Share

Harapan Kakek Satrio

last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-22 21:19:44

Satrio menghela nafasnya, “Aku kemarin tidak berusaha dan gampang menyerah.”

Satrio mengangkat bahunya, “Entahlah Kek. Aku merasa bahwa aku lebih yakin dengan Caca daripada dengan yang kemarin. Kalau Kakek tanya aku sekarang ini, apa aku menyesal ketika kemarin melepaskan yang lama? Maka aku akan menjawab tidak. Tidak ada rasa penyesalan sama sekali di dalam diriku ketika melepaskan dia. Tapi sekarang, aku merasa bahwa aku harus mempertahankan dan memperjuangkan Caca ini.”

“Cinta… cinta… semuanya karena cinta. Shinta rela membakar dirinya sendiri untuk membuktikan cintanya pada Rama.” Kata Kakek berpuitis menggeleng-gelengkan kepalanya. “Anak muda jaman sekarang kok yang jadi pertimbangan hanya cinta. Kenyang kalian wahai anak muda makan cinta?”

“Memangnya Kakek dulu tidak mengenal cinta?” bantah Satrio.

“Kakek tidak mengenal cinta. Tahu cinta ya setelah menikah dengan Nenekmu. Dahulu, anak umur lima belas tahun sudah dinikahkan. Sekarang pun juga masih ada anak umur lima belas tahun
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Kesedihan Izzy

    Izzy menatap kosong ke depan. Suasana seru di diskotek sama sekali tidak menarik perhatiannya. Lampu terang berkedip-kedip tak mampu membuat matanya mengerjap-ngerjap silau. Hentakan musik tak mampu membuat badannya bergoyang mengikuti irama. Bahkan segelas cairan memabukkan dengan es besar tak juga dia teguk.“Say, sudah lupakan. Lelaki nggak hanya dia seorang.” kata Si Lelaki Kemayu sembari menenggak minumannya.Izzy masih terdiam.“Kamu lihat sendiri, di sini banyak sekali lelaki yang pantas, jauh lebih baik daripada Indra itu. Dia nggak pantas buat kamu. Dia belum jadi apa-apanya kamu sudah buat kamu sakit seperti ini. Bagaimana kalau nanti dia sudah jadi apa-apanya kamu?”Izzy masih terdiam.Dengan tangannya yang lentik dan gerakan gemulai yang mengaahkan seorang perempuan tulen, Si Lelaki Kemayu menunjuk ke depan, ke arah gerombolan orang-orang yang sedang berjoget di lantai dansa.“Kamu lihat Say, di depan sana. Ada banyak lelaki yang lebih dari dia dan mau dengan kamu. Mereka

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Usaha Izzy

    Sejenak Izzy tertegun. Matanya tak lepas menatap perempuan tua yang sedang berdiri di depannya. Dengan cepat otaknya berpikir, siapa kira-kira perempuan ini. Perawakan perempuan ini kurus sekali, bahkan bisa dibilang tinggal tulang berbalut kulit. Meski begitu, semangat hidup dari perempuan ini sama sekali tidak pudar. Matanya bersinar dan membara menggambarkan semangat hidup yang belum pudar sama sekali.Izzy juga mendapatkan kesan bahwa perempuan yang ada di hadapannya adalah seorang perempuan yang tangguh. Perempuan ini sudah melalui banyak hal sulit di dalam hidupnya dan entah bagaimana bisa menjalaninya dengan sempurna dan tanpa ada drama.“Jangan jangan …” tanya Izzy dalam hati.“Ya? Adik mau mencari siapa?” tanya perempuan itu.Suara perempuan itu terdengar tegas dan lembut dalam waktu yang sama. Suara yang semakin menegaskan dugaan awal Izzy.“Maaf Ibu, Mas Indra-nya ada?” tanya Izzy dengan nada rendah dan sangat sopan.“Adik siapa ya?”“Saya Izzy, temannya Mas Indra satu kela

