Beranda / CEO / Pemuas Nafsu Sang CEO / Bab 8 Ciuman Pertama

Share

Bab 8 Ciuman Pertama

Penulis: Lia Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Apapun?" tanya Nathan dengan nada menggoda sambil meraih ujung dagu Vira dan mengarahkan wajahnya hingga menatap ke arahnya hingga bola mata keduanya saling bertatapan.

Vira mengangguk pelan sembari menatap wajah Nathan yang tepat berada dihadapannya dengan jarak yang begitu dekat. Bahkan Vira bisa merasakan aroma yang khas dari hembusan nafas yang terasa hangat dari mulut lelaki itu menerpa wajahnya.

"Aku yakin kau tahu bahwa aku menginginkanmu, Vira." ucap Nathan dengan setengah berbisik tepat di telinga Vira.

Deg! Mata Vira membulat sempurna, dia menelan salivanya dengan kasar. Namun, sesaat kemudian Vira memejamkan matanya dan menjawab.

"I-iya Pak Nathan, sa-saya tahu," sahut Vira gelagapan.

Nathan tersenyum sambil menghirup aroma shampo yang tertinggal di rambut Vira. Mata Nathan terpejam, aroma shampo tersebut benar-benar memabukkannya.

"Baiklah, katakan berapa uang yang kau inginkan?" tanya Nathan.

"Dua ratus juta, pak."

"Hanya dua ratus juta?" tanya Nathan seolah nominal uang yang diminta Vira adalah uang yang sedikit.

Vira pun mengangguk.

Nathan berbalik, lalu berjalan ke arah meja tempat kerjanya, kemudian dia membuka dan mengambil sesuatu dari dalam sebuah laci. Nathan terlihat menuliskan jumlah uang yang diinginkan Vira di selembar sebuah cek.

"Kau yakin hanya ini?" tanya Nathan lagi.

"I-iya pak."

"Baiklah, ambil ini!" Nathan menyerahkan cek tersebut.

Dengan ragu-ragu, Vira pun mengulurkan tangannya untuk menerima selembar cek itu.

"Terimakasih Pak Nathan," ucap Vira lirih.

"Dan ambil ini!" Nathan menyerahkan sebuah kartu.

"Kartu apa ini, Pak?" tanya Vira.

"Itu adalah kartu akses untuk masuk ke apartemenku. Jadi bawalah! Karena sebentar lagi kamu akan membutuhkannya," ucap Nathan yang tiada henti mencetak senyum miring di bibirnya.

Vira menerima kartu itu dengan tangan bergetar. Meski hati kecilnya sangat menentang apa yang ia putuskan saat ini tetapi Vira tetap harus melakukannya untuk Ningrum.

Mata bulatnya melekat pada kartu akses yang tadi disodorkan oleh Nathan. Tiba-tiba Vira menelan ludahnya berat, benaknya membayangkan apa yang akan terjadi dengan dirinya setelah ini.

"Kenapa kau terlihat gugup? Kau tahu kan, Vira. Sekali kau memutuskan maka kau tidak akan pernah bisa membatalkannya."

Nathan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, matanya mengamati keresahan yang tergambar jelas di wajah Vira.

"Ingat Vira! Selama tiga bulan ke depan, kamu akan menjadi wanitaku. Dan kamu harus bersedia melakukan apapun untukku," bisik Nathan, tangannya mengelus leher jenjang Vira dengan gerakan seringan bulu membuat Vira memejamkan matanya sejenak.

Ingin rasanya ia menghindar, tetapi sialnya Vira tidak bisa melakukan itu.

Hembusan nafas yang menerpa kulit pipi membuat Vira bergidik. Terlebih ketika matanya menatap bola mata Nathan yang menggelap, sorot mata hazel abu itu tampak berkabut penuh gairah.

"B-baik pak, saya mengerti. Tetapi sebelum itu tolong berikan saya waktu sampai operasi ibu saya selesai," pinta Vira.

