“Hamil? Gila kamu, ya! Ini hanya efek anggur tadi malam, lagian … bagaimana bisa aku hamil, sedangkan aku tidak pernah melakukan itu. Sudah lah, aku mau balik tidur lagi!”
Sherly merasa sangat kesal mendengar pertanyaan Camille tadi. Secara, seharian penuh dia terus bersama dengan Camille dan Hanny dan tak pernah sekalipun melakukan hubungan yang dapat membuatnya hamil.
“Tidur? Hei, ini sudah pukul setengah tujuh pagi. Kamu tidak berangkat kuliah?” tanya Camille pada Sherly.
“Kuliah? Kamu yakin masih ingin pergi kuliah, setelah masalah yang kamu buat kemarin? Seluruh mahasiswa melihat kita, lho …,” jawab Sherly yang seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Camille.Mendengar itu, Camille langsung terdiam dan tak menjawab sepatah katapun. Sherly menghela nafas dan berjalan kembali menuju tempat tidurnya dan langsung membaringkan tubuhnya.
“Had
“Hufffttt … aku lelah, Max. Sejak pukul setengah tujuh pagi hingga hampir pukul setengah sepuluh, belum ada satu pun orang pun yang berhasil kita dapatkan,” kata Hans sambil mendudukkan tubuhnya di tepi jalan dan menghela nafas. “Sabar, dong. Ini ‘kan masih pagi, masak kamu sudah lelah. Yah, namanya juga usaha, ‘kan? Harus semangat, dong, tapi kamu ingin menjadi seperti ayahmu. Hadeh, bagaimana, sih?” tanya Max, berdiri di samping Hans sambil berusaha memberi semangat padanya. “Hmm, mungkin benar apa yang dikatakan oleh wanita tadi. Kita harusnya membuat potongan harga, agar mereka tertarik untuk datang ke toko kita. Bagaimana menurut kamu, Max?” tanya balik Hans, sambil menatap kearah Max. “Harusnya, itu sudah aku katakan sejak kamu ingin pergi mencetak brosur kemarin, tapi … kamu sudah keburu pergi. Yah sudah, aku pikir kamu sudah memikirkan itu. Eh, ternyata
“Wah, itu si Angel, bukan?” “Eh, iya itu Angel! Kok bisa dia punya rumah sebesar itu?” “Gila! Mobil itu milik Angel semua?” “Ah, nggak mungkin sih. Secara ‘kan, dia itu hanya seorang pemulung. Mana mungkin dia punya rumah dan mobil semewah itu!”Pukul sepuluh lewat sepuluh menit, di papan pengumuman yang berada di lantai dasar dekat dengan tangga menuju lantai dua di kampus. Terlihat para mahasiswa dari kelas lain sudah berkumpul disana sambil menatap beberapa lembar foto yang ternyata, itu adalah foto-foto beberapa harta milik Angel, seperti rumah dan beberapa mobil yang di ambil dari garasi rumahnya, dan juga foto Angel yang berdiri di depan rumahnya, saat pertama kali pindah ke rumah barunya itu, yang tergantung di dinding ruang tamunya.Beberapa saat kemudian, muncul lah teman-teman sekelas Angel yang berjalan beriringan bersama Angel yang mengikuti mereka
“Hmm, ini benar foto kamu, Ngel?” tanya Hans pada Angel, yang tengah berdiri di sebelah kanannya dan menoleh kearahnya. “Hah? Jelas bukan lah, hahaha … ini tuh bohongan, tahu! Mana mungkin aku punya rumah dan mobil sebagus itu. Secara ‘kan, aku hanya seorang pemulung,” jawab Angel sambil sedikit tertawa.Awalnya, Angel merasa biasa saja dengan Hans dan masih lebih tenang. Namun, saat Hans melanjutkan perkataannya, “Hah? Seorang pemulung? Serius kamu, Ngel? Lalu, mobil yang dikendarai oleh si Samuel itu, yang telah menabrak bemper belakang mobil seorang wanita kemarin, itu mobil siapa? Ini yang ada di foto dengan yang kemarin itu sama, lho … plat mobilnya juga sama. Serius kalau kamu hanya seorang pemulung, Ngel?” tanya Hans pada Angel. “Hah? Hmm …,” ‘Mampus! Aku lupa kalau kemarin, aku bertemu dengannya … isshh!&rs