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Persepsi Ibuk Indra

    “Buk, aku itu sudah punya calon.” kata Indra setelah Izzy pergi.“Loh, Ibuk ‘kan nggak tahu kalau kamu punya calon. Yang Ibuk tahu selama ini, kamu tidak punya calon. Kamu loh tidak pernah mengenalkan calonmu ke Ibuk. Kalau Ibuk tahu ya Ibuk tidak akan memaksamu menemani Nak Izzy pergi ke pesta itu.” Kilah Ibuk tidak mau disalahkan.Indra mendengus kesal.“Memangnya siapa calonmu? Kenapa belum kamu kenalkan pada Ibuk?”Indra melirik pada Mbak Indah. Mbak Indah mengangguk.“Ya belum bisa dibilang calon, aku sedang mendekatinya Buk.”Ibuk memandang Indra aneh. Ibuk masih terdiam, seolah tahu kalau Indra akan mengatakan sesuatu.Indra membenarkan posisi duduknya, berdehem. Hidungnya terkembang tatkala nafas panjang itu tertarik masuk memenuhi paru-paru Indra. Digaruknya rambutnya sebentar. Hatinya mantap dan yakin, inilah saatnya mengatakan yang sebenarnya pada Ibuk.Saat penentuan dimana Ibuk akan tahu bahwa dirinya menjalin hubungan dengan perempuan yang tidak memenuhi standar yang Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Kekokohan Ideologi Ibuk Indra

    “Aku lelaki mandiri Buk. Aku tidak bisa menggantungkan hidupku pada orang lain meskipun itu istriku. Aku mau bekerja. Harga diri seorang lelaki itu terletak pada pekerjaannya. Meskipun pekerjaanya remeh temeh dan gajinya kecil tapi dia tetap berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya, maka dia adalah seorang lelaki yang terhormat.”“Lah, tapi dosenmu itu lebih tua. Dosenmu itu juga pasti derajatnya lebih tinggi daripada kamu. Kamu nggak ingat apa yang diperbuat Pakdemu pada keluarga kita? Kamu masih ingat nasehat Ibuk soal cari istri?”Indra terdiam sesaat. Bagaikan adegan film yang cepat, kenangan pahit dihina, direndahkan, diolok-olok tampil di otaknya. Hatinya semakin sakit. Tangannya menggenggam erat.“Ya Buk, aku masih ingat. Orang yang derajatnya lebih tinggi biasanya melihat kita dengan sebelah mata dan meremehkan kita. Ibuk juga bilang kalau cari istri yang sederajat atau yang derajatnya lebih rendah daripada kita.” Kata Indra dengan sekuat tenaga menahan agar suaranya tidak terd

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-26
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Asal-usul Mbah Ning

    Senin pagi, Satrio terpaku di ruangannya menghadapi tugas-tugas administrasi. Tangannya membolak-balik setumpukan kertas sembari memberikan koreksi di sana-sini. Tak jarang pula, tangannya mengaru-garuk dahi.Setelah hampir satu jam berkutat dengan kertas-kertas itu, Satrio menyandarkan punggungnya ke kursinya. Tangannya memijat pangkal hidungnya untuk meredakan matanya yang lelah, meskipun dia tahu, hal itu sama sekali tidak membantu.Saat itulah kenangan Satrio tertuju pada kelanjutan perbincangan dengan Kakek kemarin.“Jadi, Kakek senang sekali kamu ingin segera menikah. Ya memang selain karena kamu sudah harus menikah, ya karena untuk menyelamatkan rumah sakit. Bondan harus segera dilengserkan dari direktur. Hari ini kamu menikah, besoknya Kakek akan langsung mengadakan rapat komite membahas kelakuan Bondan.”Satrio mengangkat bahunya, tidak tahu harus menjawab apa. Walau begitu, hatinya lega, jajaran rumah sakit itu akan segera bersih dari praktek-praktek penggelapan uang.Kakek

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-27
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pertemuan Satrio dan Izzy

    “Mas Satrio ada di kantor?” tanya Izzy di seberang telepon.“Iya. Ada apa Zy?” tanya Satrio penasaran.“Izzy bisa bertemu dengan Mas Satrio hari ini? Izzy ada perlu penting banget.”Satrio mengernyitkan dahinya. Keperluan penting apa yang membuat Izzy ingin menemui dirinya. Untuk pertama kalinya dalam hidup Satrio dan pertama kalinya sejak Satrio mengenal Izzy, Izzy mengin“Iya bisa Zy…” Satrio melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. “Sekarang bisa? Soalnya setelah ini aku harus visitasi.”“Kebetulan Mas. Izzy sudah ada di lobby bawah. Lima menit lagi Izzy sampai di ruangan Mas.”Sesaat, Satrio merasakan firasat yang tidak beres. Walau begitu, Satrio tidak bisa menjelaskan firasat aneh apa yang dirasakannya.Benar, tak sampai lima menit, Izzy sudah mengetuk pintu ruangannya.“Masuk Zy, biarkan saja pintunya terbuka.” Kata Satrio yang masih duduk di meja kerjanya.“Duduk saja di sofa.” Kata Satrio seraya menunjuk ke arah sofa dengan jempol kanannya.Setelah Izzy dud

