Home / Romansa / Penakluk Cinta Sang Dosen / Caca Tertangkap Basah

Share

Caca Tertangkap Basah

last update Last Updated: 2022-12-17 19:26:12

“Kamu nggak mikir perasaan dokter Satrio menunggu kamu dari tadi sehabis Maghrib sampai sekarang? Mau jadi istri model apa kamu nanti?”

Kemarahan Caca semakin memuncak. Jari jemari kaki Caca bergerak-gerak di dalam sepatunya. Tangan kanannya menggaruki punggung tangan kirinya. Matanya sempat melirik pada Satrio. Satrio terlihat canggung di tempat duduknya.

Lalu dengan sigap, Satrio berkata, “Mbah, mohon maaf, saya tidak keberatan. Dik Caca juga pasti sedang repot urusan di kampus.”

Kata-kata Satrio tersebut rupanya ampuh untuk meredam kata-kata pedas yang akan keluar dari mulut Mbah.

“Untung kamu akan menikah dengan suami seperti dokter Satrio yang sabar.” timpal Mbah.

“Oh, hampir lupa. Saya ada sedikit oleh-oleh. Semoga berkenan di hati Adik.” Satrio mengambil sebuah kotak kecil berwarna hitam yang terbungkus pita warna merah muda. Kotak itu terlihat sangat mewah dan elegan.

Hati Caca berbunga-bunga. Caca memang tidak pernah mengingkari bahwa hadiah-hadiah yang diberikan Satrio selal
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Solusi Dari Mama

    Semalam, Caca pergi tidur tanpa bergangi baju dan mandi. Dia tertidur karena capek menangis. Pagi harinya, Caca turun dengan membawa optimisme yang membuncah. Harapannya hanya satu, menemui Papa. Hari minggu, Papa pasti ada di meja makan, mengobrol seperti hari-hari minggu yang sebelumnya.Caca yakin, Papa pasti bisa memberikan solusi atas masalahnya. Papa pasti bisa melihat situasi ini dari sudut pandang yang berbeda. Papa pasti bisa memberikan solusi dari kebijaksanaan dan luasnya hati Papa.Hatinya sedikit mencelos ketika hanya melihat Mama yang duduk di meja makan.“Papa mana Ma?” tanya Caca sembari setelah mengambil duduk di depan Mama.“Papamu ke Jakarta pagi-pagi subuh tadi. Besok katanya ada pertemuan dengan Departemen Perdagangan. Ada apa Sayang?”Caca menggeleng. Dia ragu.“Mbah mana Ma?”“Itu ada di belakang, lagi ngurusi anggrek-anggreknya sama Pak Jo dan Mas Tar. Kenapa?”“Aku boleh cerita tah Ma?”Mama yang sedang membaca entah apa di ponselnya, meletakkan ponsel tersebu

    Last Updated : 2022-12-18
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Satrio Kebelet Nikah

    Satrio belum beranjak dari sajadahnya. Tangannya masih mengadah ke atas. Pikirannya fokus berdoa pada Allah. Bibirnya masih komat-kamit memanjatkan doa. Di tengah sepinya dini hari itu, dia benar-benar berusaha mendekatkan diri pada Sang Penguasa Alam. Dia beranjak dari sajadahnya ketika adzan subuh berkumandang lalu beranjak ke masjid.Hari itu adalah hari minggu. Meski begitu, dia ada kegiatan paginya, yaitu mendatangi majelis ilmu yang ada di daerah Sawojajar jam tujuh pagi. Ada ustadz dari Jember yang sedang melakukan safari dakwah. Dia tidak mau melewatkan kesempatan mengikuti majelis ilmu dari ustadz yang terkenal akan keilmuannya atas ilmu fiqih. Kebetulan, kali ini materi kajiannya adalah fiqih-fiqih dalam rumah tangga. Satrio merasa dirinya harus hadir dalam majelis ilmu itu. Sebentar lagi, dia akan menikah dan harus mempersiapkan dirinya.Jam enam, Satrio mengambil handuknya dan mandi sebelum berangkat ke majelis ilmu.Menikah, apakah dia benar-benar akan menikah dengan Caca

    Last Updated : 2022-12-19
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Satrio Menikah Hari Ini?