"Baiklah, tidak masalah. Berhubung suasana hatiku sedang bagus jadi aku akan berbaik hati menunggumu," sahut Nathan.

"Akan tetapi..." Nathan menggantung ucapannya.

"Tapi apa, Pak?" tanya Vira.

Grep! Nathan menarik dan merangkul pinggang Vira hingga tubuh keduanya saling menempel. Dada mereka nyaris tak berjarak membuat Vira menahan nafasnya.

"Jangan pernah coba-coba untuk menipuku!" ucap Nathan dengan nada penuh penekanan.

Bola mata keduanya saling bertemu kembali, namun Vira langsung mengalihkan pandangannya. Bertatapan dengan lelaki itu membuat Vira merasa gugup saja.

"Iya pak. Anda tidak perlu khawatir, saya tidak akan berani menipu anda," sahut Vira.

Nathan tersenyum, pandangan matanya berganti menatap ke arah bibir mungil milik Vira.

Cup! Tanpa aba-aba Nathan langsung menempelkan bibirnya di bibir Vira. Nathan mencium dan melumat bibir Vira sekilas.

Mata Vira terbelalak saat lelaki itu merenggut first kissnya tanpa permisi. Bahkan selama ini Vira belum pernah berciuman saat ia menjalin hubungan dengan Andi. Dan beruntung Vira tidak melakukannya, jika iya mungkin Vira akan sangat menyesalinya.

"Pak, anda..." Vira memegangi bibirnya.

Hampir saja Vira mengajukan protes. Namun beruntung dia langsung teringat bahwa lelaki itu kini sudah berhak atas dirinya.

"Kenapa? Anggap saja ini adalah sebagai ganti bayaran yang sudah aku berikan," ucap Nathan.

Vira terdiam dan bungkam. Dia masih sedikit syok karena harus kehilangan first kissnya dengan cara yang seperti ini.

"Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan, bahkan sebelum kamu melakukan tugasmu. Jadi, aku juga berhak mendapatkan hakku, jadi kita impas," ucap Nathan sambil tersenyum tipis.

"Pak Nathan maaf, saya permisi dulu. Saya harus segera ke rumah sakit, saya harus segera membayar biaya operasi ibu saya," ucap Vira sembari melepaskan dirinya dari dekapan Nathan.

"Baik, pergilah! Selesaikan urusanmu terlebih dahulu sebelum kita memulai urusan kita," ucap Nathan.

"Baik, pak. Saya permisi dulu," ucap Vira lalu melangkah pergi meninggalkan ruangan Nathan dengan begitu terburu-buru.

Sementara Nathan hanya menatap kepergian Vira sambil tersenyum miring.

Dengan begitu terburu-buru, Vira melangkahkan kakinya keluar dari perusahaan tersebut untuk segera menuju ke rumah sakit.

Vira masuk ke dalam sebuah mobil taxi.

"Pak, kita ke rumah sakit," ucap Vira.

"Baik mbak," sahut sopir taxi itu.

"Tapi nanti kita mampir dulu di bank ya, pak," ucap Vira lagi.

"Iya mbak," ucap sopir taxi itu sambil menyalakan mesin mobilnya lalu mengemudikannya.

Vira menyandarkan tubuhnya di kursi mobil tersebut. Vira merasa lega karena akhirnya dia berhasil mendapatkan uang untuk biaya operasi ibunya. Namun semua masalahnya belum sepenuhnya selesai, justru masalah yang sebenarnya belum dimulai.

Vira benar-benar gusar memikirkan dirinya yang akan menjadi penghangat ranjang atasannya selama tiga bulan. Vira masih tidak percaya bahwa dia akan melakukan hal serendah itu hanya demi seonggok uang.

Vira benar-benar merasa menjadi wanita murahan. Namun apa boleh buat, rasa cinta terhadap sang ibu yang membuat Vira terpaksa mengambil jalan pintas tersebut.

