Jam menunjukkan pukul delapan malam. Setelah menjelaskan kondisi Fannia, Dokter itu pun memberi izin pada Michael, ayahnya dan kedua orangtua Fannia, masuk ke ruangan untuk menjenguk Fannia karena telah mendapat kabar dari seorang perawat yang memantau perkembangan Fannia, mengatakan kalau Fannia telah sadarkan diri. Namun, tidak semuanya diperbolehkan untuk masuk ke ruangan. Hanya satu sampai dua orang secara bergantian.
Keluarga Michael dan kedua orangtua Fannia berunding terlebih dahulu, siapa yang akan masuk lebih dulu. Lalu, setelah beberapa saat berunding, akhirnya mereka memutuskan untuk Michael dan ibunya Fannia, masuk ke dalam ruangan.
“Hai, Fannia.” Michael menyapa Fannia, sambil berjalan mendekati Fannia yang tengah terbaring di atas tempat tidur.
Tiba-tiba, ketika melihat Michael masuk ke dalam ruangan, Fannia langsung menutupi wajahnya menggunakan selimut. Dia sepertinya malu karena wajahnya penuh dengan jahitan, setelah ope
“Gila! Tiga pria sekaligus? Cantik sih cantik, kalau pun sekarang tak secantik dulu karena bekas luka, ‘kan bisa sembuh dan kembali normal seperti dulu. Lah, bagaimana dengan …, ah sudah lah itu.” Puk!Michael memukul setir mobilnya. Dia merasa kesal dan sangat kecewa dengan apa yang telah di dengarnya langsung dari mulut Fannia. Mendengar kalau wanita yang dijodohkan olehnya itu, ternyata adalah wanita jalang yang sudah dinikmati oleh tiga pria sekaligus tanpa sepengetahuannya. “Pantas saja, sejak awal dia terlihat seperti menghindar dan langsung menolak perjodohan itu. Ternyata itu lah alasannya. Hadeh … lebih baik tadi saya tidak datang kesini dan berkumpul saja dengan Angel. Yah, setidaknya dia lebih baik dari si Wanita Jalang itu! Wajahnya juga lebih cantik dan baik, dan yang paling penting, dia pintar dan …, sangat kaya, hahaha ….” Vroom-vroom …
“Eh, pergi kemana tuh mobil?” “Yah … baru juga ingin minta foto, huh!” “Hadeh … gagal deh berkenalan dengan si pemilik mobilnya.”Orang-orang yang tengah berdiri di depan pintu masuk restoran, mengempas kesal setelah melihat mobil mewah yang dikendarai oleh William pergi dari lahan parkiran restoran. Seakan-akan, mereka kehilangan kesempatan yang sangat langkah, bisa berfoto dengan mobil mewah seperti itu. Lalu, mereka semua pun kembali masuk ke restoran dan kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. “Lho? Mengapa mereka semua terlihat kesal dan kembali duduk? Bukankah tadi mereka sangat bersemangat?” tanya Samuel sambil melihat kearah orang-orang itu. “Hmm …, ah, mobil mewah tadi sudah pergi ternyata. Pantas saja mereka terlihat kesal karena tidak bisa berfoto dengan mobil itu, hahaha …,” jawab Angel sambil mel
Sherly dan Hanny sudah berhasil dimasukkan ke dalam mobil si Pria itu. Karena pada saat itu, mereka berdua sudah terlihat lemas dan sudah tak berdaya untuk melawan. Bahkan, untuk membuka mata mereka saja, butuh usaha yang sangat keras. Berbeda dengan mereka, Camille masih terlihat bertenaga dan masih sanggup untuk sedikit memberontak. “Heh! Tidak sopan kamu, ya! Kalau kamu sudah tak tahan lagi, jangan disini dong, Sayang ….” “Yah … ish! Ini anak menjengkelkan sekali, sih! Hadeh, kotor jadinya, ‘kan!”William menarik paksa tubuh Camille dan tak sengaja menyentuh bagian dadanya. Camille pun langsung mendorong William hingga terduduk ke tanah. Setelan Jas mewah yang tengah dipakainya itu pun menjadi kotor. Setelah mendorong William hingga terduduk ke tanah, Camille pun berjalan pergi dengan sedikit sempoyongan menjauhi William. Tap … tap … tap …
