Beranda / Romansa / Penakluk Cinta Sang Dosen / Makan Malam dengan Indra

Share

Makan Malam dengan Indra

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-08 21:17:40

Wajah masam Caca langsung berubah ceria ketika melihat Indra sudah duduk menunggunya di salah satu meja di Neal’s. Caca duduk di kursi seberang Indra. Di sebelah kanan Caca, terhampar pemandangan lampu kota di bawah sana berkelip-kelip dan berwarna-warni. Tempat duduk yang sempurna untuk makan malam.

Caca tampil dengan setelan hem warna krem bermotif bunga-bunga dan rok mekar panjang berkerut bawah lutut dengan warna krem yang lebih tua. Caca benar-benar percaya diri dengan penampilannya malam itu. Terlebih lagi, Caca mengenakan sandal model square toe tinggi.

Indra sendiri tidak kalah menarik. Dengan paduan hem putih lengan panjang yang digulung sesiku dan jeans warna biru, Indra tampak mempesona. Caca tidak kuat menahan dirinya yang meleleh karena terpesona.

“Ibu mau pesan apa?”

Mata Caca menyipit. “Kamu panggil aku apa? Ibu? Kamu mau buat aku terlihat tua?”

Indra melongo.

“Panggil Caca.” terang Caca dengan senyuman manis.

Indra menggeleng, “Saya akan panggil dengan Tante saja.”

“Ka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Rencana Izzy

    Tidak ada hal yang hebat di Rabu pagi untuk Izzy. Tapi siang nanti, dia punya rencana memisahkan Indra dan Bu Syasmala. Izzy berencana untuk menemui seorang saudara jauhnya, lebih tepatnya mas keponakan. Izzy yakin mas keponakannya mampu membantunya.Meski begitu, sebelum jam empat dirinya sudah bangun. Izzy turun ke dapur. Ada hasrat tak tertahankan di hatinya untuk memasak sarapan untuk Papa dan Mama. Sudah lama mereka tidak pernah sarapan bersama.Izzy meolak bantuan dari beberapa asisten rumah tangganya. Izzy bersikeras ingin menghidangkan sarapan untuk Papa Mamanya. Izzy memasak sayur pedas atau orang Malang biasanya menyebut sebagai “jangan pedes”. Banyak versi dari jangan pedes ini. Tetapi, versi favorit Papa adalah olahan sayur yang terdiri dari kepala ikan tongkol, tahu, tempe, petai, dengan kuah kental yang terbuat dari gilingan kacang tanah.Tak lupa juga Izzy membuat tempe mendol. Olahan dari tempe yang sudah agak basi. Tempe tersebut dihaluskan, diberi bumbu-bumbu, lalu d

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-09
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Izzy Patah Hati

    Pak Warek berdecak, “Memangnya kenapa dengan Bu Syasmala dan temanmu itu?”“Sepertinya Bu Syasmala orang yang sulit untuk diajak bekerja sama. Bu Syasmala mempersulit thesis temanku.”Pak Warek menggelengkan kepalanya. Senyum kemenangan tipis tersungging di bibirnya. Beliau berkata, “Mempersulit bagaimana?”“Panjang ceritanya Mas.”“Kamu bisa bawa teman kamu itu menghadapku?”“Eh, memangnya harus menghadap Mas?”“Ya kalau mau diteruskan pengaduannya, yang bersangkutan harus menghadap sendiri dan mengatakannya kepadaku. Kamu bilang pada temanmu, Aku bisa bantu apa saja. Aku bisa menggantikan Bu Syasmala dengan siapapun yang dia kehendaki asalkan dia mau menghadapku dan menyatakan keberatannya.”“Dia ketakutan Mas. Mas ‘kan bisa langsung mengganti Bu Syasmala dengan siapapun. Izzy yakin, dia tidak keberatan dengan siapapun asalkan bukan Bu Syasmala. Dengan surat rekomendasi dari Mas sekarang, Izzy bisa langsung ke kantor jurusan dan mengganti Bu Syasmala.”“Kamu tidak mengerti Izzy, kal

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-10
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Hati Caca Goyah