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-28
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Masalah Bimbingan Caca

    Penyakit bagi Caca menjelang akhir semester adalah kemalasan. Caca menyebutnya sindrom akhir semester. Rasa lelah, capek, dan jenuh karena mengajar satu semester ditambah dengan urusan-urusan administrasi membuatnya tidak ingin melakukan apapun.Caca menertawakan orang-orang yang dengan mudahnya bilang bahwa jika tidak mendapatkan pekerjaan maka mengajar adalah pilihan paling mudah. Mereka tidak tahu bahwa mengajar itu susah, butuh tekad dan semangat membara untuk menghadapi sekian ratus siswa, yang notabene anak orang, dengan berbagai karakter, untuk mengajari mereka tentang sesuatu.Mengajar bukanlah suatu pekerjaan mudah.Jadi kalau ada orang bilang jika tidak mendapatkan pekerjaan maka menjadi guru atau pengajar saja, maka mereka adalah orang-orang yang abai terhadap mengajar dan pendidikan.Walaupun bukan seorang pengamat pendidikan, Caca tahu kenyataan dunia pendidikan sekarang. Bagaimana pendidikan maju jika misalkan seorang lulusan sejarah murni mengajar mata pelajaran Bahasa

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-29
  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Satrio Atau Indra

    Tangan Caca gemetar memegang ponselnya. Keringat muncul di dahinya. “Ada satu, jenjang S1. Dia semester sepuluh, aku pembimbing satu. Tapi dari catatanku ini, dia terakhir kali bimbingan sudah bab empat dan di bulan lalu. Dari catatanku juga, dia lancar bimbingan ke aku. Aku tidak pernah membuatnya revisi lebih dari empat kali.” “Siapa namanya?” Caca menyebutkan satu nama lelaki. “Eh, itu aku pembimbing duanya. Dia kuliah sambil kerja makanya agak terlambat. Aku yakin bukan dia yang melapor.” Caca menyandarkan tubuhnya ke kursi. Matanya terpejam, “Mbak dengar dari orang jurusan?” Jasmine mengangguk, “Iya. Sudahlah, kamu nanti juga akan tahu. Biasanya kalau ada komplain seperti ini ‘kan si pelapor akan dipindahkan bimbingannya. Nanti juga ketahuan siapa yang melapor ketika mahasiswa itu pindah bimbingan.” “Loh, kok langsung pindah bimbingan?” “Ini kasus pertama kamu, bisa jadi langsung ditindaklanjuti. Kalau Pak Tsaqiif tidak mungkin ditindaklanjuti karena ya memang Beliau begit

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30

Bab terbaru

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Penolakan Caca

    “Aku tidak mengerti, seharusnya Adik senang. Aku akan memperlakukan Adik dengan baik. Aku mau Adik di rumah tidak terbebani dengan pekerjaan dan stress karena pekerjaan di luar rumah. Aku ingin Adik fokus merawat dan mendidik anak-anak kita nantinya. Lagipula, seperti yang aku bilang tadi, seorang ibu rumah tangga adalah sebuah pekerjaan penuh waktu. Seorang ibu adalah sebuah pekerjaan yang mulia.”Nada Satrio terdengar sangat tenang ketika itu.“Mas, perempuan tidak harus selalu ada di rumah. Perempuan bisa bekerja di luar. Budaya patriarki yang selama ini dianut harus dirubah. Perempuan mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan lelaki. Perempuan juga bisa melebihi lelaki dalam pencapaian-pencapaian apapun. Perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Bukankah kemarin Mas juga sudah bilang bahwa pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama? Kenapa sekarang Mas menyuruhku untuk berdiam di rumah dan juga mengurusi rumah?”Nada Caca ter

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Tuntutan Satrio Pada Caca

    Awal bulan Desember, kebahagiaan Caca terus menerus menyumber.Caca merasakan energi yang dahsyat setiap harinya. Caca merasakan semangat yang membakar dan membara di dalam tubuhnya. Semangat itu memberinya energi yang luar biasa. Bisa saja dengan energi dan adrenalin yang meluap-luap tersebut, Caca mampu mewujudkan perdamaian dunia sekaligus mengatasi kelaparan di negara dunia ketiga.Tiada hari tanpa senyuman tersungging di bibirnya. Semua yang Caca idamkan akan terwujud dalam waktu dekat. Caca akan menikah bulan depan, Ratu tidak jadi melangkahinya. Caca juga berhasil menjalankan program kerjanya di kampus dengan berhasil mewujudkan program pertukaran doktor ke Australian National University, yang juga akan terwujud bulan depan setelah pernikahannya. Semua sudah siap, tinggal berangkat.Kerja keras yang akan terbayar lunas.Caca juga sudah melupakan permasalahannya dengan Indra. Mau bagaimanapun juga, apa yang difitnahkan Indra kepadanya terbu