    Kakeknya tertegun. Seraya meletakkan sekop kecil yang dipegang, Kakeknya berkata dengan nada sewot, “Kamu dari mana? Kesambet kamu?”Satrio tetap tidak merubah mimik wajahnya yang serius. Satrio paham kenapa Kakek menanyakan apakah dia kesambet. Kesambet mengacu pada kerasukan makhluk halus yang menyebabkan seseorang bertindak diluar kewajaran.“Kok iso kesambet?” balas Satrio datar.“Kamu datang-datang minta nikah hari ini, kamu pikir pernikahan tidak butuh persiapan?” Kakek menatap Satrio tajam.“Tidak bisa. Harinya sudah dihitung. Hari yang sudah ditetapkan itu adalah hari baik. Kita tidak bisa seenaknya memajukan atau memundurkan. Akibatnya bisa parah.” Pungkas Kakek lalu memungut sekop yang tergeletak di tanah.Satrio tidak tinggal diam. Dia tidak menyerah.“Kek, semua hari ‘kan hari baik. Mau lamaran kapanpun, menikah kapanpun, baik. Tidak ada hari yang buruk. Yang ada adalah hari terbaik diantara yang terbaik, yaitu hari jumat. Lagipula akibat apa yang akan terjadi? Aku sedang

    Last Updated : 2022-12-20
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Hati Satrio Mantap

    “Pak Hadi nggak ada di rumah Sat. Jadi kita tidak bisa lamaran hari ini.” kata Kakeknya sembari menaruh ponsel di meja bundar.Bahu Satrio turun. Kepalanya menunduk. Matanya menatap kosong pada rerumputan hijau yang ada di bawah kakinya.“Memangnya ada apa? Kamu pasti punya alasan yang lebih spesifik. Ini pasti bukan karena kamu kebelet nikah. Pasti ada alasan lain yang kamu sembunyikan dari Kakek. Betul tidak?”Satrio memandang Kakeknya, “Kakek janji dulu jangan berpikiran macam-macam tentang Caca ataupun keluarga Pak Hadi.”Kakek mengangguk yakin, “Ada apa to?”Satrio menceritakan apa yang dia lihat semalam kepada Kakeknya.“Terus setelah mengetahui kalau Caca seperti itu kamu semakin mau meneruskan hubunganmu?”Satrio mengangguk.“Kenapa? Bukankah lebih baik kalau kamu selesaikan saja, batalkan saja rencana pernikahanmu dengan Caca? Bisa jadi kalau nanti kalian sudah menikah, kamu tidak bahagia karena kamu tahu hati dan cinta Caca bukan untukmu?”“Aku sempat berpikir seperti itu Ke

    Last Updated : 2022-12-21
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Harapan Kakek Satrio

    Satrio menghela nafasnya, “Aku kemarin tidak berusaha dan gampang menyerah.”Satrio mengangkat bahunya, “Entahlah Kek. Aku merasa bahwa aku lebih yakin dengan Caca daripada dengan yang kemarin. Kalau Kakek tanya aku sekarang ini, apa aku menyesal ketika kemarin melepaskan yang lama? Maka aku akan menjawab tidak. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali di dalam diriku ketika melepaskan dia. Tapi sekarang, aku merasa bahwa aku harus mempertahankan dan memperjuangkan Caca ini.”“Cinta… cinta… semuanya karena cinta. Shinta rela membakar dirinya sendiri untuk membuktikan cintanya pada Rama.” Kata Kakek berpuitis menggeleng-gelengkan kepalanya. “Anak muda jaman sekarang kok yang jadi pertimbangan hanya cinta. Kenyang kalian wahai anak muda makan cinta?”“Memangnya Kakek dulu tidak mengenal cinta?” bantah Satrio.“Kakek tidak mengenal cinta. Tahu cinta ya setelah menikah dengan Nenekmu. Dahulu, anak umur lima belas tahun sudah dinikahkan. Sekarang pun juga masih ada anak umur lima belas tahun

    Last Updated : 2022-12-22
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Kesedihan Izzy

    Izzy menatap kosong ke depan. Suasana seru di diskotek sama sekali tidak menarik perhatiannya. Lampu terang berkedip-kedip tak mampu membuat matanya mengerjap-ngerjap silau. Hentakan musik tak mampu membuat badannya bergoyang mengikuti irama. Bahkan segelas cairan memabukkan dengan es besar tak juga dia teguk.“Say, sudah lupakan. Lelaki nggak hanya dia seorang.” kata Si Lelaki Kemayu sembari menenggak minumannya.Izzy masih terdiam.“Kamu lihat sendiri, di sini banyak sekali lelaki yang pantas, jauh lebih baik daripada Indra itu. Dia nggak pantas buat kamu. Dia belum jadi apa-apanya kamu sudah buat kamu sakit seperti ini. Bagaimana kalau nanti dia sudah jadi apa-apanya kamu?”Izzy masih terdiam.Dengan tangannya yang lentik dan gerakan gemulai yang mengaahkan seorang perempuan tulen, Si Lelaki Kemayu menunjuk ke depan, ke arah gerombolan orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa.“Kamu lihat Say, di depan sana. Ada banyak lelaki yang lebih dari dia dan mau dengan kamu. Mereka

