"Iya, aku beneran gapapa kok, Mas. Kamu kerja aja, nanti aku kabarin kalau mau pergi ke toko."
"Mulai naik ya pembeli di toko kamu, yang?""Iya, Mas. Sampai-sampai Mbak Santi kewalahan, makanya aku mau bantu dia." Jelas Flora yang di angguki oleh Abian, dia juga paham alasan wanitanya untuk pergi ke toko kuenya."Yaudah.""Mas, boleh aku minta uang gak?""Lho tumben? Biasanya kamu tuh kalo di kasih juga pasti nolak." Abian benar-benar speechless dengan apa yang dia dengar, jarang-jarang dia mendengar wanitanya ini meminta uang. Biasanya, jika di tawari pun Flora akan menolak mentah-mentah, katanya dia tidak ingin bergantung padanya sebelum menikah."Gak boleh?""Tentu saja boleh, sayang. Uang Mas ya uang kamu juga." Abian merogoh dompet tebal yang dia simpan di saku celana bahannya.Pria itu membukanya, lalu memberikan semua uang cash yang dia punya. Tapi kemudian, dia menarik satu lembar uang berwarna merah ituFlora melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko yang terlihat cukup ramai di siang hari, banyak pelanggan yang datang hari ini. Syukurlah, semakin hari pengunjung toko kuenya semakin ramai. Itu semua bukan karena ada embel-embel nama Abian di belakang Flora, tapi karena rasa-rasa Kue Flora yang memang enak.Selain itu, dia juga memikirkan banyak sekali resep-resep baru untuk tokonya agar menunya semakin beragam dan tidak membuat pelanggan bosan dengan variasi kue yang itu itu saja."Selamat siang, Nona." Sapa karyawan yang tak sengaja berpapasan dengan Flora di pintu masuk."Siang, bagaimana tokonya?""Rame, Nona. Sampai-sampai kami agak kewalahan." Jawabnya sambil tersenyum."Syukurlah kalau begitu, lihat Mbak Santi gak?" Tanya Flora lagi."Di belakang, Nona. Beliau sedang beristirahat.""Baiklah, terimakasih. Semangat kerjanya..""Iya, Nona." