"Tapi, di sini nggak ada hantu, ya, kan, Mom?" tanya Hanin, sedikit ngawur memang. "Hanin tidak mau tidur berdua sama Hanan kalau ada hantu."
Abian tertawa pelan jadinya. "Ya, kali ada hantu sayang." Dia menggendong Hanan dan membawanya duduk di ranjang Hanin. "Percaya sama Daddy, deh, tidak ada hantu di sini ," sambungnya."Hanin memang penakut, Dad," sahut Hanan, tersenyum miring menatap adiknya yang kini mendelik tidak suka."Bukan takut. Hanya saja tidak suka melihat wajah hantu yang menyeramkan!" kilah Hanin. Tidak mau dianggap penakut oleh siapapun."Memangnya Hanin pernah lihat hantu?" tanya Abian kepo."Pernah, Dad!" jawab Hanin cepat. "Waktu pernah lihat di ponsel Oma Ranti. Hantu ya serem banget," ceritanya menggebu-gebu."Itu bukan hantu Hanin ." Terlihat Hanan menghela napas pelan. "Itu boneka hidup yang suka membunuh orang," jelasnya lagi.Tapi, Hanin memang tidak pernah percaya. Dia lebih percaya dengan perSementara itu di mansion baru Abian. Semua orang berukumpul di ruang tengah untuk melepas kepergian Abian dan Flora yang akan honeymoon. Di sana sudah ada Ranti yang akan menjaga si kembar dalam waktu yang dekat."Kalian berapa hari di Swiss?" tanya Ranti, menatap dua koper berukuran besar terletak di sisi sofa. Flora sudah di monopoli si kembar karena tidak mau ditinggal oleh sang mama."Dua hari di Swiss dan dua hari di Paris, Ma. Setelah itu kita akan pulang ke Indo lagi," jelas Abian. Menatap si kembar yang terus memeluk Flora. Sejujurnya Abian tidak tega meninggalkan si kembar sedangkan mereka berliburan berdua. Tapi, tidak mungkin juga mereka pergi berempat, si kembar harus sekolah dan mereka pun butuh waktu untuk honeymoon untuk melepaskan penat sekaligus membuat adik untuk Hanan dan Hanin."Sayang..., kalian tinggal sama Oma yah selama empat hari, ya?" bujuk Abian, dia duduk di sebelah Hanin yang terus memeluk Flora."Empat hari itu lama,
Swiss, pukul 07.00 setempat.Flora baru saja terbangun, tubuhnya sangat lelah apalagi subuh tadi Abian minta dilayani, padahal mereka baru menghabiskan belasan jam di pesawat. Ya, Abian kembali mengamuk di atas ranjang dan terus menggaulinya tanpa ampun. lya, Flora saja hampir menyerah dengan kebrutalan suaminya itu. Tapi, Flora terkadang merasa ketagihan juga.Pipi Flora bersemu merah ketika berbaring ke kanan dia mendapati wajah Abian yang masih terlelap. Kalau sudah begini, Abian terlihat tampan sekali. Apalagi saat berada di atasnya dan mengukung Flora tanpa ampun, ya kenapa juga Flora harus mengingat momen-momen mereka itu, sih? Bikin malu saja, tapi sekaligus senang juga. Ah, Flora bingung dengan dirinya sendiri sekarang.Tangan Flora bergerak mengusap hidung mancung Abian. Berbeda sekali dengan hidungnya yang berukuran sedang. Bahkan si kembar menuruni bentuk hidung Abian yang mancung."Sudah bangun?" Suara serak Abian menyentakkan Flora.
Dua hari berlalu begitu cepat. Abian dan Flora masih menikmati masa honeymoon mereka. Sekarang mereka sudah terbang ke Paris setelah dua hari di Swiss. Flora benar-benar menikamti honeymoon mereka sekarang.Abian pun langsung menunjukkan hasil foto tadi. "Ihh, bagus banget," pekiknya. Memang saat ini Abian membawa kameranya sendiri kala mereka sedang jalan-jalan. Apalagi mereka berada di atas Menara Paris sekarang. Angin mengembus sedikit kencang sehingga mengibarkan rambut panjang Flora."Iya, dong. Siapa dulu yang ambil foto, ya?" Abian memuji dirinya sendiri membuat Flora mendengkus geli."Kita foto bareng ayo, Mas!" ajak Flora.Abian pun tertarik akan hal itu. "Tunggu sebentar, aku minta tolong sama orang di sini dulu." Abian bergerak maju menghampiri salah satu turis dan meminta tolong secara sopan. Untung turis itu mau-mau saja.Setelah berfoto bersama dengan hasil yang sangat bagus. Apalagi pose keduanya saling merangkul satu sama
