Beranda / Fantasi / Penakluk Sihir Iblis / Di Bawah Rindangnya Wisteria Ungu

Share

Di Bawah Rindangnya Wisteria Ungu

Penulis: Aspasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 11:00:38

Tiānyin menyeret Huànyǐng yang masih mengoceh panjang lebar, melontarkan protes tanpa henti atas perlakuan pemuda itu. Suaranya yang cempreng cukup membuat telinga Tiānyin berdengung. Namun, ia tetap bergeming, tak mengindahkan satu pun keluhan Huànyǐng. Sementara itu, Héxié Zhìzūn mengikuti mereka dari belakang, senyum tipis menghiasi wajahnya seolah menikmati pemandangan itu.

"Chénxī, kau mau membawaku ke mana?" Huànyǐng akhirnya bertanya setelah mereka melewati ribuan anak tangga batu yang dinaungi gugusan bunga wisteria ungu.

Udara di sekitar mereka dipenuhi aroma lembut bunga itu. Sementara angin sore berembus pelan, menggoyangkan kelopaknya yang berguguran seperti hujan ungu. Kini mereka menyusuri jalan setapak yang disusun dari batu alam, dihiasi rumput mutiara yang tampak segar dan hijau di sela-selanya.

"Zǐténg Jū!" jawab Tiānyin singkat, nada suaranya tegas, nyaris dingin. Jemarinya tetap menggenggam erat pergelangan tangan Huànyǐng, mencegahnya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Penakluk Sihir Iblis    Zǐténg Jū (Kediaman Wisteria)

    "Chénxī, tempat apa ini?" Huànyǐng bertanya ragu, matanya menyapu sekeliling. Gugusan bunga wisteria ungu menjuntai anggun dari pergola kayu, mengeluarkan aroma samar yang menenangkan."Meski indah, tempat ini terasa terlalu sunyi," gumamnya, "hampir seperti terputus dari dunia luar." Ia mengikuti langkah Tiānyin yang berjalan di depannya, masih menggenggam lengannya erat tanpa sedikit pun niat untuk melepaskannya. Jemari pemuda Yue itu terasa dingin, kontras dengan suhu sore yang hangat."Eh, bukankah Kediaman Aroma Wisteria memang selalu sepi?" gumamnya lagi, separuh berbicara pada dirinya sendiri.Ia sudah tidak merasa canggung dengan perlakuan Tiānyin padanya. Toh, itu lebih baik daripada pemuda Yue itu menyentuh bagian tubuhnya yang lain, pikirnya. Huànyǐng tidak ingin mendapatkan perlakuan tak terpuji dari murid kesayangan He Yun Dàshi. Itu hanya akan membuatnya kehilangan muka, apalagi di hadapan para gadis-gadis cantik.Cukup banyak murid

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Penakluk Sihir Iblis    Alunan Tawa Di Jìng Jū (Griya Hening)

    Jìng Jū (Griya Hening) di Kediaman Aroma WisteriaHe Yun Dàshī duduk dengan anggun, jemarinya yang lentik dengan hati-hati menuangkan teh ke dalam cawan-cawan yang terbuat dari porselen halus. Udara di ruang berdinding bambu itu dipenuhi dengan aroma semerbak bunga melati yang hangat, bercampur dengan keharuman jahe, kayu manis, dan madu. Tiap uap yang keluar dari cawan teh itu menari lembut, memeluk tubuh ruangan yang sunyi dan damai. Keheningan yang memeluk Griya Hening itu seolah menjadi saksi dari setiap gerakan yang tertata, teratur namun penuh makna."Teh dari Teluk Laut Biru memang yang terbaik," puji seorang pria yang duduk berhadapan dengan He Yun Dàshī, suaranya mengalun halus, seperti desir angin yang membelai dedaunan."Xiōngzhǎng benar," sahut Hé Yun Dàshī, senyum lembut menghiasi bibirnya. Dengan gerakan lembut yang menunjukkan ketenangannya, ia menyodorkan salah satu cawan berisi teh itu kepada pria di depannya.

