"Kamu hamil?" Tuding keduanya yang membuat Flora tersedak.
Uhukk.. uhukk..Flora terbatuk hingga wajahnya memerah seperti tomat, Santi yang melihat hal itu, dia langsung menepuk-nepuk punggung Flora hingga batuknya reda."Astaga, kalian ini kenapa sih?""Kamu ngidam gak sih? Sampai ngabisin dua gelas es jeruk, asem lho itu.""Entah, tapi memang bulan ini aku gak dapat tamu bulanan. Biasanya pertengahan bulan, tapi sekarang sudah akhir bulan." Jawab Flora mengingat-ingat kali terakhir dia mendapatkan tamu bulanannya itu."Tapi aku lupa.""Iya, bulan ini kamu gak datang tamu deh, soalnya kan kita main terus." Jawab Abian dengan wajah datarnya, berbeda dengan Flora yang sudah menepuk wajahnya dengan menggunakan tangan."Jadi..""Eehh.." Abian menepuk bibirnya karena sudah keceplosan."Abi!""Hehe.." Abian cengengesan membuat Santi menggelengkan kepalanya."Jadi kalau Flora hamil,"Lho, kok kamu kesini lagi, Mas?" Tanya Arina, perempuan itu baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk selutut dan handuk kecil yang membungkus rambut basahnya.Perasaan, baru beberapa menit saja dia tinggal ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya setelah pergulatan yang di lakukannya bersama Arifin, tapi sekarang pria itu sudah ada di apartemennya lagi."Bukannya tadi kamu pamitan mah pulang?" Tanya Arina lagi sambil mengusak rambutnya menggunakan handuk kecil itu."Mumet di rumah, yang.""Kenapa lagi?""Flora sudah tahu perselingkuhan kita, Arin." Ucap Arifin pelan sambil menundukkan kepalanya."Hah, kok bisa ketahuan sih, Mas? Kamu ini gegabah kan? Aku udah bilang jangan ceroboh!" Sewot Arina, dia yang tadinya tengah memilih-milih pakaian di lemari langsung berbalik dan menatap wajah Arifin.Dia tahu kalau hal ini akan terjadi, dia juga harus bersiap-siap untuk hal ini sejak lama. Lagi Pun, artinya rencana Ab
Keesokan harinya di lain tempat, Flora terbangun ketika perutnya terasa mual seperti di aduk-aduk. Perempuan itu memuntahkan semua isi perutnya di wastafel yang ada di kamar mandi, membuat Abian yang masih tidur itu terganggu. Dia segera menyusul wanitanya ke kamar mandi dan melihat Flora tengah memuntahkan semuanya di wastafel."Sayang, kamu kenapa?" Tanya Abian sambil memijit-mijit tengkuk Flora agar wanita itu merasa lebih nyaman."Minggir, Mas. Jangan dekat-dekat, jijik..""Enggak, Mas gak jijik, yang. Justru Mas khawatir, kamu kenapa sih?" Tanya Abian dan mendapatkan jawaban berupa gelengan di kepala perempuan itu. Dia juga tidak tahu apa yang tengah dia rasakan sekarang, pagi ini perutnya terasa mulas seperti di peras lalu di susul dengan perasaan mual seperti di aduk-aduk dan berakhir di kamar mandi seperti sekarang."Kita periksa ke dokter ya?""Gak usah, Mas. Palingan aku cuma masuk angin doang.""Wajah kamu pucat gini,
"Ibu, harusnya ibu percaya. Aku denger kalau Flora memang sedang hamil anak Abian.""Mana buktinya, Winda? Kamu gak punya bukti tapi kekeuh mengatakan hal itu? Kelakuan kamu ini bikin Ibu malu!" Ucap Ranti dengan keras, dia benar-benar malu rasanya."Bu..""Cukup, Winda. Apa yang kamu lakukan barusan itu mempermalukan dirimu sendiri, kalau belum memiliki bukti yang cukup, jangan sembarangan melapor!""Tapi Ibu..""Diam!" Tegas Ranti di teras rumah, membuat Abian yang baru saja keluar dari kamar itu segera mendekat ke arah luar, dimana Ranti dan Winda ada disana. Keduanya terlibat percekcokan yang entah apa sebabnya."Ibu sudah pulang?" Tanya Abian membuat Ranti menoleh. Wanita itu hanya menganggukan kepalanya."Ibu malu karena dia.""Kenapa memangnya, Bu?" Pria itu mengernyitkan keningnya sambil melirik ke arah Winda yang tengah menatapnya tajam, tapi Abian tidak takut akan tatapan itu. Justru dia menyunggingkan
Flora pun masuk ke kamarnya dan memutar matanya dengan jengah ketika melihat Arifin yang tengah duduk di sisi ranjang."Flo.." Panggil Arifin ketika melihat Flora masuk."Apa? Mau jelasin semua yang sudah kamu perbuat, Mas?" Tanya Flora dengan nada menyindir, membuat Arifin bungkam seketika."Dia perempuan yang aku temui satu tahun setelah pernikahan kita, aku tidak sengaja menabraknya lalu atas dasar kemanusiaan aku menolongnya dan membiayai pengobatannya karena kakinya patah. Tapi Mas gak ada niatan untuk berselingkuh awalnya, tapi semakin lama dia semakin menarik dan cantik hingga membuat Mas tergoda.Mas khilaf..""Khilaf? Haha, alasan. Khilaf itu di lakukan secara tidak sengaja dan hanya satu kali, lalu ini? Berarti sudah hampir dua tahun kamu mengkhianati aku, Mas. Pantas saja selama ini gaji mu tidak pernah sampai padaku, rupanya kamu memiliki wanita lain yang harus kau biayai." Ucap Flora dengan tawa hambarnya. Wanita itu kini men