“Hmm …, kira-kira siapa yang melakukan perbuatan sebodoh itu, ya? Rumah, mobil dan foto yang hanya ada di dalam rumahku … dia mendapatkan itu semua dari mana dan bagaimana? Secara ‘kan, ada tiga orang penjaga yang berbadan kekar di depan gerbang dan … kedua adiknya Fanny serta William juga ada di rumah. Lalu, siapa?”Setelah pergi meninggalkan teman-temannya, Angel berjalan seorang diri menuju ke persimpangan jalan sambil terus memikirkan orang yang sudah menempelkan foto-foto yang ada di papan pengumuman tadi. Secara, Angel tidak ingin terlihat mewah di depan para mahasiswa kampus, karena itu bisa membuatnya merasa risih dan pastinya, dia tidak akan bisa pergi kemana pun dengan bebas, karena para mahasiswa itu pastinya akan terus mengejarnya dan berlomba-lomba, untuk bisa berteman baik dengannya. Layaknya seperti Camille dan kedua temannya. Mereka sempat menjadi sorotan oleh para mahasiswa, karena kehadiran Ace dan Candie yang mengantar
“Aku bilang, bagaimana sekarang? Apa yang akan kita lakukan? Kita tidak punya pekerjaan apa pun dan pengeluaran kita akhir-akhir ini sangat lah besar. Uangku sebentar lagi habis, nih,” kata Sherly mengulangi perkataannya tadi. “Hmm, aku juga bingung, Sher … eh, bukankah kamu adalah seorang adik dari pemilik hotel yang sekarang ini, menjadi miliknya Angel? Iya ‘kan?” tanya Camille. “Iya, dia adalah kakakku. Hmm, tapi aku tidak mungkin terus-terusan seperti ini, dong? Dia sudah menikah dan memiliki anak. Tidak mungkin aku terus-terusan bergantung padanya. Ayah dan ibuku telah tiada, jadi … aku berpikir, aku harus bisa mencari penghasilan sendiri dan tak lagi bergantung padanya,” jawab Sherly.Camille hanya diam dan mengangguk pelan. Lalu, berganti ke Hanny dan menanyakan tentang masalah apa yang kini tengah dirasakannya. “Hmm, sepertinya aku masih tak memiliki
“Cam, kamu ngga kasihan padanya? Dia sepertinya sedang kebingungan, mencari keberadaan pacarnya. Aku rasa, dia bukan berasal dari kota ini,” kata Sherly pada Camille sambil sesekali melihat kearah wanita itu yang sudah semakin jauh dari mereka. “Kamu pikir aku peduli? Biarkan saja, toh juga kita tidak mengenalnya,” sahut Camille sambil menyeringai dan melipat kedua tangannya ke depan, duduk di antara Sherly dan Hanny. “Hmm, kalau aku jadi kamu sih, lebih baik ku tolong saja dia. Kamu tidak lihat dari cara berpakaiannya? Semua pakaian dari gaun, sepatu serta kalung emas yang di kenakannya itu, adalah barang mahal semua, lho! Yah, siapa tahu … sebagai tanda terima kasih karena sudah menolongnya, kamu bisa mendapatkan imbalan darinya,” kata Sherly.Mendengar itu, seketika raut wajah Camille berubah. Awalnya, dia sama sekali tak memperdulikan wanita itu, karena dia sudah sangat kesal padanya. Namun,
Ding … ding … ding …Saat William tengah memarahi Samuel, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Lalu, dia melihat kalau seorang asistennya yang mengurus W Mall bernama Toni, mencoba menghubunginya. Dia pun langsung berjalan menjauh dari Samuel dan Angel serta dua orang penjaga gerbang itu, “Halo, Ton, ada apa?” “Selamat siang, Tuan, apakah saya mengganggu anda?” “Ah, tidak kok, kebetulan saya sedang santai dan juga, saya sedang berada di Washington. Ada apa?” “Ah, kebetulan sekali, Tuan, disini ada yang sedang mencari anda. Seorang wanita dan beliau ini berasal dari Lost Angles,” “Hah? Dimana?” “W Mall, Tuan,” “Oke, saya akan segera kesana,” “Baik, maaf meng ….” Tit! &ldquo
Kemudian, tiba-tiba mesin itu mati dan seketika, pintu mobilnya terbuka ke atas. Sontak, Camille langsung menarik kedua temannya ke balik-balik mobil yang tengah terparkir di dekat mereka. “Eh! Kamu apa …,” “Sssttt! Diam dulu!”Sherly merasa kesal karena Camille tiba-tiba meranik tangannya dengan keras dan saat dia ingin bertanya, Camille langsung menyuruhnya untuk diam. Perlahan, Camille melihat kearah seorang pria yang baru saja keluar dari mobil mewah tadi, “Halo, Ton … iya, saya sudah sampai di W Mall. Kamu dimana? Ah, tidak-tidak, biar saya saja yang pergi kesana. Kamu di kantormu, ‘kan? Oke, saya langsung kesana.”Camille melihat kalau pria itu sedang berjalan masuk ke dalam Mall sambil menelfon seseorang. Lalu, dia mengajak kedua temannya untuk mengikuti si pria itu dari belakang. “Cam, sebenarnya ada apa sih?” tanya S
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri