"Yang, pijitin boleh?" Pinta Abian. Hari ini, Ranti sudah kembali ke rumah dan pria itu mengantarkan Flora pulang ke rumahnya. Disinilah mereka berada saat ini, Abian tengah berbaring manja di pangkuan Flora.
Setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa menikmati waktu berdua lagi, meskipun dengan suasana yang sedikit berbeda dari sebelumnya."Boleh, Mas. Mau pakai minyak angin, biar hangat gitu?""Iya, sayang. Perut Mas rasanya gak enak, kayaknya masuk angin." Jelas Abian."Yaudah, di kamar aja gimana?""Tapi jangan ngarep Mas ngapa-ngapain kamu ya? Mas lagi gak enak badan, padahal lagi kangen." Ucap Abian yang membuat Flora terkekeh."Otak kamu aja yang kotor, aku ngajak ke kamar ya biar enak aja di pijitnya sambil rebahan gitu." Flora menepuk pelan lengan besar sang pria, otak pria itu memang tak pernah jauh-jauh dari hal-hal yang berbau mesuum dan kemesumaan pria itu sudah mendarah daging, plus menular juga seperti penyakit."Pergilah, Mas.""Kenapa aku harus pergi, sayang?" Tanya Abian, wajahnya masih terlihat begitu khawatir."Nanti jijik, Mas.""Enggak, Mas gak jijik kok. Ayo selesaikan dulu.." Ucap pria itu sambil terus memijat tengkuk Flora, hingga wanita itu selesai dan membasuh mulutnya dengan air mengalir dari wastafel."Sayang, wajah kamu pucat sekali.." Abian mendekat dan langsung mengusap wajah Flora yang terlihat pucat setelah memuntahkan semua isi perutnya."Pusing, Mas.""Maafin Mas ya, Mas gak tahu kalau perbuatan Mas itu bisa bikin kamu muntah-muntah seperti itu.""Gapapa kok, Mas. Lagian ini bukan kesalahan kamu.""Yaudah, istirahat aja ya? Biar Mas yang masak.""Gak usah, Mas. Aku aja..""Sayang, nurut!" Tegas Abian yang membuat Flora hanya bisa menurut saja kalau sudah begini. Dia tidak mau memancing kemarahan Abian, pria itu akan terlihat sangat menakutkan ketika sedang marah."Yaudah i
Tak lama kemudian, Flora keluar dari ruang ganti dengan menggunakan pakaian rumahan, blouse dan kulot berbahan crincle berwarna hitam, membuat penampilan Flora terlihat anggun, padahal hanya pakaian sederhana yang dia kenakan."Nah, kalau begini kan cantik.""Hmm, ayo cepat pengen bakso!" Ajak Flora dengan jurus andalannya, yakni merajuk. Abian menggenggam tangannya lalu keduanya berjalan ke luar rumah untuk mencari bakso. Aneh-aneh saja yang di inginkan wanita cantik itu, tapi untungnya masih belum terlalu malam, pasti tidak akan terlalu sulit mencari bakso apalagi yang di inginkan adalah bakso yang ada di pinggir jalan.Keduanya pergi dengan menggunakan mobil milik Abian, dia melajukan kendaraan roda empatnya itu dengan kecepatan sedang."Mas..""lya, sayang.""Itu baksonya." Ucap Flora sambil menunjuk abang-abang yang tengah mendorong gerobak baksonya."Iya, Mas nyari tempat parkir dulu." Abian pun langsung mencari te
"Iya, aku beneran gapapa kok, Mas. Kamu kerja aja, nanti aku kabarin kalau mau pergi ke toko.""Mulai naik ya pembeli di toko kamu, yang?""Iya, Mas. Sampai-sampai Mbak Santi kewalahan, makanya aku mau bantu dia." Jelas Flora yang di angguki oleh Abian, dia juga paham alasan wanitanya untuk pergi ke toko kuenya."Yaudah.""Mas, boleh aku minta uang gak?""Lho tumben? Biasanya kamu tuh kalo di kasih juga pasti nolak." Abian benar-benar speechless dengan apa yang dia dengar, jarang-jarang dia mendengar wanitanya ini meminta uang. Biasanya, jika di tawari pun Flora akan menolak mentah-mentah, katanya dia tidak ingin bergantung padanya sebelum menikah."Gak boleh?""Tentu saja boleh, sayang. Uang Mas ya uang kamu juga." Abian merogoh dompet tebal yang dia simpan di saku celana bahannya.Pria itu membukanya, lalu memberikan semua uang cash yang dia punya. Tapi kemudian, dia menarik satu lembar uang berwarna merah itu
Flora melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko yang terlihat cukup ramai di siang hari, banyak pelanggan yang datang hari ini. Syukurlah, semakin hari pengunjung toko kuenya semakin ramai. Itu semua bukan karena ada embel-embel nama Abian di belakang Flora, tapi karena rasa-rasa Kue Flora yang memang enak.Selain itu, dia juga memikirkan banyak sekali resep-resep baru untuk tokonya agar menunya semakin beragam dan tidak membuat pelanggan bosan dengan variasi kue yang itu itu saja."Selamat siang, Nona." Sapa karyawan yang tak sengaja berpapasan dengan Flora di pintu masuk."Siang, bagaimana tokonya?""Rame, Nona. Sampai-sampai kami agak kewalahan." Jawabnya sambil tersenyum."Syukurlah kalau begitu, lihat Mbak Santi gak?" Tanya Flora lagi."Di belakang, Nona. Beliau sedang beristirahat.""Baiklah, terimakasih. Semangat kerjanya..""Iya, Nona." Jawabnya, lalu sedikit membungkukkan punggungnya saat melihat Flora.