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Penakluk Sihir Iblis    Handstand

    Setelah menunjukkan kamar mereka, Yue Tiānyin meninggalkan Huànyǐng yang masih terpesona dengan suasana di dalamnya. Kamar itu sederhana, tetapi setiap sudutnya tertata rapi dan bersih. Aroma harum yang lembut memenuhi udara, menenangkan hati dan pikiran. Namun, Huànyǐng tidak tahu jenis dupa apa yang digunakan, hanya saja keharuman itu membuatnya merasa nyaman seolah diselimuti oleh kehangatan yang samar."Chénxī!" serunya, memanggil Tuan Muda Kedua Yue itu. Namun, saat melangkah keluar dari kamar, ia tidak menemukan sosok pemuda bermata biru yang biasanya pendiam itu."Chénxī!" panggilnya sekali lagi, lebih keras. Tetapi, tak ada jawaban.Dengan alis sedikit berkerut, Huànyǐng berjalan lebih jauh, melewati bangunan berdinding bambu dan kayu yang memancarkan kehangatan khas rumah klasik. Zǐténg Jū begitu sunyi, sepi seperti makam kuno yang terlupakan."Ke mana es batu mesum itu?" gumamnya, berkacak pinggang sambil menatap sekeliling.Jul

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Penakluk Sihir Iblis    Kendali Diri

    Dalam kebingungannya, Huànyǐng merasakan tangan kiri Tiānyin menarik lengannya dengan kuat. Sebelum sempat memahami apa yang terjadi, tubuhnya terangkat, terayun ke udara, lalu dalam sekejap, dunia terasa terbalik. Kepala di bawah, kaki di atas. Napasnya tercekat, darah seakan mengalir deras ke kepalanya."Aiyo! Chénxī!" serunya, terkejut dan panik."Gunakan kedua lenganmu untuk bertumpu," suara Tiānyin tetap tenang, seolah hal ini bukan sesuatu yang sulit. "Sandarkan kakimu ke dinding." Lanjutnya lagi dengan tegas.Huànyǐng mengerang pelan. Kepalanya berdenyut dan lengannya mulai terasa nyeri. Ini pertama kalinya dia mencoba berlatih handstand dengan cara seperti ini. Dia ingin menolak, ingin turun sekarang juga. Namun, dia tahu Tiānyin tidak akan membiarkannya begitu saja. Tidak ada jalan lain selain menurut. Dengan susah payah, ia menyesuaikan posisi, menyandarkan kedua kakinya ke dinding, lalu memperbaiki tumpuan tangannya di atas lantai kayu teras yan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Penakluk Sihir Iblis    Kupu-kupu

    Héxié Zhìzūn tersenyum samar, hatinya lega melihat keduanya berlatih dalam harmoni. Mereka bukan hanya berlatih, tetapi juga berbincang dengan akrab. Atau lebih tepatnya, Huànyǐng yang mendominasi percakapan dengan suara cemprengnya yang khas."Kalian sepertinya sudah berteman," ujarnya santai, suaranya lembut bak melodi seruling yang mengalun di kejauhan.Dua pemuda yang tengah beradu pandang itu sontak tersentak."Xiōngzhǎng!" Yue Tiānyin bergerak cepat, tubuhnya berputar dengan anggun sebelum berdiri tegak di atas kakinya seperti angin yang kembali diam setelah menari di udara.Di sisi lain, Huànyǐng juga mencoba berdiri dengan anggun seperti Tiānyin. Namun sayang, gerakannya salah perhitungan."Aiyo! Chénxī! Pinggangku!" serunya panik saat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh.Héxié Zhìzūn dan Tiānyin bergerak hampir bersamaan untuk menolongnya. Namun, begitu melihat sang adik lebih dulu bertind

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Penakluk Sihir Iblis    Sayur Pahit

    Huànyǐng terpana menatap hidangan sederhana yang tersaji di atas meja. Hanya ada dua mangkuk nasi, semangkuk sup yang masih mengepulkan uap hangat, sepiring tumisan sayur hijau, dan beberapa bāozi. Sejak tiba di Kediaman Aroma Wisteria, baru malam ini dia mencicipi makanan yang berasal langsung dari dapur Kediaman Aroma Wisteria.Dia menghela napas, berusaha menahan kecewa. “Chénxī, apa tidak ada daging?” tanyanya seraya melirik pemuda yang tengah mengambil sup dengan gerakan anggun.“Tidak ada.” Jawaban singkat itu meluncur tanpa ragu.Huànyǐng menelan ludah dan tersenyum kecut. “Tidak apa-apa kalau tidak ada daging, tetapi seharusnya ada ikan atau udang. Ehm... atau mungkin tumis sayur pedas.” Suaranya lirih, tetapi cukup jelas untuk terdengar.“Dilarang membunuh hewan di sini,” sahut Tiānyin, mengingatkannya sekali lagi.Huànyǐng yang hendak meraih sendok sup langsung menghentikan tangannya di udara. Matanya menyipit, menatap Tiānyin d

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Penakluk Sihir Iblis    Bertemu Lagi Dengan Baili Yunhua