Sejak bangun tidur tadi Flora sudah hendak membersihkan tubuhnya. Tentu saja dia akan membantu si kembar yang akan bersekolah seperti biasanya hari ini. Cukup 4 hari saja dia tidak membantu mengurus si kembar."Mas, aku mau mandi lho. Nanti siapa yang bantu si kembar? Aku juga belum masak sarapan," keluh Flora, sebab dia masih saja ditahan Abian agar tidak ke mana-mana. Hari ini juga Abian mulai masuk bekerja.Abian hanya bergumam pelan dan mengeratkan pelukannya pada Flora. Membuat Flora mendengkus pelan, manjanya suaminya ini sudah melebihi Hanin saja. Bahkan Hanan sudah lama tidak bermanja padanya."Mas!" Flora menatap suaminya yang sibuk menyembunyikan wajah di ceruk lehernya. Kembali mengecup lehernya itu berulang kali seperti tidak bosan saja. Dalam hati Flora mendumel, Abian mau ya apa, sih? Apa tidak cukup bulan madu selama 4 hari kemarin?"Sebentar lagi," jawab Abian akhirnya. Dia tetap saja di posisi semula. Flora pun menunggu, sebab sud
Beberapa menit terlewati. Flora tersenyum senang melihat hasil masakannya sudah jadi. Nasi goreng dengan telur mata sapi sebagai temannya, tak hanya itu, Flora juga menggorengkan sosis dan bakso sebagai tambahan. Dia juga menyiapkan roti panggang untuk Abian, pagi ini katanya mau sarapan sama roti saja serta susu agar gaya makanannya sehat. Padahal dulu tiap pagi Abian suka sekali minum kopi."Mommy!" Hanin sudah datang dengan rambut panjangnya yang rapi di sisir Abian. Ternyata suaminya itu bisa juga diandalkan membuat Flora tersenyum lega."Kenapa sayang? Ini Mommy sudah selesai masak kok. Hanin mau sarapan?" tanya Flora beruntun, karena putrinya itu menyusulnya ke dapur. Padahal hasil masakannya tadi sudah di tata Bibi Siwi ke atas meja makan.Hanin menggeleng pelan. "Itu, Mom. Kasihan sama Oma, Oma nangis Mom," ujar Hanin memberitahu. Flora seketika panik."Oma kenapa?" tanyanya kemudian tapi Hanin malah menggeleng. Segera Flora mencari kebera
Siang harinya. Flora membawa serantang makan siang untuk Abian. Sedangkan si kembar pulang agak sore karena ada les tambahan hari ini. Abian sudah mendaftarkan si kembar les sejak dua hari yang lalu. Agar keduanya lebih giat belajar lagi, tapi Abian tidak terlalu menegaskan si kembar. Kalau mereka lelah les, mereka boleh libur. Dia takut anak-anak tertekan akan hal itu.Flora tiba tepat waktu. Dia juga sudah mengabari Abian kalau dia akan ke kantor dan mereka berjanji akan makan siang bersama. Tak lupa juga Flora mengirimkan makan siang untuk si kembar dan sudah di antarkan oleh Bibi Siwi bersama Pak Rusdi.Baru saja Flora menapakkan kakinya di lobi kantor Abian. Tapi, sialnya dia malah bertemu dengan sang mantan suami, siapa lagi kalau bukan Arifin. Flora kaget tentunya, malah dia malas berteguran. Flora terkesan menghindar, tapi tidak dengan Arifin. Lelaki itu menghadangnya."Flora ." Lirih Arifin, nada suara terdengar frustrasi sekali."Apa?" t
Flora pasrah saja ketika tangannya di tarik Abian. Tidak kuat, itu hanya tarikan seperti biasa saja. Tapi, Flora dilanda takut karena Abian tak membuka suaranya sama sekali sampai mereka tiba di ruang kerja suaminya itu.Abian membawanya masuk ke dalam kamar mandi, menghidupkan keran wastafel. Dan, Flora sedikit menganga melihat Abian mencuci tangannya di mana bekas pegangan Arifin tadi.Maksud suaminya apa coba?"Jejak mantan itu harus segera di hapus. Kalau nggak mau kena rabies nanti," ucap Abian datar. Flora kembali bingung, apa suaminya ini marah padanya.Flora tidak menolak tangannya di cuci Abian dengan sabun cukup lama. Dia terus menatap wajah suaminya dari samping."Mas ...." Lirihnya."Bentar dulu! Aku lagi fokus bersihin tangan mu," jawab Abian tanpa menoleh ke arahnya sama sekali. Flora panik, biasanya Abian akan menatap wajahnya saat berbicara."Ka-kamu marah sama aku, ya?" cicit Flora. Sekarang tangannya su
"Begitu syulit lupakan Rehan. Apalagi Rehan baik ...."Hanan hanya bisa menatap kembarannya itu lelah. Sejak kemarin di sekolah, adiknya itu selalu menyanyikan lagu itu yang dia dapat dari teman sekelas mereka. Bukan apa, Hanan hanya bosan mendengarnya di tambah suara cempreng Hanin yang menyanyikan itu."Berisik!""Begitu syulit ." Bukan mendengarkan protesan Hanan. Hanin makin menjadi nyanyinya, sambil terus mewarnai buku gambarnya. Tidak memedulikan Hanan sama sekali yang kini berdecak pelan."Hanin berisik!" geram Hanan. Butuh stok kesabaran lagi untuk berhadapan dengan kembarannya yang selalu mengesalkan.Hanin hanya melirik Hanan sekilas. "Lupakan Rehan, apalagi Rehan baik." Malah dia lanjut bernyanyi.Sudah kepalang kesal dengan adiknya itu, Hanan pun menarik ujung rambut Hanin membuat adiknya itu memekik kencang padahal Hanan menariknya tidak terlalu kuat."Kau kenapa, sih?" kesal Hanin. "Orang juga lagi nyanyi,