanya wanita itu tidak ingin Sofia menjadi pusat perhatian orang-orang sementara dirinya tersisihkan.

Sofia menyeret langkahnya hingga ruang tamu, disana sudah ada paman dan istrinya, juga seorang pria yang tampan dengan tubuh tegap berpakaian formal.

"Tuan James, kenalkan ini putri kami. Namanya Sofia." Ujar Tuan Darren seraya melangkah mendekati Sofia dan menarik lengan gadis itu agar segera mendekat pada James.

James sendiri adalah kaki tangan Allen Anthonio sang mafia mata keranjang.

Pria yang dipanggil James memicingkan matanya dengan alis mengerut dalam tanpa suara. Memandang Sofia dari atas kebawah.

"Hemm-- yah bagus. Jadi ini adalah tebusan hutang anda tuan Darren? Anda tidak akan menyesali memberikan putri anda pada tuan saya kan?" Tanya James memastikan.

"Yah, tentu saja tidak. Tolong sampaikan. permintaan maaf ku pada tuan Allen Anthonio. Mulai sekarang putri kami Sofia adalah miliknya. Dia bisa melakukan apapun sesuka hatinya pada gadis ini." Ujar tuan Darren dengan senyum lebar.

Sedangkan Sofia kini telah membelalakkan matanya mendengar apa yang diucapkan sang paman.

"Penebusan hutang? Paman apa maksudnya. Anda menjual saya untuk melunasi hutang anda? Tapi kenapa paman?" Cecar Sofia panik.

Wanita muda itu menatap sang paman bingung, namun tak ada jawaban yang diterimanya dari adik ayahnya tersebut. Lalu Sofia kembali menatap istri dari pamannya, sayangnya wanita itu hanya menatap kearah lain seolah enggan bertemu pandang dengan Sofia.

"Diam kamu, jangan membuat keributan atau kamu akan merasakan akibatnya!" Desis nyonya Rara persis di telinga Sofia.

"Paman, tidak paman jangan lakukan ini Sofia mohon. Sofia janji akan menjadi anak yang baik dan penurut. Jangan serahkan Sofia pada tuan Allen Anthonio. Sofia tahu siapa pria itu, pria tua yang kejam dan suka merusak wanita." Rintih Sofia dengan netra yang telah basah dengan air mata yang menganak sungai.

"Apa-apaan kamu Sofia, sebaiknya kamu menurut dan jangan membuat kekacauan!" Bentak tuan Darren geram.

"Tidak, paman jangan lakukan ini. Kalau paman ingin mengorbankan seseorang untuk melunasi hutang paman, jangan korbankan aku, korbankan saja putri paman sendiri Alea." Jerit Sofia frustasi.

Plakkkk...

Suara tamparan menggema diruang tamu rumah mewah milik keluarga Gussel malam itu.

Tuan Darren mengepalkan tangannya dan mengatupkan giginya yang bergemeletuk menahan kemarahannya.

Pria itu meraih dagu Sofia dan mencengkeramnya keras.

"Jangan pernah menyebut nama putriku, atau aku akan menggali kuburan orang tuamu dan membiarkan petinya tercecer dijalanan dan membiarkan tulang-tulangnya menjadi santapan anjing." Ancam tuan Darren kejam.

Sofia menggelengkan kepalanya lemah, sungguh dia tidak sanggup bila sudah menyangkut tentang kedua orang tuanya.

Gadis itu menatap sang paman dengan tatapan memicing nyalang.

"Jangan pernah menyentuh makam kedua orang tuaku. Aku rela kalian menggerogoti warisannya selama ini bukan berarti aku rela kalian menggunakan nama orang tuaku untuk melakukan kejahatan. Aku akan menuntut balas atas kejahatan kalian kepadaku suatu hari nanti!" Desis Sofia menatap penuh kemarahan pada sang paman dan istrinya.

Walau dalam lubuk hatinya yang tercipta adalah kecewa dan sakit hati, namun matanya mengibarkan kebencian yang sanggup membuat nyonya Rara meneguk ludahnya Kelu.

"Yah, bermimpilah sesuka hatimu. Karena setelah malam ini kamu bahkan tidak akan lagi melihat matahari." Ujar nyonya Rara selepas mengendalikan dirinya.