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Yang Tidak Beres Dengan Satrio

    “Mbah, kok merokok disini? Nanti kalau aku bau rokok bagaimana?” protes Caca.Mbah tidak bergeming atas protes Caca. Bahkan, Mbah menghisap kuat-kuat rokok kreteknya dan mengeluarkan asapnya yang mengepul ke atas.Caca mengambil nafas panjang, “Mas Satrio tahu kalau Mbah masih merokok?”“Jangan bilang-bilang dokter Satrio kalau Mbah masih merokok. Dokter Satrio bisa-bisa marah nanti.” jawab Mbah bersungut-sungut.Sekarang justru Caca yang terdiam. Caca menatap Mbah menunggu jawaban atas pertanyaan yang dia ajukan. Mbah masih menghindari kontak mata dengan Caca.Setelah menghabiskan setengah dari rokoknya, Mbah berkata, “Nduk, yang membuat Mbah dan Papamu bertengkar saat itu ya soal Papamu yang tidak mau merestui kamu menikah kemarin.”Caca tahu betul Mbah berbohong. Maka Caca kembali bertanya, “Terus apa yang Mbah maksud dengan hanya Mbah dan Papa yang tahu soal itu? Yang aku tanyakan Mba

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Lamaran

    Tak terasa hari ini adalah hari Caca lamaran. Dua bulan terakhir ini dia disibukkan dengan kegiatan kampus yang membombardirnya tanpa henti bagaikan serangan tantara Jerman ke Perancis pada perang dunia kedua. Kegiatan yang dilakukan cukup menyita waktu Caca. Mendapatkan empat belas sks mengajar di semester genap ini dan melakukan pengabdian masyarakat juga menjalankan tugas sebagai Kepala Biro Urusan Luar Negeri berhasil melupakan masalah yang dihadapinya baik di kampus.Maka Caca sekarang sedang duduk di depan cermin rias yang ada di kamar Papa dan Mama. Dipandangi wajahnya yang sudah didandani oleh seorang make-up artist pilihan Mama. Caca bisa melihat jelas wajahnya yang berseri-seri kemarahan, yang mana rona kemerahan itu diyakini dari kebahagiaan yang timbul dari dalam dirinya. Senyuman kecil juga selalu tersungging manis di bibir Caca. Tulang pipinya yang sedikit menyembul menjadi semakin jelas karena senyuman tersebut.Badannya juga terlihat sangat ril

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Mbah Ning Marah-Marah

    Sore itu, Caca pulang dengan hati yang masih mendongkol. Seperti ada batu besar yang teronggok malas ditaruh di dalam dadanya, membebani dan membuat efek mengganjal dan dongkol. Jam empat lewat tiga puluh, Caca sudah sampai di rumahnya. Mobilnya diparkir tepat di samping mobil Papa.Caca menemukan Mamanya sedang duduk di meja makan. Mamanya sedang khusyuk menghadapi setoples keripik singkong dan menatap layar ponselnya.“Papa sudah pulang tah Ma?” tanya Caca sambil mencium tangan kanan Mama.Mama mengangguk dan masih khusyuk dengan keripik dan ponselnya.“Terus dimana Papa?”Mamanya menelan keripik singkong terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan Caca, “Itu ada di belakang, di gazebo sama Mbah.”Caca mengambil duduk di sebelah Mama. Dipeluknya Mama dengan erat dari samping. Kepala Caca menyandar di lengan kiri Mama yang ramping. Satu hal yang Caca tidak pernah mengerti adalah bagaimana Mamanya

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Caca Bukan Pembimbing Indra Lagi