    Sabtu pagi, kampus terlihat sepi. Tidak ada mahasiswa mahasiswa berjalan kesana-kemari. Tidak adanya jadwal perkuliahan di hari sabtu membuat hari itu adalah hari libur tak resmi bagi seluruh civitas akademik. Hanya ada beberapa mahasiswa yang ke kampus. Biasanya mereka yang aktif di organisasi atau yang sedang mengejar dosen pembimbing di hari sabtu.Meskipun tidak ada jadwal mengajar, para dosen harus tetap masuk untuk menjalankan tugas-tugas administratif. Oleh karena itu, jamak dosen yang memilih hari sabtu untuk membimbing mahasiswanya yang sedang menempuh skripsi atau thesis.“Apa Mbak? Indra masuk kesini karena beasiswa?” tanya Caca yang hampir melompat dari kursinya.“Psst…” sembur Jasmine sambil menempelkan telunjuknya ke hidungnya sendiri.Caca menutup mulutnya. Dia tidak sadar bahwa dia sedang ada di ruangan rapat dengan Ketua Program Studi Pascasarjana dan Pak Warek tentang rencana strategis program pascasarjana kampus. Teriakannya barusan membuat beberapa dosen yang duduk

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-12
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Harapan Semu Caca

    Fokus Caca terhenti ketika pintu ruangannya yang terbuka diketuk pelan. Matanya menatap ke pintu. Bisa saja dia meninggal saat itu juga karena jantung berhenti berdetak lebih dari dua detik. Butuh lebih dari lima detik untuk memulihkan seluruh fungsi di tubuhnya.Caca tidak bisa mengendalikan bibirnya untuk mempersembahkan senyummannya yang paling manis pada Indra. Pipinya bersemu merah. Untuk menutupi malunya, Caca menundukkan kepalanya.Kupu-kupu itu lagi-lagi menggelitiki perutnya. Caca bahkan lupa apa yang dia pikirkan beberapa saat yang lalu.Dalam hati, Caca berkata, “Aku menginginkan Indra.”Hilang sudah apa yang Caca niatkan tadi. Hatinya melebihi logikanya. Hanya ada Indra di dunia Caca sekarang.Caca terhenyak, tak lagi menyandar pada mejanya. Caca berkata, “Masuk Ndra...”Sadar atas kesalahannya, Caca meralat ucapannya, kali ini dengan suara yang lebih keras, Caca berkata, “Silahkan masuk Pak Indra.”Indra tersipu, “Saya pikir, saya tidak akan bertemu Bu Syasmala.”“Saya se

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-13
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Kebenaran Tentang Indra

    Satu jam kemudian, Caca sudah ada di food court sebuah mall besar. Wajahnya masih cemberut menyesali keputusannya yang akhirnya menuruti kemauan Indra.Sepertinya, Indra menyadari hal itu, dia bertanya pada Caca, “Kamu kenapa?”Caca menyembunyikan wajahnya yang cemberut, berusaha menampilkan senyum di bibirnya, dan menjawab, “Tidak apa. Ada masalah di kampus, tapi bukan suatu masalah besar.”Indra mengangguk saja. Sepertinya Indra percaya saja apa yang diomongkan Caca.“Kamu mau makan apa?” tanya Indra yang masih berdiri.“Apa ya? Mie ayam sepertinya enak deh.”“Minumnya?”“Terserah.”“Tidak ada stand minuman di food court ini yang menjual minuman terserah. Kalau ada, aku yakin, stand itu menjadi stand paling ramai di sini.”Caca tergelak, “Es teh.”Indra bergesa pergi memesankan makanan Caca. Selama Indra pergi, Caca kembali cemberut. Caca membenci dirinya sendiri yang tidak tegas dalam mengambil keputusan dan juga dalam menjalankan keputusan yang sudah dibuatnya sendiri. Caca sadar,

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-14
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pernyataan Cinta Indra (II)

    Indra masih menatap mata Caca. Caca terbuai karenanya. Caca terbawa terbang oleh sekedar tatapan mata seorang lelaki. Baru kali ini Caca mengalami pengalaman seperti ini. Bahkan Satrio tak mampu membuatnya membumbung hanya karena tatapan mata. “Berarti Papamu adalah satu-satunya lelaki di rumah?” “Ya.” “Ada berapa orang di keluargamu?” “Papa dan Mama, aku, Ratu yang adik bungsuku tadi, dan Mbah atau nenekku. Maya, adikku sudah tinggal sama suaminya. Mungkin setelah ini Ratu juga akan pindah rumah, tinggal dengan suaminya.” Caca berhenti berkata di sana. Hatinya terlalu sakit jika Caca harus meneruskan ceritanya. Caca hanya berharap Indra tahu bahwa dia hampir dilangkahi menikah oleh kedua adiknya tanpa harus mengatakannya. Tapi sepertinya Indra tidak mengerti apa maksud Caca. Karena setelahnya Indra mengalihkan pembicaraan dengan bertanya, “Kamu kuliah S3 dengan beasiswa? Kamu dulu ambil S3 dimana?” Caca menggeleng, “Aku mengambil S3 atas biaya sendiri. Maksudku Papaku yang memb