    "Dìdi, kenapa kau ada di sini?"Baili Yunhua menatap Huànyǐng yang kini berdiri di hadapannya, diterangi cahaya rembulan yang samar. Udara malam di Sungai Ungu Gelap terasa sejuk, membawa aroma lembut bunga wisteria yang bergelantungan di dahan-dahan pohon di sekeliling mereka."Aku bosan terus berada di kamar bersama si Mesum itu," keluh Huànyǐng seraya mencerucutkan bibirnya, nada suaranya penuh keluhan seperti anak kecil yang merajuk.Yunhua tertawa pelan melihat tingkahnya. Pemuda lima belas tahun itu tampak begitu menggemaskan dalam ekspresi cemberutnya. Tanpa sadar, Yunhua mencubit pipinya dengan lembut dan bertanya, "Siapa yang Dìdi maksud dengan si Mesum?""Tentu saja Yue Èr Gōngzǐ," sahut Huànyǐng dengan mantap, sorot matanya penuh keyakinan bercampur kesal."Eh? Yue Èr Gōngzǐ? Mesum?" Sejenak Yunhua mengulang kata-kata itu dengan alis sedikit berkerut, seolah memastikan ia tidak salah dengar."Iya!" Huànyǐng mengangguk

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Penakluk Sihir Iblis    Kembali Ke Zǐténg Fáng

    Huànyǐng kembali ke Kediaman Aroma Wisteria dengan langkah ringan setelah puas menikmati hidangan lezat di restoran Baili. Perutnya kenyang, hatinya riang, dan tangannya penuh dengan jajanan favorit-tanghulu, manisan, gula kapas, bahkan arak pilihan. Pemuda tampan itu memang gemar akan segala sesuatu yang manis dan lezat. Baginya, hidup adalah kebahagiaan yang harus dinikmati sepenuh hati. Namun, saat tiba di tepi Sungai Ungu Gelap, langkahnya terhenti. Seperti ada sesuatu yang berbeda. Aliran sungai masih sama, angin malam berembus sejuk, tetapi atmosfer di sekelilingnya terasa lebih berat. "Aiyo! Kenapa aku merasa ada yang berbeda di sini?" gumamnya sambil mengerutkan alis. Ia mengedarkan pandangan, lalu mencoba melompati bebatuan menuju seberang. Namun, belum sempat kakinya mendarat, tubuhnya terhantam sesuatu yang tak kasatmata. Seperti menabrak dinding tebal yang tak terlihat! Ia hampir kehilangan keseimbangan, tapi refleksnya cepat, segera ia berputar dan mendarat dengan ri

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06

Bab terbaru

  • Penakluk Sihir Iblis    Apakah Ini Sudah Berakhir?

    "Chén Gēge! Apa kita hanya menunggu salah satu di antara mereka kalah?" tanya Lei, suaranya hampir tenggelam dalam deru angin dingin yang memeluk medan pertempuran.Di hadapan mereka, pertarungan antara Wù Yǒng Lóng, si naga kabut abadi, dan Hán Shuāng Jù Rén, Titan Es kolosal, berlangsung sengit. Setiap gerakan keduanya meninggalkan jejak kehancuran—kabut beracun yang menciptakan ilusi berbahaya, serta gelombang es yang seakan membekukan waktu. Beberapa kali mereka harus berpindah tempat, menghindari ancaman yang begitu dekat."Kau mau menunggu?" Mo Chén berbalik bertanya, dengan senyum tipis yang terlukis di wajahnya. Tatapan jenakanya meluncur ke arah Lei, penuh keingintahuan."Tunggu saja sampai besok pagi!" jawab Jian Wei sambil memukul kepala Lei dengan gemas.Jian Xia tertawa melihat kejenakaan kakak dan adiknya. "Bisa-bisanya kalian bercanda di situasi seperti ini?" keluhnya. Namun, sorot matanya tetap hangat, penuh kasih sayang kepada ked

  • Penakluk Sihir Iblis    Munculnya Roh Titan Es Kolosal Dan Naga Kabut Abadi

    Angin dingin menderu lewat celah-celah tebing, membawa serta butiran salju yang berputar liar seperti pasir perak di tengah badai. Medan Perburuan Roh kembali diselimuti ketegangan. Mo Chén berdiri tegak di atas batu tinggi, jubah hitamnya berkibar tertiup angin tajam, sementara matanya yang tajam mengawasi perubahan cuaca yang tak lazim.Apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Suara pekikan yang memekakkan telinga terdengar dari kejauhan—sebuah raungan yang membelah langit kelabu."Aiyo! Wù Yǒng Lóng!" teriak para kultivator yang masih terjebak di jalur utama medan berburu. Kabut putih pekat mulai menyelimuti tanah, menyusup ke setiap celah batu dan ranting yang tertutup es.Tanpa menunda waktu, Mo Chén mengangkat tangannya dan melepaskan sinyal cahaya ke langit. Asap keperakan membentuk pusaran kecil sebelum pecah menjadi semburat cahaya yang terlihat dari segala penjuru. Itu adalah isyarat—bukan hanya kepada para pemimpin sekte dan klan untuk mulai men