Tiba-tiba Vira teringat akan kejadian yang baru saja ia alami bersama atasannya. Jantung Vira mendadak kembali berdebar-debar saat ia mengingat dirinya yang baru saja berciuman dengan Nathan.

Vira meraba bibirnya, ia seakan masih bisa merasakan bibir yang begitu hangat dari lelaki itu yang melumat bibirnya.

"Ssshh, sial!" umpat Vira merutuki dirinya.

Beberapa saat kemudian, Vira mendengar suara dering dari ponselnya. Dia pun membuka tasnya untuk mengambil ponselnya.

Vira mendengus sembari tersenyum getir saat ia melihat panggilan masuk dari Andi, kekasihnya yang telah mengkhianatinya.

"Dasar sampah!" ucap Vira mengumpat.

Vira tidak menjawab panggilan dari Andi, dia sudah terlanjur sakit hati. Bahkan bayangan lelaki itu yang sedang bercinta dengan wanita lain masih terbayang dengan begitu jelas di dalam pikirannya, dan itu benar-benar menyakiti perasaannya.

Ponsel Vira kembali berdering. Namun, Vira masih tidak menghiraukannya.

Ddrrtt! Ting!

Sebuah chat masuk di ponsel Vira.

(Vira, maaf. Tolong jangan marah! Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu menelepon. Tadi aku sedang ada meeting dengan klien) isi pesan Andi.

Cih!

Vira mendengus sambil berdecih saat ia membaca pesan dari Andi yang dipenuhi dengan dusta.

"Meeting?" gumam Vira.

"Kau pikir aku ini bodoh?" ucap Vira sambil menatap layar ponselnya. Namun, ia sama sekali tidak berniat membalas pesan dari lelaki itu.

"Dasar bajingan! Penghianat!" ucap Vira tidak berhenti merutuk.

"Aku bahkan tidak sudi untuk melihat wajahmu," ucap Vira lagi.

Vira pun kemudian mematikan ponselnya. Dia tidak ingin lelaki itu mengganggunya lagi.

--

Bab terkait

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 9 Ningrum Dioperasi

    Sesampainya di rumah sakit, Vira langsung membayar biaya operasi ibunya."Panji, bagaimana keadaan ibu?" tanya Vira pada Panji yang sedang duduk didepan sebuah ruangan tempat dimana Ningrum dirawat."Aku tidak tahu kak, mereka tidak membiarkan aku masuk," sahut Panji sambil menautkan jari-jari tangannya."Panji, jangan khawatir. Kakak sudah melunasi biaya operasi ibu, jadi kakak yakin ibu pasti akan baik-baik saja," ucap Vira sambil memegang bahu adiknya itu."Benarkah?" tanya Panji terlihat sumringah, dan Vira pun hanya menganggukkan kepalanya."Berarti itu artinya, sebentar lagi ibu akan segera sembuh kan, kak?""Iya dek, sebentar lagi ibu pasti sembuh," sahut Vira.Panji langsung memeluk Vira, dia benar-benar merasa sangat senang karena akhirnya ibunya akan segera dioperasi."Tapi, dimana kakak mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Panji lagi.Vira hanya diam. Apa yang harus ia katakan kepada adiknya itu?"Ah... Itu, kakak mendapatkan pinjaman dari teman kerja kakak," jawab Vira b

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 10 Kembali Bekerja

    Vira benar-benar tidak bisa melukiskan kebahagiaannya saat ibunya akhirnya akan segera sembuh.Satu Minggu berlalu...Ningrum sudah diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah berangsur membaik, tetapi Ningrum masih berstatus sebagai pasien rawat jalan karena dirinya masih harus sering check up ke rumah sakit.Pagi ini Vira dan Panji sudah terlihat sangat rapi. Vira akan kembali bekerja sementara Panji akan kembali masuk sekolah setelah ia mengambil libur yang cukup lama."Ibu, makan dulu ya!" ucap Vira yang datang membawakan nampan berisi makanan ke kamar Ningrum. Vira mendapati ibunya yang sedang bersandar di dipan ranjang."Terimakasih, Vira.""Panji dimana? Apa dia sudah berangkat?" tanya Ningrum dan Vira pun mengangguk."Iya Bu, Panji baru saja berangkat," sahut Vira sembari menyuapkan makanan itu pada mulut Ningrum."Vira," ucap Ningrum."Iya Bu, ada apa? Apa ibu memerlukan sesuatu?" tanya Vira."Vira, darimana kamu mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi ibu, Nak?"

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 11 Terpaksa Berbohong

    Vira menghirup udara sebanyak-banyaknya begitu ia tiba diluar sambil bersandar sejenak di pintu ruangan Nathan sambil memejamkan matanya."Vira!" ujar seseorang yang langsung membuat Vira terkesiap."A-ana, kau mengagetkanku saja," gerutu Vira."Kenapa? Kenapa wajahmu tegang begitu? Apa Pak Nathan memarahimu?" tanya Ana."Tidak! Bukan seperti itu. Dia tidak memarahiku, hanya saja dia memberiku banyak sekali pekerjaan karena aku sudah libur terlalu lama," sahut Vira berbohong sambil berjalan menuju meja tempatnya bekerja."Oh, syukurlah! Aku kira dia memarahimu," ucap Ana yang mengikuti langkah Vira."Vira, aku ingin bertanya padamu.""Apa? Katakan saja!" sahut Vira sambil berkutat dengan komputer yang ada dihadapannya."Darimana kamu mendapat uang untuk membayar biaya operasi ibumu? Apa Andi yang memberikannya?" tanya Ana.Vira terdiam, ia menghela nafasnya berat saat Ana menyebut nama bajingan itu. Vira masih sakit hati saat dia mengingat penghianatan yang dilakukan oleh lelaki itu.

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 12 Tempat Kerja Yang Baru

    Pikiran kotor Nathan tidak bisa berhenti membayangkan betapa sempurna tubuh Vira saat tidak ada sehelai benang pun yang menutupinya."Pak Nathan," ucap Vira sambil menatap lelaki yang kini sedang berdiri tepat dihadapannya seraya tersenyum penuh kemenangan.Vira merasa semakin gelisah saat ia menyadari bahwa mereka hanya berdua saja di dalam apartemen itu."Kenapa kau lama sekali, Vira? Aku sudah menunggumu sejak tadi, aku kira kau tidak akan datang," ucap Nathan sambil menelisik dan mengusap wajah hingga leher Vira membuat tubuhnya meremang."Maaf Pak, tapi tadi jalanan agak macet," sahut Vira berdusta."Begitu ya?" tanya Nathan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.Nathan bukanlah orang yang bodoh, dia sudah terlalu sering berlalu lalang di jalanan dan tidak ada yang namanya jalanan macet di jam seperti ini."Benar karena itu? Bukan karena kau takut dan ingin lari saja kan?" tanya Nathan.Vira mendelik. Sial! Kenapa dia bisa tahu?"Tidak pak, sama sekali tidak seperti itu," sahut V

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 13 Noda Merah

    "Jangan menahannya, Vira! Aku ingin mendengarnya," ucap Nathan."Mendesahlah Vira! Aku tahu kau menikmatinya," ucap Nathan lagi dengan nafas memburu.Vira tidak menjawab, tubuhnya seakan sudah pasrah dibuatnya. Dia membiarkan lelaki itu menyentuh bagian manapun yang ia sukai. Vira hanya bisa berharap waktu segera berlalu dan pagi akan segera tiba."Maafkan aku, ibu!" lirih Vira dengan air mata yang mulai menetes.Malam ini akhirnya Vira benar-benar melepaskan kehormatannya sebagai seorang wanita di atas ranjang milik Nathan.Di dalam hati Vira menangis, seketika dirinya teringat pada Ningrum yang pasti akan kecewa andai mengetahui semua ini."Maafkan aku ibu!"***Sinar matahari pagi mulai menyeruak masuk melalui celah-celah jendela kamar apartemen dan membuat tidur Nathan merasa terusik.Nathan membuka matanya dan dia hendak bangkit dari tempat tidurnya. Namun, pergerakannya terhenti ketika ia merasakan ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya.Dia baru menyadari bahwa Vira bera

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 14 Hutang Piutang

    Vira dan Ningrum terhenyak, Ningrum benar-benar merasa marah atas sikap lancang lelaki tua itu."Singkirkan tangan kotormu dari putriku!" sentak Ningrum."Jangan berani-berani kau menyentuhnya atau kau akan menyesal nantinya!" ucap Ningrum lagi merasa geram.Handoko tertawa."Bagaimana Vira? Apa kau bersedia? Jika kamu mau menjadi istriku, akan aku pastikan kamu hidup dalam kemewahan," ucap Handoko."Cih!" Vira berdecih."Maaf pak, lebih baik aku menjadi gelandangan dari pada aku harus menjadi istri dari lelaki tua bangka sepertimu," ucap Vira menolak."Begitu ya? Tapi bagaimana jika aku tetap memaksa untuk menikahimu?" tanya Handoko sambil tersenyum miring."Sekarang juga kau harus ikut denganku!" Handoko langsung mencengkeram dan menarik paksa tangan Vira."Tidak! Tolong hentikan Pak Han, jangan bawa putriku!" teriak Ningrum."Lepaskan! Lepaskan aku, pak!" teriak Vira mencoba berontak namun sia-sia karena tenaganya jelas tidak sebanding dengan tenaga lelaki itu."Hari ini juga kau h

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 15 Lelaki Sampah

    "Sssshhh!" Tiba-tiba Nathan meringis saat Vira menempelkan sapu tangan itu di wajahnya."Tahan sedikit ya, ini pasti sakit," ucap Vira."Tidak, aku hanya sedikit kaget saja," sangkal Nathan.Vira tersenyum lalu mengangguk mencoba mempercayai saja ucapan lelaki itu."Pak, apa yang anda lakukan disini?" tanya Vira."Aku kemari hanya untuk mengantarkan ponselmu yang tertinggal di apartemenku," sahut Nathan."Benarkah?" tanya Vira yang sama sekali tidak tahu jika ponselnya tertinggal.Nathan merogoh saku jasnya lalu menyerahkan ponsel milik Vira."Terimakasih pak, aku bahkan tidak tahu kalau ponselku tertinggal," ucap Vira."Tapi seharusnya anda tidak perlu repot-repot pak, anda bisa memberikannya kepadaku saat di kantor tanpa harus datang kemari.""Tidak apa-apa, lagi pula aku memang ada urusan di sekitar sini. Dan aku harus mengembalikan ponselmu karena kau tahu? Jika sewaktu-waktu aku bisa saja menginginkanmu lagi," ucap Nathan.Vira mendelik sambil menelan salivanya secara kasar.Uhuk

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 16 Asisten Pribadi

    Dalam perjalanannya, Nathan terlihat sedang memikirkan sesuatu. Dia kembali teringat dengan kondisi rumah Vira, Nathan merasa miris jika melihatnya. Nathan kemudian merogoh saku untuk mengambil ponselnya, ia pun terlihat sedang menghubungi seseorang."Halo," ucap Nathan kepada seseorang yang ada diseberang telepon."Tolong carikan sebuah rumah untukku!"Setelah kepergian Nathan, Vira kembali masuk ke dalam rumahnya."Bu, waktunya minum obat," ucap Vira kepada Ningrum yang saat ini sedang berbaring diatas tempat tidurnya."Apa Nak Nathan sudah pulang?" tanya Ningrum dan Vira pun mengangguk."Iya Bu, Pak Nathan baru saja pergi, dia juga menitipkan salam untuk ibu. Katanya terimakasih untuk kopi dan kuenya, dia juga mengatakan bahwa dia menyukai kue buatan ibu," ucap Vira pada Ningrum."Sepertinya Nak Nathan itu lelaki yang baik, dia sangat berbeda dengan orang-orang kaya yang lainnya," ucap Ningrum sambil tersenyum.Vira menghela nafasnya panjang."Entahlah bu," sahut Vira. Dia sendiri

Bab terbaru

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 26 Pelampiasan Amarah

    Sarah dan Danu pun merasa gusar karena mereka yakin Bram pasti akan memilih Nathan sebagai penerusnya, karena Nathan merupakan anak kandungnya."Oh, benarkah?" tanya Nathan sambil mengernyitkan dahinya."Oh iya Nathan, bagaimana hubunganmu dengan Kayla sekarang?" tanya Bram setelah mereka selesai makan malam."Apa maksud Papa?" tanya Nathan sambil menautkan kedua alisnya."Bukankah kamu dan Kayla sedang menjalin hubungan?""Pa, sudah berapa kali aku katakan kalau aku dan Kayla itu tidak memiliki hubungan apa-apa, kami cuma berteman biasa, Pa!" sahut Nathan dengan nada suara penuh penekanan."Apa maksud kamu hanya berteman? Bukankah sudah sangat jelas jika Kayla itu sangat mencintai kamu?" "Aku tidak perduli dia mencintaiku atau tidak, yang pasti aku tidak mencintainya. Aku tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya!" ucap Nathan."Nathan, Papa dan kedua orang tua Kayla sudah sepakat akan melangsungkan pertunangan kalian saat Kayla kembali dari Singapura," ucap Nathan.Sontak hal itu

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 25 Sandiwara Ibu Tiri

    Di tengah perjalanan, Nathan melajukan mobilnya dengan kecepatan yang lumayan tinggi membelah jalanan di malam yang sudah mulai larut. Kata-kata Vira terngiang-ngiang di telinganya, beriringan dengan kenangan pahit dimasa lalunya."Cinta?" gumam Nathan sambil mendengus kesal. "Omong kosong!" Senyum getir pun terbit di bibirnya.Tin! Tin!Nathan membunyikan klakson mobilnya beberapa kali di depan sebuah rumah dengan pagar besi yang menjulang tinggi.Seorang satpam bergegas membukakan pintu pagar itu untuk Nathan. Ia pun langsung mengemudikan mobilnya masuk ke halaman rumah yang terlihat sangat besar itu.Nathan menarik nafasnya dalam-dalam, sebelum kemudian ia menghembuskannya secara kasar, karena sebentar lagi ia merasa tidak akan bisa menghirup udara segar saat dia sudah mulai masuk ke dalam rumah itu bertemu dengan papanya.Rumah besar yang Nathan datangi itu merupakan rumah Bramantyo, ayah kandungnya yang otomatis rumah itu juga rumah Nathan. Namun Nathan merasa enggan untuk ting

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 24 Persepsi Nathan

    Diiringi tetesan air sebagai latar suara, Nathan menatap wajah Vira yang berada tepat di depannya. Lekat dan intens, seakan-akan berusaha menyelami dua manik hitam itu yang di momen ini enggan memancarkan binar. Kemudian Nathan kembali mencium bibir Vira hingga bibir keduanya kini saling bertautan.Mata Vira terpejam, kedua tangannya kini melingkar di leher Nathan yang kokoh. Sementara tangan Nathan mulai bergerilya meraba punggung Vira yang masih terhalang bajunya yang basah.Salah satu tangan Nathan pun mulai membuka satu persatu kancing baju Vira, menyisakan bra berenda hitam yang membalut dua buah gundukan lembut milik Vira. Namun, Nathan tidak membiarkan benda itu berlama-lama menutupi kedua gundukan bukit yang indah tersebut. Dalam hitungan detik, tangan Nathan pun melepas pengait bra diselingi dengan kecupan hangat di bahu Vira, dan kini dadanya sudah benar-benar terekspos sepenuhnya.Nathan kini beralih menciumi ceruk leher Vira, menyesapnya meninggalkan beberapa jejak kepem