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-15
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pernyataan Cinta Caca

    Mata Caca melotot melihat Hyundai Palisade itu nanar. Caca berkeringat di dalam mobil Indra. Kakinya tidak bisa diam. Kalau saja bisa, Caca ingin sekali tidak pulang. Dia tidak ingin masuk ke rumahnya. Badai besar sedang menunggunya di rumah.“Kamu sakit?” tanya Indra yang ternyata menyadari perubahan ekpresi dan gestur tubuh Caca.Caca sedikit terperanjat karena pertanyaan itu. Suara Indra membuatnya tersadar dari lamunan dan gejolak pikirannya.Caca menggeleng, “Tidak.”“Kamu kenapa berkeringat? AC-nya kurang kenceng?” tanya Indra dengan nada gugup dan panik. Tangan Indra meraba-raba outlet pendingin udara mobilnya.Caca menggeleng, “Tidak, aku tidak apa-apa.”Indra mengangguk dengan ragu-ragu. Jelas terpancar di wajah Indra rona keridakpercayaan.“Kamu bisa turunkan aku di depan mobil itu?” kata Caca menunjuk mobil Satrio. Caca tidak ingin orang rumah dan Satrio mengetahui dia berhubungan dengan Indra. Dengan turun di depan Hyundai itu, Caca harap pandangan dari rumah ke arah mobil

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-16
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Tertangkap Basah

    “Kamu nggak mikir perasaan dokter Satrio menunggu kamu dari tadi sehabis Maghrib sampai sekarang? Mau jadi istri model apa kamu nanti?”Kemarahan Caca semakin memuncak. Jari jemari kaki Caca bergerak-gerak di dalam sepatunya. Tangan kanannya menggaruki punggung tangan kirinya. Matanya sempat melirik pada Satrio. Satrio terlihat canggung di tempat duduknya.Lalu dengan sigap, Satrio berkata, “Mbah, mohon maaf, saya tidak keberatan. Dik Caca juga pasti sedang repot urusan di kampus.”Kata-kata Satrio tersebut rupanya ampuh untuk meredam kata-kata pedas yang akan keluar dari mulut Mbah.“Untung kamu akan menikah dengan suami seperti dokter Satrio yang sabar.” timpal Mbah.“Oh, hampir lupa. Saya ada sedikit oleh-oleh. Semoga berkenan di hati Adik.” Satrio mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam yang terbungkus pita warna merah muda. Kotak itu terlihat sangat mewah dan elegan.Hati Caca berbunga-bunga. Caca memang tidak pernah mengingkari bahwa hadiah-hadiah yang diberikan Satrio selal

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-17

Bab terbaru

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Penolakan Caca

    “Aku tidak mengerti, seharusnya Adik senang. Aku akan memperlakukan Adik dengan baik. Aku mau Adik di rumah tidak terbebani dengan pekerjaan dan stress karena pekerjaan di luar rumah. Aku ingin Adik fokus merawat dan mendidik anak-anak kita nantinya. Lagipula, seperti yang aku bilang tadi, seorang ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan penuh waktu. Seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang mulia.”Nada Satrio terdengar sangat tenang ketika itu.“Mas, perempuan tidak harus selalu ada di rumah. Perempuan bisa bekerja di luar. Budaya patriarki yang selama ini dianut harus dirubah. Perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki. Perempuan juga bisa melebihi lelaki dalam pencapaian-pencapaian apapun. Perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bukankah kemarin Mas juga sudah bilang bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama? Kenapa sekarang Mas menyuruhku untuk berdiam di rumah dan juga mengurusi rumah?”Nada Caca ter