Mendengar itu, Petugas Keamanan itu pun langsung mengangguk dan tak berani melontarkan sepatah katapun pada William. Lalu, dia pun langsung berjalan sambil memapah Sherly yang sudah tak sadarkan diri itu. Namun, saat dia baru saja melangkahkan kakinya, tiba-tiba Michael menahan bahu kanannya, “Maaf, Tuan, anda boleh jalan duluan. Pak Petugas Keamanan ini, biar jalan beriringan bersama saya mengikuti anda dari belakang,” kata Michael pada William. “Lho? Kenapa harus saya yang jalan duluan?” tanya William kebingungan. “Benar, Tuan Michael, kenapa harus …,” “Eh, tapi kita ingin membahas masalah bisnis yang kemarin. Iya ‘kan, Pak?” potong Michael, melontarkan pertanyaan sambil mengedipkan sebelah matanya. “Hah? Bisnis ap …,” Graab!Tiba-tiba, Michael yang tadi tengah meletakkan telapak ta
“Apaan coba? Menahanku sampai larut malam begini, hanya untuk membahas hal-hal yang tidak jelas seperti itu? Huaahhh … ngantuk banget!”William merasa kesal mengingat kejadian tadi sambil mengemudi mobilnya, kembali ke rumah Angel dan tiba-tiba, ponselnya berdering, Ding … ding … ding … “Lho? Ponselku mana, ya? Asal suaranya kok tidak dari saku celanaku, ya?” Saat mendengar ponselnya berbunyi, William panik sembari meraba kedua saku celananya. Akan tetapi, saku celananya sama sekali kosong dan ponselnya tidak ada disana. Dia mencarinya ke sekeliling mobil dan ternyata, ponselnya berada di bawah tempat duduknya. Dia lupa kalau tadi, dia sempat meletakkan ponselnya tergeletak di atas tempat duduk sebelah kanannya dan tadi, dia meletakkan Camille di tempat duduk itu dan membuat ponsel miliknya terjatuh ke bawah tempat duduk. Kemudian, dia pun melihat ke arah ponselnya dan ternyata, itu ad
“Hamil? Gila kamu, ya! Ini hanya efek anggur tadi malam, lagian … bagaimana bisa aku hamil, sedangkan aku tidak pernah melakukan itu. Sudah lah, aku mau balik tidur lagi!”Sherly merasa sangat kesal mendengar pertanyaan Camille tadi. Secara, seharian penuh dia terus bersama dengan Camille dan Hanny dan tak pernah sekalipun melakukan hubungan yang dapat membuatnya hamil. “Tidur? Hei, ini sudah pukul setengah tujuh pagi. Kamu tidak berangkat kuliah?” tanya Camille pada Sherly. “Kuliah? Kamu yakin masih ingin pergi kuliah, setelah masalah yang kamu buat kemarin? Seluruh mahasiswa melihat kita, lho …,” jawab Sherly yang seketika menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Camille.Mendengar itu, Camille langsung terdiam dan tak menjawab sepatah katapun. Sherly menghela nafas dan berjalan kembali menuju tempat tidurnya dan langsung membaringkan tubuhnya. “Had