Suasana di toko semakin ricuh, itu semua Karena perbuatan seorang wanita yang mengaku dirinya kaya dan ingin di layani secara VIP oleh pemilik tokonya secara langsung."Maaf, Nyonya. Pemilik toko sedang tidak disini, mari saya saja yang melayani anda." Ucap salah satu Karyawan toko kue itu, dia bernama Hanna. Gadis yang tadi menyapa Flora. Ada alasan kenapa dia tidak memberitahukan keberadaan Larissa, padahal wanita itu sedang datang berkunjung dan berada di ruangannya, bersama Santi."Tidak, aku hanya ingin di layani oleh pemilik toko kue ini. Aku penasaran, memangnya seenak apa kue-kue disini sih sampai viral di media sosial, sampai antri panjang." Ketusnya sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada. Tatapan matanya tajam, dengan wajah sombong yang membuat pengunjung lainnya berdecak tak suka Karena perilaku wanita itu."Cepat, panggilkan pemilik toko ini atau aku tuntut kalian atas ketidaknyamanan!""Ketidaknyamanan di bagian mana nya? Bukann
"Ada apa ini, Kala?" Tanya Abian, rahangnya mengetat ketika melihat video yang di bawa oleh Kala. Video berisi rekaman ketika wanita bernama Maya itu datang dan membuat kacau toko kue Flora."Wanita itu membuat kekacauan dan Nona Flora memberikannya tamparan.""Itu memang pantas dia dapatkan, harusnya Flora menjambak rambutnya sekalian." Ucap Abian emosi, wajahnya memerah yang membuat Kala merasa kalau aura atasannya ini sudah berbeda."Apa anda tahu siapa wanita ini?""Hmm, tidak." Jawab pria itu sambil melirik ke arah Kala dengan ekor matanya."Dia istri muda Tuan Adijaya, itu adalah ibu tiri Nona Flora." Jelas Kala yang membuat Abian terlihat shock selama beberapa saat."A-apa?""Iya, namanya Maya Arunika. Usianya seumuran dengan Nona Flora, dia juga sempat berteman dengan Nona Flora lalu pertemanan itu hancur saat Maya malah menikah dengan ayah Nona Flora." Jelas Kala lagi yang membuat Abian menggelengkan kepalanya.
Di ruangan lain, Abian masuk dengan wajah datarnya, membuat kedua wanita yang tengah asik mengobrol pun seketika menoleh saat melihat Abian datang."Lho, Mas. Kamu kesini?""Hmm, iya sayang." Abian duduk di samping wanitanya, lalu merangkulnya dengan mesra, tanpa malu-malu dia mengecup pipi kanan Flora."Kangen, sayang.""Mas.." Panggil Flora sambil mengingatkan kalau disini bukan hanya ada mereka berdua di ruangan ini."Biarin aja, anggap gak ada.""Astaga, kamu sampai segitunya sama kakak sendiri, Abi.""Hahaha, maaf." Abian cengengesan, tapi tidak melepaskan rangkulan tangannya dari tengkuk Flora. Wanita itu juga diam saja, percuma juga dia meronta karena itu hanya akan membuang tenaganya saja. Abian pasti akan melakukannya lagi dan lagi."Sayang, tadi siapa yang datang?""Ibu tiri." Jawab Flora ketus sambil mengambil cangkir berisi teh dan meminumnya dengan perlahan."Kamu apain dia?"
"Pintar sekali wanita itu memutar balikan fakta, padahal sebenarnya dia yang datang dan membuat Flora kehilangan kesabaran." Abian tersenyum sinis."Pa, bukan maksud saya ingin ikut campur, tapi sebaiknya nasihati istri anda agar tidak mengganggu ketenangan Flora. Oke, selama ini dia diam mungkin karena masih menaruh hormat padanya sebagai istri anda. Tapi anda lihat sendiri kan sekarang? Bahkan semut kecil pun bisa menggigit jika merasa terinjak-injak.""Masalahnya, Maya itu bukan tipe wanita yang mendengarkan nasihat. Dia akan bicara sebelum saya selesai bicara." Ucap Adijaya sambil menghela nafasnya kasar. Beberapa bulan ini, hubungannya dengan sang istri renggang karena Maya yang mulai terlihat sifat aslinya."Memangnya dari mana sih Anda mendapatkan wanita seperti itu?""Dulu, saya pikir karena Maya dan Flora dekat. Jadi Maya bisa dengan mudah memahami Flora karena usia mereka juga tidak terlalu jauh berbeda, tapi ternyata perkiraan saya sala