    Penyesalan memang selalu datang di akhir. Semalam penuh Caca menyesali perbuatannya pada Indra. Perutnya terasa kaku dan keras. Dadanya sesak hingga berkali-kali Caca mengelus dadanya mencoba mengurangi sakitnya, tapi nihil hasil. Kepalanya sakit.Tak hanya itu, berkali-kali Caca mengusap air mata yang menetes, menghela nafas panjang. Caca sadar, dia telah melakukan kesalahan besar. Tidak seharusnya Caca melontarkan kata-kata kasar yang menyakiti Indra. Caca menyesal karena menuruti hawa nafsu dan menyerang Indra.Seharusnya, Caca pergi saja saat itu dan tidak melayani tantangan Indra. Akan lebih baik jika Caca pergi saja dan membiarkan Indra. Seharusnya cinta Caca pada Indra berhasil meredam emosinya.Niat awal Caca pagi itu adalah mengirim pesan pada Indra sebagai dosen pembimbingnya. Caca mau melanggar idealismenya selama ini yang tidak mau mencampurkan masalah pribadi dan masalah professional. Tapi dipikirnya, kali ini, masalah ini membutuhkan perlakuan khus

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Sakit Hati Tiada Terperi

    Caca tersentak karena kaget. Sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh Caca bahwa Indra akan berani mendekatinya dan mengatakan hal yang begitu menyakiti hatinya.Bahkan karena terlalu kagetnya, Caca hanya sanggup melihat Indra. Caca menangkap rona kesedihan di wajah Indra namun siratan kesedihan di mata Indra.Kata-kata yang dilontarkan Indra terlalu sakit untuk didengar oleh Caca. Karena terlalu sakitnya, mulut Caca menganga dan lidahnya terasa kelu tidak sanggup berkata apapun.Untuk beberapa saat Caca hanya memandangi Indra, begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa saat itu pula, Caca tidak bisa berpikir, apa yang harus dia lakukan.Pikiran Caca kembali bekerja normal. Saat itu pula, hatinya terbelah menjadi dua. Sebelah hatinya memintanya untuk segera pergi dari sisi Indra. Sakit hatinya tak terperi. Caca hanya ingin lari dari sana dan tidak mau melihat tampang Indra lagi.Tetapi, di sisi lain hatinya, Caca tidak terima dengan perlakuan tersebut

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Pesta Ulang Tahun Rumah Sakit

    Mata Indra melotot pada Izzy.“Kamu bicara apa tadi?” tanya Indra tidak percaya atas apa yang masuk ke dalam telinganya. Matanya melotot pada Izzy.“Itu Bu Syasmala ‘kan?” tanya Indra menegaskan. Nada suaranya tidak sengaja meninggi.Indra melihat wajah Izzy yang tampak lugu dan kaget di saat yang bersamaan. Tatapan mata Indra yang tajam hanya bisa membuat Izzy membeku di tempatnya. Indra menyadari hal itu. Maka, dengan nada yang lebih rendah, meskipun dengan tatapan yang tajam, Indra bertanya sekali lagi, “Calon suaminya Bu Syasmala?”Izzy mengangguk, “Iya Mas. Itu tadi lo yang berjalan di depannya Bu Syasmala, lelaki yang memakai jas hitam tanpa dasi.”Izzy berusaha memanjang-manjangkan lehernya mencoba mencari seseorang di barisan depan. Memang ada beberapa lelaki sedang berdiri berkumpul di dekat taman buatan.“Itu lo Mas, yang berdiri di depan Bu Syasmala.” tangan Izzy me

  • Penakluk Cinta Sang Dosen   Ada Irene di antara Caca dan Satrio

    “Iya Irene.” Jawab Satrio enteng tanpa ada rasa bersalah sama sekali.Darah Caca mendidih. Suasana hati yang tadi sudah membaik, kini memburuk kembali.Caca mencoba mengendalikan emosinya, “Siapa Irene Mas?”“Dia adalah dokter residen di bawah bimbinganku. Mas merasa kasihan sekali dengan Irene ini. Dia berasal dari keluarga yang kurang beruntung. Dia berhasil sampai sejauh ini murni karena otaknya dan kegigihannya. Dia tidak berasal dari keluarga darah murni, yang mana bapak ibunya bukan dokter. Karena keadaan itulah Pak Bondan berusaha menyingkirkan dia.”Caca menatap Satrio. Yang ditatap masih konsentrasi dengan jalan yang ada di depannya.Satrio menarik nafas panjang sebelum melanjutkan, “Pak Bondan pikir, seseorang yang bukan berasal dari darah murni tidak pantas menjadi dokter. Menurut Mas, semua itu hanyalah kebangaan atas sesuatu yang semu dan abstrak. Semua orang yang kompeten dan mampu boleh menja

DMCA.com Protection Status