“Hufffttt … aku lelah, Max. Sejak pukul setengah tujuh pagi hingga hampir pukul setengah sepuluh, belum ada satu pun orang pun yang berhasil kita dapatkan,” kata Hans sambil mendudukkan tubuhnya di tepi jalan dan menghela nafas. “Sabar, dong. Ini ‘kan masih pagi, masak kamu sudah lelah. Yah, namanya juga usaha, ‘kan? Harus semangat, dong, tapi kamu ingin menjadi seperti ayahmu. Hadeh, bagaimana, sih?” tanya Max, berdiri di samping Hans sambil berusaha memberi semangat padanya. “Hmm, mungkin benar apa yang dikatakan oleh wanita tadi. Kita harusnya membuat potongan harga, agar mereka tertarik untuk datang ke toko kita. Bagaimana menurut kamu, Max?” tanya balik Hans, sambil menatap kearah Max. “Harusnya, itu sudah aku katakan sejak kamu ingin pergi mencetak brosur kemarin, tapi … kamu sudah keburu pergi. Yah sudah, aku pikir kamu sudah memikirkan itu. Eh, ternyata
“Wah, itu si Angel, bukan?” “Eh, iya itu Angel! Kok bisa dia punya rumah sebesar itu?” “Gila! Mobil itu milik Angel semua?” “Ah, nggak mungkin sih. Secara ‘kan, dia itu hanya seorang pemulung. Mana mungkin dia punya rumah dan mobil semewah itu!”Pukul sepuluh lewat sepuluh menit, di papan pengumuman yang berada di lantai dasar dekat dengan tangga menuju lantai dua di kampus. Terlihat para mahasiswa dari kelas lain sudah berkumpul disana sambil menatap beberapa lembar foto yang ternyata, itu adalah foto-foto beberapa harta milik Angel, seperti rumah dan beberapa mobil yang di ambil dari garasi rumahnya, dan juga foto Angel yang berdiri di depan rumahnya, saat pertama kali pindah ke rumah barunya itu, yang tergantung di dinding ruang tamunya.Beberapa saat kemudian, muncul lah teman-teman sekelas Angel yang berjalan beriringan bersama Angel yang mengikuti mereka
Angel, Fanny, Chelsea, kedua Pekerja Toko menatap kearah salah seorang rekan Chelsea yang tengah sibuk membungkam mulut Emma yang sejak dari tadi selalu memotong perkataan Angel. “Hadehhh ….” Angel menggelengkan kepala sambil menghela napas. “Oke, jadi ….”Angel melanjutkan perkataannya dengan menceritakan apa yang sudah terjadi saat Angel pergi bersama dengan Joe ke sebuah Cafe. Dia juga menceritakan kalau sebelum itu, dia dan Joe menemui Alan di Cafe itu. “Apa?! Pria yang menggoda Emma saat kita tiba di depan Club malam kemarin, Ngel?!” tanya Fanny, terkejut. “Iya, Fann! Parahnya lagi, mereka berdua membawa satu orang temannya dengan tubuh yang … wah, tinggi dan kekar! Kalian tahu Joe setinggi apa, ‘kan? Nah, Pria bertubuh kekar itu bahkan jauh lebih tinggi,” jelas Angel. “Terus – terus?!” sahut Chelsea penasaran. “Hup! Hup!” Plak! “Ouchh! Sakit, Emma!” “Hufffttt … huh! Makanya jangan menutup mulutku! Apa tadi, Ngel? Pria yang kemarin kamu dan … h
Tok … tok … tok …Setelah kejadian yang tak terduga di Cafe, Angel langsung pergi menggunakan mobil milik Joe. Sebenarnya Angel tidak melarikan diri karena sudah memukul dua orang Pria yang tiba-tiba mengganggu-nya dan teman-temannya, akan tetapi alasan dia langsung pergi meninggalkan Cafe karena seluruh mata para pengunjung sudah tertuju padanya saat itu. Dia tidak ingin karena kejadian itu, namanya beserta keluarganya menjadi rusak. Begitulah yang sedang dipikirkan Angel saat itu. “Hmm … ah, hmm … apa ya? Hmm ….”Sembari mengemudikan mobil dan berpikir, Angel mengetuk jari telunjuknya beberapa kali ke stir mobil. “Jadi …, kenapa aku langsung pergi ya?”Terlihat, dia berbicara kepada dirinya sendiri di dalam mobil. Dia tampak masih memikirkan kejadian yang sudah terjadi di Cafe. “Nggak! Bentar-bentar. Kalau aku pergi, bukannya terlihat seperti melarikan diri, ya? Yang harusnya bersalah ‘kan mereka dan bukan aku? Kenapa harus aku yang pergi? Takut reputasiku jelek dimata p
Salah seorang Pelayan naik ke lantai dua dan menghampiri Pria itu, dengan tangan yang masih menempel di wajah salah seorang temannya. “Ah, ma – maaf, Tuan, sepertinya pengunjung yang lain merasa sedikit terganggu, hehe. M – mohon maaf, kalau ingin berkelahi … silahkan di lu …,” Gedebam! Brak! Praaang!!! “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!” “Hiyaaa!!!”Pelayan itu langsung terlempar dan menghantam salah satu meja makan yang sedang digunakan oleh dua orang pengunjung, dan piring serta gelas yang ada di atasnya langsung terhempas ke lantai. Setelah melakukan itu, perlahan wajah Pria itu kembali menoleh kearah Angel. “Jadi, bagaimana?” tanya Pria itu, masih dengan tatapan yang sama kearah Angel. Tap … tap … tap … “Atau … mau lebih di perjelas, kah …,” Tap! Gedebam! Gubrak!!! Gedebam! Gedebam! “T – Tuan! A – ah, sialan! Berani sekali ka …,” Tap! Gedebam!Saat Pria kekar itu baru saja melangkahkan satu langkah berniat berjalan kearah A
“Oke, sekarang serius! Kamu tahu cerita itu dari mana?”Piring – piring yang ada di atas meja sudah tampak kosong. Hanya tersisa sebagian kecil dari sisa makanan yang dipesan, tertinggal di atas piring. “Hmm? Maaf, sebentar ….” Joe membersihkan mulutnya terlebih dahulu menggunakan serbet yang telah di sediakan. Setelahnya, dia menikmati minumannya. “Apa tadi?” lanjutnya, bertanya. “Itu tadi, kamu bercerita tentang masa lalu saya. Seolah-olah, anda tahu banyak tentang saya, ya,” kata Alan. “Hmm …, bagaimana cara menjelaskannya, ya …,” “Kenapa, Joe? Kok kamu terlihat bingung begitu? Kamu memang mengenal Alan, ‘kan? Nyam – nyam … ya … asdjahkdjah …,” “Nona Angel … habiskan dulu makanan anda yang ada di dalam mulut. Jangan bicara sambil mengunyah makan loh,” Glek! “Ahh! Maaf, Joe. Nah, betul ‘kan? Memangnya apa yang membuat kamu begitu sulit untuk menjelaskannya kepada Alan?” tanya Angel, selesai mengunyah dan menelan makanannya.Alan dan Joe sudah menyelesa
Pukul Delapan pagi, “Kesini … dari bangunan ini ditarik kesini … hmm, apa cocok? Coba kalau begini? Hmm … kayaknya bagus!? Oke, begini saja!” “Alan … uhuk – uhuk! Alan …,” “Hmm?” Tap … tap … tap … “Iya, Nek, ada apa?” “Kamu lagi apa, Nak?” “Aku lagi menggambar bangunan, Nek! Sebentar lagi selesai, Nenek mau lihat?” “Uhuk – uhuk! Ck! Wah, bagus sekali gambar kamu. Sepertinya kamu memiliki bakat menggambar, ya …,” “Bakat? Apa itu, Nek?” “Hehe … bakat itu, hmm …, bagaimana Nenek menjelaskannya ya? Intinya kamu bisa dan suka menggambar, iya ‘kan?” “Iya, Nek! Tapi entah kenapa akhir-akhir ini aku suka menggambar bangunan, Nek. Padahal dulu, aku suka menggambar hewan, buah-buahan … ah, mobil-mobilan juga aku suka, Nek!” “Ha – ha – ha … uhuk! Ck! Ah … Nenek mau memperkenalkan kamu dengan seseorang. Kamu ‘kan suka menggambar bangunan, nah kebetulan orang ini juga suka. Dia adalah kenalannya Nenek,” “Siapa, Nek?” “Nanti, sebent