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Tuntutan Satrio Pada Caca

    Awal bulan Desember, kebahagiaan Caca terus menerus menyumber.Caca merasakan energi yang dahsyat setiap harinya. Caca merasakan semangat yang membakar dan membara di dalam tubuhnya. Semangat itu memberinya energi yang luar biasa. Bisa saja dengan energi dan adrenalin yang meluap-luap tersebut, Caca mampu mewujudkan perdamaian dunia sekaligus mengatasi kelaparan di negara dunia ketiga.Tiada hari tanpa senyuman tersungging di bibirnya. Semua yang Caca idamkan akan terwujud dalam waktu dekat. Caca akan menikah bulan depan, Ratu tidak jadi melangkahinya. Caca juga berhasil menjalankan program kerjanya di kampus dengan berhasil mewujudkan program pertukaran doktor ke Australian National University, yang juga akan terwujud bulan depan setelah pernikahannya. Semua sudah siap, tinggal berangkat.Kerja keras yang akan terbayar lunas.Caca juga sudah melupakan permasalahannya dengan Indra. Mau bagaimanapun juga, apa yang difitnahkan Indra kepadanya terbu

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Yang Tidak Beres Dengan Satrio

    “Mbah, kok merokok disini? Nanti kalau aku bau rokok bagaimana?” protes Caca.Mbah tidak bergeming atas protes Caca. Bahkan, Mbah menghisap kuat-kuat rokok kreteknya dan mengeluarkan asapnya yang mengepul ke atas.Caca mengambil nafas panjang, “Mas Satrio tahu kalau Mbah masih merokok?”“Jangan bilang-bilang dokter Satrio kalau Mbah masih merokok. Dokter Satrio bisa-bisa marah nanti.” jawab Mbah bersungut-sungut.Sekarang justru Caca yang terdiam. Caca menatap Mbah menunggu jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan. Mbah masih menghindari kontak mata dengan Caca.Setelah menghabiskan setengah dari rokoknya, Mbah berkata, “Nduk, yang membuat Mbah dan Papamu bertengkar saat itu ya soal Papamu yang tidak mau merestui kamu menikah kemarin.”Caca tahu betul Mbah berbohong. Maka Caca kembali bertanya, “Terus apa yang Mbah maksud dengan hanya Mbah dan Papa yang tahu soal itu? Yang aku tanyakan Mba

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Lamaran

    Tak terasa hari ini adalah hari Caca lamaran. Dua bulan terakhir ini dia disibukkan dengan kegiatan kampus yang membombardirnya tanpa henti bagaikan serangan tantara Jerman ke Perancis pada perang dunia kedua. Kegiatan yang dilakukan cukup menyita waktu Caca. Mendapatkan empat belas sks mengajar di semester genap ini dan melakukan pengabdian masyarakat juga menjalankan tugas sebagai Kepala Biro Urusan Luar Negeri berhasil melupakan masalah yang dihadapinya baik di kampus.Maka Caca sekarang sedang duduk di depan cermin rias yang ada di kamar Papa dan Mama. Dipandangi wajahnya yang sudah didandani oleh seorang make-up artist pilihan Mama. Caca bisa melihat jelas wajahnya yang berseri-seri kemarahan, yang mana rona kemerahan itu diyakini dari kebahagiaan yang timbul dari dalam dirinya. Senyuman kecil juga selalu tersungging manis di bibir Caca. Tulang pipinya yang sedikit menyembul menjadi semakin jelas karena senyuman tersebut.Badannya juga terlihat sangat ril

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Mbah Ning Marah-Marah

    Sore itu, Caca pulang dengan hati yang masih mendongkol. Seperti ada batu besar yang teronggok malas ditaruh di dalam dadanya, membebani dan membuat efek mengganjal dan dongkol. Jam empat lewat tiga puluh, Caca sudah sampai di rumahnya. Mobilnya diparkir tepat di samping mobil Papa.Caca menemukan Mamanya sedang duduk di meja makan. Mamanya sedang khusyuk menghadapi setoples keripik singkong dan menatap layar ponselnya.“Papa sudah pulang tah Ma?” tanya Caca sambil mencium tangan kanan Mama.Mama mengangguk dan masih khusyuk dengan keripik dan ponselnya.“Terus dimana Papa?”Mamanya menelan keripik singkong terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Caca, “Itu ada di belakang, di gazebo sama Mbah.”Caca mengambil duduk di sebelah Mama. Dipeluknya Mama dengan erat dari samping. Kepala Caca menyandar di lengan kiri Mama yang ramping. Satu hal yang Caca tidak pernah mengerti adalah bagaimana Mamanya