  • Penakluk Sihir Iblis    Situasi Semakin Genting

    Kabut turun begitu tebal hingga nyaris menutupi seluruh lembah Shén Wu Gu. Awan kelabu menggantung berat di langit, dan udara mendadak terasa jauh lebih dingin. Hembusan angin membawa aroma tajam tanah basah bercampur dengan hawa es yang menggigit tulang."Apa ini?" Jìng Zhenjun Wángyé bergumam pelan, suaranya nyaris terseret oleh desir angin. Ia memandang sekeliling dengan dahi berkerut, matanya menyapu pemandangan yang tertelan kabut.Di sisi lain, Mo Chén, Jian Wei, dan Líng Zhì berdiri kaku, memandangi kabut pekat yang kini mulai menipis, perlahan mengurai seperti tirai sutra yang ditarik angin. Udara berubah drastis—lebih dingin dari biasanya."Salju?" Líng Zhì menatap ke langit yang mulai dihiasi bintik-bintik putih. Butiran salju turun perlahan, mendarat di bahu dan rambutnya, seolah waktu sendiri melambat menyambut datangnya sesuatu."Sialan!" Jian Wei mengumpat, mendadak waspada. Ia langsung me

  • Penakluk Sihir Iblis    Wàn Líng Zhèn Míng Masih Bergema

    Roh-roh yang berada dalam zona penahanan kini benar-benar terperangkap. Mereka menggeliat gelisah, terbungkus pusaran energi yang membatasi gerak. Suasana mulai terkendali, meski udara masih berat oleh sisa kekacauan yang sebelumnya meledak liar. Suhu di sekitar merosot drastis, membuat napas para kultivator tampak seperti uap tipis di udara yang mengkristal."Biarkan klan dan sekte kecil menangani roh-roh itu," kata Líng Zhì dengan tenang, suaranya nyaris tenggelam dalam desir angin bersalju.Ia berdiri di sisi tebing es bersama Jian Wei dan Mo Chén, menatap ke bawah tanpa ekspresi. Kabut tebal yang menyelimuti lembah seakan menjadi tirai pembatas antara mereka dan dunia yang sedang berkecamuk.Mereka bertiga tampak seperti bayangan di atas sana—menyaksikan kekacauan yang baru saja reda, namun tak terlibat langsung. Sikap mereka tenang, bahkan nyaris santai. Sebuah pengingat bahwa bagi mereka, ini bukan soal menang atau kalah, tapi kes

  • Penakluk Sihir Iblis    Penahanan Roh Sementara

    Para penjaga Perburuan Roh yang berasal dari Klan Wu datang bersama para kultivator dari Klan Jìng dan Sekte Gerbang Sembilan Kuali."Bagaimana situasinya?" tanya pemimpin penjaga Perburuan Roh pada Jian Wei dan yang lainnya."Seperti yang kau lihat. Kacau!" sahut Jian Wei seraya menunjuk ke bawah dengan dagunya. Di bawah mereka, para kultivator dari berbagai sekte dan klan berusaha menangkap roh-roh yang terpanggil oleh teknik Wàn Líng Zhèn Míng."Tiānyù Jiànzhàn, apakah ada sesuatu yang bisa kita lakukan?" Kini Jìng Zhenjun Wángyé yang bertanya. Ia datang bersama Qing Yǔjiā dan Qing Héng Zhì. Wajahnya terlihat serius dan penuh tanda tanya.Jian Wei tidak segera menjawab pertanyaan itu. Ia justru menoleh menatap Mo Chén, yang berdiri sedikit lebih jauh. Pria berjubah hitam itu tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan situasi yang sedang berlangsung. Mo Chén masih tampak santai, meskipun keadaan sudah sangat genting. Dengan senyum leba

  • Penakluk Sihir Iblis    Menyusun Strategi

    Di tengah kekacauan yang mengguncang Perburuan Roh, Jian Wei, Mo Chén, Héxié Zhìzūn, dan Ling Zhì berkumpul dalam keheningan yang tegang, merencanakan langkah selanjutnya. Angin kencang menyapu kabut tebal di Shen Wu Gu. Namun, tidak mengurangi hiruk-pikuk yang terjadi di medan tersebut. Suara gemerisik roh-roh yang mulai menguasai medan itu memecah kesunyian, menggema di setiap sudut.“Kita harus menghentikan kekacauan ini tanpa mengacaukan medan dan peraturan Perburuan Roh,” ucap Líng Zhì dengan nada serius. Wajahnya yang tenang tidak menggambarkan betapa dalamnya situasi yang tengah mereka hadapi.“Líng Ménzhǔ, ini cukup sulit,” sahut salah seorang dari klan kecil yang turut bersama mereka. Suaranya terdengar ragu, hampir seperti seorang anak yang berusaha memecahkan teka-teki rumit.“Memang benar, ini sulit!” sahut Mo Chén. Suara baritonnya yang dalam seolah berusaha memberi penekanan pada kata-katanya. Pria tampan berjubah hitam dan berambut putih itu

  • Penakluk Sihir Iblis    Melodi Guqin dan Siulan di Tengah Kekacauan

    "Yuè Èr Gōngzǐ," bisik Jian Wei, suaranya tenggelam dalam gemuruh angin lembah, saat denting guqin yang melengking jernih semakin memenuhi pendengaran.Di tengah kabut, seorang pemuda berjubah putih, Yuè Tiānyin, melayang anggun di udara. Sinar matahari yang terang memantul pada guqin-nya, membuatnya berkilauan indah. Dengan gerakan halus, jemari Tiānyin menari di atas senar guqin, mengendalikan alunan melodi yang memancar dari alat musik itu. Setiap denting senar memancarkan aura magis, seakan mantra yang menyegel roh-roh liar yang mengamuk tak terkendali. "Chénxī!" seru Huànyǐng, matanya yang ungu berbinar-binar penuh kekaguman. "Lihatlah, Huànyǐng Xiōng! Yuè Èr Gōngzǐ memang tampan dan berbakat! Tidak ada seorang pun yang bisa menandinginya!"Líng Qingyu, yang entah sejak kapan telah berada di sisi Huànyǐng, mengangguk setuju dengan tatapan kagum yang tak disembunyikan. Mereka berdua terpaku menatap Tiānyin yang dengan khidmat memainkan guqin-nya. Seme

  • Penakluk Sihir Iblis    Teknik Pemanggil Seribu Roh

    Dentingan lonceng menggema samar di telinga Jian Wei. Suara itu bergema di antara riuh rendah pekikan panik, gemuruh langkah kaki, dan desir angin yang membawa hawa asing. Ia menajamkan pendengarannya, memastikan sumber suara tersebut. "Da Gē! Lihat itu!" Tiba-tiba Jian Xuě berseru, mengalihkan perhatiannya. Jian Wei sontak mengangkat kepala. Langit yang tadinya terbuka kini dipenuhi pusaran energi berbentuk lingkaran. Partikel bercahaya keperakan berputar di udara, memancarkan kilauan ganjil. "Sial!" Jian Wei menggeram, kedua tangannya mengepal erat. Matanya berkilat, menatap adik-adiknya dan anggota sekte lainnya. "A Xuě, lindungi Huànyǐng! Jangan biarkan dia terpengaruh oleh roh-roh di sekitarnya!" "Baik, Da Gē!" Jian Xuě tak ragu sedikit pun. Ia segera berdiri di depan Huànyǐng dengan Xuě terhunus, siap menghadapi apa pun yang datang. "Lei, siapkan Líng Qì Wǎng! Jian Xia, terus pantau situa

  • Penakluk Sihir Iblis    Menangkap Bīng Wù Niǎo

    "Target utama kita adalah roh yang sudah kita kunci tadi. Setelah itu kita bisa berburu roh lain di zona yang sudah terbuka," jelas Jian Wei sembari melompat ke depan gua yang tersembunyi di celah tebing es yang menjulang tinggi. Sinar matahari siang memantul di permukaan es, menciptakan kilauan tajam seperti pecahan kaca."A Xue, ayo kita gunakan Xiáng Líng Zhèn untuk menangkap Xuě Láng Wang!" serunya pada Jian Xuě."Baik, Da Gē!" Jian Xuě menyusul, melompat ringan ke depan gua."Gunakan energi es, kau bisa menggabungkannya dengan energi es milik Huànyǐng," saran Jian Wei.Jian Xuě mengangguk mantap, lalu mulai menggambar pola formasi lingkaran dengan elemen energi es di udara. Garis-garis bersinar biru keperakan muncul di udara, membentuk corak rumit yang berpendar lembut. Begitu formasi selesai, ia menyegelnya dan mengarahkannya ke dalam gua. Dari dalam terdengar geraman marah, berat dan bergema, mengguncang lapisan es di sekitar mereka.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status