    Last Updated : 2022-12-23
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Usaha Izzy

    Sejenak Izzy tertegun. Matanya tak lepas menatap perempuan tua yang sedang berdiri di depannya. Dengan cepat otaknya berpikir, siapa kira-kira perempuan ini. Perawakan perempuan ini kurus sekali, bahkan bisa dibilang tinggal tulang berbalut kulit. Meski begitu, semangat hidup dari perempuan ini sama sekali tidak pudar. Matanya bersinar dan membara menggambarkan semangat hidup yang belum pudar sama sekali.Izzy juga mendapatkan kesan bahwa perempuan yang ada di hadapannya adalah seorang perempuan yang tangguh. Perempuan ini sudah melalui banyak hal sulit di dalam hidupnya dan entah bagaimana bisa menjalaninya dengan sempurna dan tanpa ada drama.“Jangan jangan …” tanya Izzy dalam hati.“Ya? Adik mau mencari siapa?” tanya perempuan itu.Suara perempuan itu terdengar tegas dan lembut dalam waktu yang sama. Suara yang semakin menegaskan dugaan awal Izzy.“Maaf Ibu, Mas Indra-nya ada?” tanya Izzy dengan nada rendah dan sangat sopan.“Adik siapa ya?”“Saya Izzy, temannya Mas Indra satu kela

    Last Updated : 2022-12-24
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Persepsi Ibuk Indra

    “Buk, aku itu sudah punya calon.” kata Indra setelah Izzy pergi.“Loh, Ibuk ‘kan nggak tahu kalau kamu punya calon. Yang Ibuk tahu selama ini, kamu tidak punya calon. Kamu loh tidak pernah mengenalkan calonmu ke Ibuk. Kalau Ibuk tahu ya Ibuk tidak akan memaksamu menemani Nak Izzy pergi ke pesta itu.” Kilah Ibuk tidak mau disalahkan.Indra mendengus kesal.“Memangnya siapa calonmu? Kenapa belum kamu kenalkan pada Ibuk?”Indra melirik pada Mbak Indah. Mbak Indah mengangguk.“Ya belum bisa dibilang calon, aku sedang mendekatinya Buk.”Ibuk memandang Indra aneh. Ibuk masih terdiam, seolah tahu kalau Indra akan mengatakan sesuatu.Indra membenarkan posisi duduknya, berdehem. Hidungnya terkembang tatkala nafas panjang itu tertarik masuk memenuhi paru-paru Indra. Digaruknya rambutnya sebentar. Hatinya mantap dan yakin, inilah saatnya mengatakan yang sebenarnya pada Ibuk.Saat penentuan dimana Ibuk akan tahu bahwa dirinya menjalin hubungan dengan perempuan yang tidak memenuhi standar yang Ibu

    Last Updated : 2022-12-25

Latest chapter

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Penolakan Caca

    “Aku tidak mengerti, seharusnya Adik senang. Aku akan memperlakukan Adik dengan baik. Aku mau Adik di rumah tidak terbebani dengan pekerjaan dan stress karena pekerjaan di luar rumah. Aku ingin Adik fokus merawat dan mendidik anak-anak kita nantinya. Lagipula, seperti yang aku bilang tadi, seorang ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan penuh waktu. Seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang mulia.”Nada Satrio terdengar sangat tenang ketika itu.“Mas, perempuan tidak harus selalu ada di rumah. Perempuan bisa bekerja di luar. Budaya patriarki yang selama ini dianut harus dirubah. Perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki. Perempuan juga bisa melebihi lelaki dalam pencapaian-pencapaian apapun. Perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bukankah kemarin Mas juga sudah bilang bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama? Kenapa sekarang Mas menyuruhku untuk berdiam di rumah dan juga mengurusi rumah?”Nada Caca ter