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Bukan Pembimbing Indra Lagi

    Penyesalan memang selalu datang di akhir. Semalam penuh Caca menyesali perbuatannya pada Indra. Perutnya terasa kaku dan keras. Dadanya sesak hingga berkali-kali Caca mengelus dadanya mencoba mengurangi sakitnya, tapi nihil hasil. Kepalanya sakit.Tak hanya itu, berkali-kali Caca mengusap air mata yang menetes, menghela nafas panjang. Caca sadar, dia telah melakukan kesalahan besar. Tidak seharusnya Caca melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti Indra. Caca menyesal karena menuruti hawa nafsu dan menyerang Indra.Seharusnya, Caca pergi saja saat itu dan tidak melayani tantangan Indra. Akan lebih baik jika Caca pergi saja dan membiarkan Indra. Seharusnya cinta Caca pada Indra berhasil meredam emosinya.Niat awal Caca pagi itu adalah mengirim pesan pada Indra sebagai dosen pembimbingnya. Caca mau melanggar idealismenya selama ini yang tidak mau mencampurkan masalah pribadi dan masalah professional. Tapi dipikirnya, kali ini, masalah ini membutuhkan perlakuan khus

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Sakit Hati Tiada Terperi

    Caca tersentak karena kaget. Sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Caca bahwa Indra akan berani mendekatinya dan mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya.Bahkan karena terlalu kagetnya, Caca hanya sanggup melihat Indra. Caca menangkap rona kesedihan di wajah Indra namun siratan kesedihan di mata Indra.Kata-kata yang dilontarkan Indra terlalu sakit untuk didengar oleh Caca. Karena terlalu sakitnya, mulut Caca menganga dan lidahnya terasa kelu tidak sanggup berkata apapun.Untuk beberapa saat Caca hanya memandangi Indra, begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa saat itu pula, Caca tidak bisa berpikir, apa yang harus dia lakukan.Pikiran Caca kembali bekerja normal. Saat itu pula, hatinya terbelah menjadi dua. Sebelah hatinya memintanya untuk segera pergi dari sisi Indra. Sakit hatinya tak terperi. Caca hanya ingin lari dari sana dan tidak mau melihat tampang Indra lagi.Tetapi, di sisi lain hatinya, Caca tidak terima dengan perlakuan tersebut

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pesta Ulang Tahun Rumah Sakit

    Mata Indra melotot pada Izzy.“Kamu bicara apa tadi?” tanya Indra tidak percaya atas apa yang masuk ke dalam telinganya. Matanya melotot pada Izzy.“Itu Bu Syasmala ‘kan?” tanya Indra menegaskan. Nada suaranya tidak sengaja meninggi.Indra melihat wajah Izzy yang tampak lugu dan kaget di saat yang bersamaan. Tatapan mata Indra yang tajam hanya bisa membuat Izzy membeku di tempatnya. Indra menyadari hal itu. Maka, dengan nada yang lebih rendah, meskipun dengan tatapan yang tajam, Indra bertanya sekali lagi, “Calon suaminya Bu Syasmala?”Izzy mengangguk, “Iya Mas. Itu tadi lo yang berjalan di depannya Bu Syasmala, lelaki yang memakai jas hitam tanpa dasi.”Izzy berusaha memanjang-manjangkan lehernya mencoba mencari seseorang di barisan depan. Memang ada beberapa lelaki sedang berdiri berkumpul di dekat taman buatan.“Itu lo Mas, yang berdiri di depan Bu Syasmala.” tangan Izzy me

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Irene di antara Caca dan Satrio

    “Iya Irene.” Jawab Satrio enteng tanpa ada rasa bersalah sama sekali.Darah Caca mendidih. Suasana hati yang tadi sudah membaik, kini memburuk kembali.Caca mencoba mengendalikan emosinya, “Siapa Irene Mas?”“Dia adalah dokter residen di bawah bimbinganku. Mas merasa kasihan sekali dengan Irene ini. Dia berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Dia berhasil sampai sejauh ini murni karena otaknya dan kegigihannya. Dia tidak berasal dari keluarga darah murni, yang mana bapak ibunya bukan dokter. Karena keadaan itulah Pak Bondan berusaha menyingkirkan dia.”Caca menatap Satrio. Yang ditatap masih konsentrasi dengan jalan yang ada di depannya.Satrio menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, “Pak Bondan pikir, seseorang yang bukan berasal dari darah murni tidak pantas menjadi dokter. Menurut Mas, semua itu hanyalah kebangaan atas sesuatu yang semu dan abstrak. Semua orang yang kompeten dan mampu boleh menja

DMCA.com Protection Status