"Selamat datang kehidupan baruku, aku datang. Gumam Flora sambil membuka pintu rumah mewah yang di belikan oleh Arifin. Dia mendudukan tubuhnya di sofa ruang tamu rumah itu, Abian benar-benar menepati ucapannya. Dia gerak cepat untuk mengisi rumah ini dengan berbagai macam perabotan yang super duper mewah, bahkan sofa yang dia duduki saat ini sangat empuk dan nyaman."Sofa yang nyaman, aku bisa tidur disini." Gumamnya sambil tersenyum, tapi hal itu hanya berlangsung beberapa detik saja karena di detik berikutnya, wanita itu beranjak dengan membawa tas yang dia jinjing dan masuk ke kamarnya.Lagi-lagi, senyumnya terbit dengan begitu cerahnya ketika melihat ranjang besar dengan kasur yang nyaman. Interior kamarnya juga terasa sangat nyaman, sesuai dengan apa yang dia inginkan."Kasurnya empuk sekali, ini pasti Mas Abian yang memilihnya." Wanita itu duduk di sisi ranjang dan mengambil ponsel dari tas yang dia sampirkan di pundaknya.'Bagaimana, sayan
Flora menoleh ketika ponsel miliknya berdering cukup nyaring. Dia tersenyum saat melihat kalau Abian lah yang menghubunginya."Hallo, Mas."'Mas sudah di depan, sayang. Ucap pria itu di seberang telepon. Flora pun segera berlari keluar untuk membukakan pintu, dia sangat antusias ketika mendengar kalau pria itu sudah datang. Entah kenapa, dia sendiri tidak tahu apa alasannya.Flora membuka pintu, dia mengembangkan senyumannya ketika melihat Abian datang dengan menenteng beberapa kresek di tangannya, dia juga membawa buket bunga untuk Flora."Hai, sayang.""Masuk, Mas." Ucap Flora sambil membukakan pintu agar Abian bisa masuk ke dalam rumah."Ini untukmu, sayang." Abian memberikan buket bunga itu dan di terima dengan senang hati oleh Flora. Dia memang sangat menyukai bunga, apalagi bunga mawar. Mau berwarna apapun, selama itu bunga mawar dia pasti suka."Terimakasih, Mas." Flora menghirup aroma bunga itu dalam-dalam, rasan
Flora menatap cemas dengan sebuah benda kecil yang ada di tangannya. Ya, Flora tengah menunggu hasil testnya, dia di paksa untuk memeriksanya segera agar dia maupun Abian bisa bersiap-siap ke depannya.Beberapa menit berlalu, hingga akhirnya Flora memberanikan diri untuk melihat hasilnya."Jangan dulu, aku belum siap." Lirihnya lalu membuka kedua matanya dan melihat hanya ada satu garis disana. Artinya, dia tidak hamil bukan? Lalu apa yang dia alami belakangan ini karena apa?"Satu garis? Kalau hamil harusnya ada dua garis disini kan?" Gumamnya, membuat Flora menggelengkan kepalanya."Terus, tanda-tanda itu apa? Muntah-muntah setiap pagi. mual-mual, ngidam makanan kayak orang hamil muda. Aku kenapa ya?" Flora tak habis pikir. Ada apa dengan dirinya?Dengan cepat, Flora mengambil ponselnya dan memotret testpack itu dan mengirimkannya pada Abian yang sudah pergi dari rumahnya karena urusan pekerjaan katanya.Flora pun menyimpan ben
Satu minggu kemudian, sidang pertama gugatan perceraian itu berjalan dengan lancar. Arifin dan Flora hadir di sidang itu, keduanya terlihat seperti orang asing yang seolah tidak pernah saling mengenal satu sama lain. Padahal, mereka pernah berumah tangga selama dua tahun.Pengacara yang di sewa oleh Abian benar-benar yang terbaik, sungguh dia bisa membalikkan semua tuduhan yang di tujukkan pada Flora hingga pengacara Arifin bungkam.Satu minggu dari sekarang, sidang akan berlanjut dan jika sudah ketuk palu, maka Arifin dan Flora akan resmi bercerai. Selama satu minggu ini, Flora merasa nyaman tinggal di rumahnya. Tapi hari ini, di pengadilan dia malah bertemu dengan Winda yang ikut bersama Arifin. Tentunya karena wanita itu memaksa ikut, lebih tepatnya."Ohh, begini ya sekarang penampilan kamu, Flo." Ucap Winda dengan nada ejekan."Ada apa memangnya dengan penampilanku, Mbak?""Mewah sekali, perhiasan disana sini, wajahmu juga terlihat ja