"Kalian kejam, apa salahku pada kalian? Selama ini aku tidak menggunakan sepeserpun uang peninggalan orang tuaku. Aku mengusahakan semuanya sendiri. Aku bahkan tidak makan dari kalian, tapi tidak harus seperti ini. Kalau kalian ingin aku pergi dari sini aku akan segera pergi. Tapi tolong jangan menyerahkan ku pada mafia tua seperti Allen Anthonio. Aku tidak ingin menjadi perempuan pelacurnya." Racau Sofia sesenggukan.

"Kalau kami melepaskan mu, maka pria kejam itu akan mengambil Alea sebagai ganti. Jadi dibandingkan anakku yang berharga, lebih baik aku menyerahkan mu. Kamu itu sebatang kara didunia ini. Akan lebih baik kalau kamu bermanfaat sekali saja!" Hardik tuan Darren semakin kesal.

Sofia menggelengkan kepalanya cepat. Menatap dengan tatapan nyalang sesekali memelas.

"Kalian sungguh kejam." Desis Sofia putus asa.

**

"Ehhmm--- jadi bagaimana? Apakah saya bisa membawa putri anda?" Suara James menginterupsi ketiganya.

Pria itu hanya menatap dari jauh adegan demi adegan yang terjadi. Walau dalam hatinya menyimpan banyak tanya, namun dia tidak bertanya apapun. Disini dirinya hanya menjalankan tugas yang diberikan oleh sang bos mafia yakni menjemput tawanan wanita yang akan menjadi mainan baru sang tuan mafia kejam.

"Yah, silahkan bawa. Paksa saja dia kalau membantah tuan James." Ujar sang paman dengan pongahnya.

"Tidak-- tidak bisa tuan. Jangan bawa saya, saya bukan putri kandung pria itu. Saya hanya keponakan mereka." Ujar Sofia menatap memelas pada James.

"Jangan dengarkan dia tuan. Dia hanya sedang berusaha menipu tuan. Putri kami ini memang bandel dan susah diatur." Jawab nyonya Rara mencari alasan.

James menganggukkan kepalanya acuh. Baginya tidak begitu penting wanita itu bandel atau berusaha berbohong. Selama tugasnya selesai dengan tepat maka James tidak begitu peduli pada kebenaran atau kesalahan.

James mengangkat dua jarinya, menandakan agar anak buahnya segera menyeret Sofia masuk kemobil.

Wanita itu terus saja memberontak, menolak untuk dibawa, namun sekuat apapun Sofia berontak nyatanya wanita itu tetap kalah dengan kekuatan pria yang menyeretnya masuk kemobil.

"Lepaskan saya tuan, saya mohon-- saya bukan putri mereka!" Rintih Sofia terdengar memilukan.

Namun sama seperti tuannya, James tidak berbeda jauh. Pria itu tidak peduli dengan penolakan yang dilakukan oleh Sofia juga rintihan dan jeritannya.

"Simpan tenagamu untuk memuaskan tuan kami. sebaiknya kamu istirahat!" Ujar James datar.

"Tidak. Kumohon jangan, aku tidak ingin bertemu dengan bos kalian!" Jawab Sofia ketakutan.

"Kalian semua kejam, paman dan bibiku serta putrinya juga kejam. Apa salahku? Padahal diriku hanyalah anak yatim piatu." Rintih Sofia lemah.

Wanita itu menatap jalanan, merangkai luka hati dan lara yang menjadi bahan bakar kesakitan dan dendam yang sedikit demi sedikit berkobar didadanya.

Sofia menarik tangannya terlepas dari cengkraman dua pria yang duduk dikanan dan kirinya.

Wanita itu kemudian mengusap lembut kalung pemberian sang ibu saat usianya sepuluh tahun. Sebersit rindu yang tak tertahankan menelusup kedalam hatinya lagi-lagi tanpa permisi.

Bening kristal yang tadi sempat berhenti kini kembali menetes satu persatu tanpa bisa dikendalikan.

"Mommy, Daddy Sofia rindu. Sofia sangat butuh bantuanmu sekarang. Tolong Sofia mom, dad!" Gumam wanita muda itu didalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status