Karena cara duduk pengunjung Cafe disana sangatlah tidak cocok di pandangan matanya. Sebenarnya dia sangat kesal dan ingin sekali meminta para pengunjung untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Angel dan Joe tadi. Akan tetapi, sepertinya itu tidak mungkin. “Memangnya kenapa, Alan? Kenapa kami harus mengubah posisi kursi?” tanya Angel. “Ah, tidak apa-apa kok, Nona. Supaya enak dipandang dan tidak terlalu banyak makan tempat. Takutnya pengunjung yang lain, yang ingin menggunakan meja makan yang ada di belakang anda, sedikit kesulitan,” jelas Alan, sedikit berbohong.Angel langsung menoleh kearah meja yang ada di belakangnya dan ternyata jarak dari kursi yang tengah digunakan olehnya dengan meja makan itu terbilang cukup jauh. Jika ada pengunjung yang ingin menggunakan meja makan itu, jika salah satu kursi yang ada disana ditarik ke belakang juga tidak bersentuhan dengan kursi Angel. Angel sempat kebingungan mendengar alasan dari Alan itu. Akan tetapi, dia tidak terlalu menangga
“Udah ya, duh … kayaknya kita telat nih. Yaudah deh, kami jalan dulu, ya?” “Iya, hati – hati di jalan, Ngel ….”Angel mengangguk sekaligus melontarkan senyum kepada teman-temannya. Setelah itu, Angel dan Joe pun keluar dan langsung pergi menuju mobil SUV putih milik Joe, dan setelah itu mereka pun berangkat pergi. “Eh, si Angel dan si Joe mau kemana?”Setelah Angel dan Joe pergi meninggalkan rumah, Cassey pun masuk ke dalam rumah. Dia langsung pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya, setelah itu mengambil handuk dan mengeringkan wajah serta keringatnya sembari berjalan ke ruang tamu. Lalu, dia pun bergabung dengan teman-teman yang lain. “Lah, kamu nggak tanya tadi, Cass? Tadi ‘kan pastinya kamu berselisih sama mereka?” tanya Fanny. “Nggak. Tadi aku masih lari, &lsquo
Tap … tap … tap … “Udah, Ngel?” “Hmm? Udah? Udah apanya, Chel?” “Itu tadi kamu mau lihat si Cassey, ‘kan? Udah belum?” “Oh, udah kok, tapi dia masih olahraga di luar. Ah, Joe … kita keluar, ya?”Di dalam rumah, terlihat teman-teman Angel masih berkumpul di ruang tamu. Setelah bertemu dengan Alan, Angel berniat untuk langsung bersiap-siap terlebih dahulu sebelum berangkat pergi ke Cafe yang telah dijanjikannya dengan Alan. Tak lupa, dia akan mengajak Joe untuk berjaga-jaga, kalau nanti pembahasan Alan mengarah ke bisnis atau semacamnya. “Kemana, Ngel?” tanya Samuel penasaran. “Iya! Joe aja nih yang di ajak? Kita nggak?” sahut Chelsea, bertanya pada Angel. “Hahaha … nggak kemana-mana kok.
“Tuh, di luar. Lagi olahraga,” sahut Fanny. “Tumben-tumbenan tuh anak olahraga? Biasanya juga masih tidur jam segini,” kata Angel. “Entah tuh … mungkin karena habis minum tadi malam. Padahal cuma sedikit saja, tapi dia langsung olahraga. Takut sakit mungkin, hahaha …,” sahut Chelsea sambil tertawa. “Huahhh … ck! Kalian nggak ikut?” tanya Angel, beranjak dari sofa. “Kemana, Nona?” sahut Joe, bertanya pada Angel. “Lihat si Cassey di depan. Yuk?!” ajak Angel. “Ah, kirain mau kemana tadi. Nggak jadi deh,” sahut Chelsea.Angel tak menjawab sepatah katapaun dan berjalan keluar rumah. Sesampainya di luar rumah, Angel langsung meregangkan tubuhnya sembari menghirup udara yang masih terasa segar. Terlihat sudah ada Cassey yang tengah berlari di sekitar halaman rumah. “Udah lama, Cass!?” teriak Angel, bertanya pada Cassey.Cassey yang tadinya sibuk berlari santai di sekitar halaman rumah, seketika berhenti dan langsung menoleh kearah Angel yang sedang berdiri