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Tuntutan Satrio Pada Caca

    Awal bulan Desember, kebahagiaan Caca terus menerus menyumber.Caca merasakan energi yang dahsyat setiap harinya. Caca merasakan semangat yang membakar dan membara di dalam tubuhnya. Semangat itu memberinya energi yang luar biasa. Bisa saja dengan energi dan adrenalin yang meluap-luap tersebut, Caca mampu mewujudkan perdamaian dunia sekaligus mengatasi kelaparan di negara dunia ketiga.Tiada hari tanpa senyuman tersungging di bibirnya. Semua yang Caca idamkan akan terwujud dalam waktu dekat. Caca akan menikah bulan depan, Ratu tidak jadi melangkahinya. Caca juga berhasil menjalankan program kerjanya di kampus dengan berhasil mewujudkan program pertukaran doktor ke Australian National University, yang juga akan terwujud bulan depan setelah pernikahannya. Semua sudah siap, tinggal berangkat.Kerja keras yang akan terbayar lunas.Caca juga sudah melupakan permasalahannya dengan Indra. Mau bagaimanapun juga, apa yang difitnahkan Indra kepadanya terbu

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Yang Tidak Beres Dengan Satrio

    “Mbah, kok merokok disini? Nanti kalau aku bau rokok bagaimana?” protes Caca.Mbah tidak bergeming atas protes Caca. Bahkan, Mbah menghisap kuat-kuat rokok kreteknya dan mengeluarkan asapnya yang mengepul ke atas.Caca mengambil nafas panjang, “Mas Satrio tahu kalau Mbah masih merokok?”“Jangan bilang-bilang dokter Satrio kalau Mbah masih merokok. Dokter Satrio bisa-bisa marah nanti.” jawab Mbah bersungut-sungut.Sekarang justru Caca yang terdiam. Caca menatap Mbah menunggu jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan. Mbah masih menghindari kontak mata dengan Caca.Setelah menghabiskan setengah dari rokoknya, Mbah berkata, “Nduk, yang membuat Mbah dan Papamu bertengkar saat itu ya soal Papamu yang tidak mau merestui kamu menikah kemarin.”Caca tahu betul Mbah berbohong. Maka Caca kembali bertanya, “Terus apa yang Mbah maksud dengan hanya Mbah dan Papa yang tahu soal itu? Yang aku tanyakan Mba

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Lamaran

    Tak terasa hari ini adalah hari Caca lamaran. Dua bulan terakhir ini dia disibukkan dengan kegiatan kampus yang membombardirnya tanpa henti bagaikan serangan tantara Jerman ke Perancis pada perang dunia kedua. Kegiatan yang dilakukan cukup menyita waktu Caca. Mendapatkan empat belas sks mengajar di semester genap ini dan melakukan pengabdian masyarakat juga menjalankan tugas sebagai Kepala Biro Urusan Luar Negeri berhasil melupakan masalah yang dihadapinya baik di kampus.Maka Caca sekarang sedang duduk di depan cermin rias yang ada di kamar Papa dan Mama. Dipandangi wajahnya yang sudah didandani oleh seorang make-up artist pilihan Mama. Caca bisa melihat jelas wajahnya yang berseri-seri kemarahan, yang mana rona kemerahan itu diyakini dari kebahagiaan yang timbul dari dalam dirinya. Senyuman kecil juga selalu tersungging manis di bibir Caca. Tulang pipinya yang sedikit menyembul menjadi semakin jelas karena senyuman tersebut.Badannya juga terlihat sangat ril

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Mbah Ning Marah-Marah

    Sore itu, Caca pulang dengan hati yang masih mendongkol. Seperti ada batu besar yang teronggok malas ditaruh di dalam dadanya, membebani dan membuat efek mengganjal dan dongkol. Jam empat lewat tiga puluh, Caca sudah sampai di rumahnya. Mobilnya diparkir tepat di samping mobil Papa.Caca menemukan Mamanya sedang duduk di meja makan. Mamanya sedang khusyuk menghadapi setoples keripik singkong dan menatap layar ponselnya.“Papa sudah pulang tah Ma?” tanya Caca sambil mencium tangan kanan Mama.Mama mengangguk dan masih khusyuk dengan keripik dan ponselnya.“Terus dimana Papa?”Mamanya menelan keripik singkong terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Caca, “Itu ada di belakang, di gazebo sama Mbah.”Caca mengambil duduk di sebelah Mama. Dipeluknya Mama dengan erat dari samping. Kepala Caca menyandar di lengan kiri Mama yang ramping. Satu hal yang Caca tidak pernah mengerti adalah bagaimana Mamanya

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Bukan Pembimbing Indra Lagi

    Penyesalan memang selalu datang di akhir. Semalam penuh Caca menyesali perbuatannya pada Indra. Perutnya terasa kaku dan keras. Dadanya sesak hingga berkali-kali Caca mengelus dadanya mencoba mengurangi sakitnya, tapi nihil hasil. Kepalanya sakit.Tak hanya itu, berkali-kali Caca mengusap air mata yang menetes, menghela nafas panjang. Caca sadar, dia telah melakukan kesalahan besar. Tidak seharusnya Caca melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti Indra. Caca menyesal karena menuruti hawa nafsu dan menyerang Indra.Seharusnya, Caca pergi saja saat itu dan tidak melayani tantangan Indra. Akan lebih baik jika Caca pergi saja dan membiarkan Indra. Seharusnya cinta Caca pada Indra berhasil meredam emosinya.Niat awal Caca pagi itu adalah mengirim pesan pada Indra sebagai dosen pembimbingnya. Caca mau melanggar idealismenya selama ini yang tidak mau mencampurkan masalah pribadi dan masalah professional. Tapi dipikirnya, kali ini, masalah ini membutuhkan perlakuan khus

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Sakit Hati Tiada Terperi

    Caca tersentak karena kaget. Sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Caca bahwa Indra akan berani mendekatinya dan mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya.Bahkan karena terlalu kagetnya, Caca hanya sanggup melihat Indra. Caca menangkap rona kesedihan di wajah Indra namun siratan kesedihan di mata Indra.Kata-kata yang dilontarkan Indra terlalu sakit untuk didengar oleh Caca. Karena terlalu sakitnya, mulut Caca menganga dan lidahnya terasa kelu tidak sanggup berkata apapun.Untuk beberapa saat Caca hanya memandangi Indra, begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa saat itu pula, Caca tidak bisa berpikir, apa yang harus dia lakukan.Pikiran Caca kembali bekerja normal. Saat itu pula, hatinya terbelah menjadi dua. Sebelah hatinya memintanya untuk segera pergi dari sisi Indra. Sakit hatinya tak terperi. Caca hanya ingin lari dari sana dan tidak mau melihat tampang Indra lagi.Tetapi, di sisi lain hatinya, Caca tidak terima dengan perlakuan tersebut

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pesta Ulang Tahun Rumah Sakit

    Mata Indra melotot pada Izzy.“Kamu bicara apa tadi?” tanya Indra tidak percaya atas apa yang masuk ke dalam telinganya. Matanya melotot pada Izzy.“Itu Bu Syasmala ‘kan?” tanya Indra menegaskan. Nada suaranya tidak sengaja meninggi.Indra melihat wajah Izzy yang tampak lugu dan kaget di saat yang bersamaan. Tatapan mata Indra yang tajam hanya bisa membuat Izzy membeku di tempatnya. Indra menyadari hal itu. Maka, dengan nada yang lebih rendah, meskipun dengan tatapan yang tajam, Indra bertanya sekali lagi, “Calon suaminya Bu Syasmala?”Izzy mengangguk, “Iya Mas. Itu tadi lo yang berjalan di depannya Bu Syasmala, lelaki yang memakai jas hitam tanpa dasi.”Izzy berusaha memanjang-manjangkan lehernya mencoba mencari seseorang di barisan depan. Memang ada beberapa lelaki sedang berdiri berkumpul di dekat taman buatan.“Itu lo Mas, yang berdiri di depan Bu Syasmala.” tangan Izzy me

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Irene di antara Caca dan Satrio

    “Iya Irene.” Jawab Satrio enteng tanpa ada rasa bersalah sama sekali.Darah Caca mendidih. Suasana hati yang tadi sudah membaik, kini memburuk kembali.Caca mencoba mengendalikan emosinya, “Siapa Irene Mas?”“Dia adalah dokter residen di bawah bimbinganku. Mas merasa kasihan sekali dengan Irene ini. Dia berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Dia berhasil sampai sejauh ini murni karena otaknya dan kegigihannya. Dia tidak berasal dari keluarga darah murni, yang mana bapak ibunya bukan dokter. Karena keadaan itulah Pak Bondan berusaha menyingkirkan dia.”Caca menatap Satrio. Yang ditatap masih konsentrasi dengan jalan yang ada di depannya.Satrio menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, “Pak Bondan pikir, seseorang yang bukan berasal dari darah murni tidak pantas menjadi dokter. Menurut Mas, semua itu hanyalah kebangaan atas sesuatu yang semu dan abstrak. Semua orang yang kompeten dan mampu boleh menja

DMCA.com Protection Status