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 23 Perkara Handuk

    "Bagaimana? Sudah aku bilang ibumu pasti akan mengizinkannya," ucap Nathan tersenyum penuh kemenangan."Iya pak, sepertinya anda sangat ahli dalam mengambil hati seseorang.""Emm, lebih tepatnya sangat pandai memanfaatkan situasi," imbuh Vira sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela."Hahaha... Kenapa Vira? Sepertinya kau sangat kesal padaku? Apa kamu tidak senang karena aku memintamu untuk tinggal di apartemenku?" tanya Nathan."Meski aku tidak senang, apa anda peduli? Tidak kan?" tanya Vira."Vira, kamu lupa? Selama tiga bulan kedepan kamu adalah milikku, jadi suka ataupun tidak, aku tidak peduli. Yang aku tahu selama kontrak perjanjian kita masih ada, kau harus menuruti semua yang aku ucapkan dan yang aku inginkan. Tapi baru beberapa hari saja, kau sudah merasa keberatan," ucap Nathan.Vira langsung terdiam, apa pun yang terjadi, dia harus siap dengan segala konsekuensinya ketika ia memutuskan untuk menerima tawaran Nathan. Tapi apa soal tempat tinggal dia juga harus menurut

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 22 Izin Ningrum

    "Kak Nathan, apa kakak sudah memiliki seorang kekasih?" tanya Panji lagi.Sontak Vira langsung menoleh sambil mendelik menatap Panji."Panji, bisa tidak kau diam saja? Untuk apa kau menanyakan Pak Nathan sudah memiliki kekasih atau belum?" cecar Vira."Pak Nathan, maaf ya dia itu memang suka asal bicara. Dia selalu mengeluarkan apapun yang ada di kepalanya tanpa dipikir terlebih dahulu," ucap Vira pada Nathan."Apaan sih kak? Aku kan cuma tanya, masa nggak boleh?" tanya Panji."Ya boleh, tapi jangan menanyakan sesuatu yang menyangkut privasi orang lain! Karena bisa saja kamu membuat orang itu merasa tidak nyaman," ucap Vira.Nathan tersenyum, "Tidak apa-apa Vira, santai saja. Lagi pula itu hanya pertanyaan biasa saja.""Tuh denger kak, Kak Nathan aja nggak masalah," ucap Panji sambil tersenyum mengejek."Jadi, apa kakak sudah punya pacar?" Panji mengulang pertanyaannya.Vira hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar adiknya itu yang terus saja berbicara."Tidak Panji, saat ini ak

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 21 Bagaikan Langit dan Bumi

    Keesokan paginya.Tin! Tin!Terdengar suara klakson mobil yang berbunyi tepat di depan kontrakan Vira. Dan sepertinya Vira tahu siapa pemilik suara klakson tersebut, siapa lagi kalau bukan Nathan, atasannya.Vira tidak menyangka bahwa Nathan benar-benar akan menjemput mereka dan akan mengantarkan ke tempat tinggal mereka yang baru.Untung saja Vira, Ningrum dan Panji sudah selesai berkemas karena barang-barang mereka pun tidak banyak sehingga tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk berkemas.Drrrttt! Ting! Ponsel Vira berdering, ia pun membuka ponselnya lalu membaca sebuah pesan yang masuk.(Apa kau sudah selesai? Jika sudah, maka cepatlah keluar!) tanya Nathan lewat pesan chat.(Iya Pak Nathan, kami sudah selesai aku akan segera keluar)"Bu! Panji! Apa kalian sudah selesai?" tanya Vira sedikit berteriak."Iya kak, aku sudah selesai," sahut Panji sambil menghampiri Vira. Sesaat kemudian Ningrum pun datang."Bu, Panji, ayo kita berangkat! Pak Nathan sudah menunggu kita di luar," uca

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 20 Rencana Pindah

    Vira kemudian masuk ke dalam rumahnya setelah mobil Nathan menghilang dari pandangannya."Assalamualaikum," ucap Vira begitu ia masuk ke dalam rumahnya.Ningrum melirik jam dinding di ruang tamu kontrakannya, jam 20.50. Hampir jam sembilan malam dan Vira baru saja kembali."Walaikumsalam, kamu baru pulang nak?" tanya Ningrum yang sedang duduk di sofa ruang tamu bersama Panji."Tumben jam segini kamu baru pulang, Ra? Biasanya kan kamu pulang jam delapan, ini udah lewat hampir satu jam lho," ucap Ningrum yang sejak tadi mengkhawatirkan putrinya."Iya Bu, maaf sudah buat ibu khawatir dan nunggu lama. Hari ini Vira banyak pekerjaan di kantor, jadi mau tidak mau Vira harus menyelesaikannya terlebih dahulu," jawab Vira yang kini turut duduk di kursi sambil menyandarkan tubuhnya yang terasa begitu lelah."Oh begitu, apa kamu sudah memberikan kue buatan ibu tadi buat Pak Nathan, Ra?" tanya Ningrum lagi."Sudah, Bu.""Apa dia menyukainya?"Vira mengangguk, "Iya Bu, sepertinya dia juga sangat

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 19 Kuncir Kuda

    Vira sungguh tidak ingin merusak suasana hati lelaki itu dan membuatnya marah. Sesuai janjinya, Vira sudah keluar dengan penampilannya yang sudah terlihat rapi dalam waktu sepuluh menit.Nathan tersenyum melihat Vira yang tampak cantik dan segar meski tanpa polesan make up di wajahnya, membuat pria manapun langsung jatuh hati ketika melihatnya pada pandangan pertama saja.Rambutnya yang dikuncir kuda membuat kecantikannya semakin memancar, bahkan Nathan sampai terpana melihat kecantikan Vira."Pak?" ucap Vira membuat Nathan tersadar dari lamunannya."Ah.. iya, ada apa?" tanya Nathan mendadak gelagapan."Kenapa anda melihatku seperti itu? Apa ada yang salah dari diriku?" tanya Vira."Oh, tidak ada. Hanya saja..." Nathan langsung berdiri dan berjalan menghampiri Vira.Nathan menatap Vira dari ujung kepala hingga ujung kakinya sambil berjalan mengitari tubuh Vira. Hal tersebut sontak membuat Vira merasa gugup, apalagi saat Nathan berdiri tepat dihadapannya sambil menatap wajahnya."A-ada

  • Pemuas Nafsu Sang CEO    Bab 18 Ruang Rahasia

    Ceklek!Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan sebuah ruangan gelap yang ada didalam sana. Nathan pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam lalu menekan saklar lampu ruangan itu."Masuklah!" titah Nathan.Kemudian Vira melangkahkan kakinya masuk ke dalam sana, dirinya tertegun menatap ke sekeliling ruangan yang bernuansa putih tersebut. Dimana di dalam ruangan itu terdapat sebuah ranjang berukuran king size dan beberapa rak yang dipenuhi dengan buku-buku yang tersusun rapi di dalamnya."Sejak kapan ruangan ini ada disini, Pak?" tanya Vira."Sejak awal ruangan ini sudah ada disini, hanya saja kau tidak mengetahuinya. Ini adalah ruangan pribadiku, tidak ada siapapun yang mengetahui tentang keberadaan ruangan ini," sahut Nathan."Seharusnya kamu senang karena kamu adalah orang pertama yang aku bawa masuk kemari," lanjut Nathan lagi.Vira terdiam. Entahlah, Vira tidak tahu apa itu adalah hal yang patut ia syukuri atau tidak, apa ia harus senang hanya karena hal itu?Sedangkan Vira sendiri

DMCA.com Protection Status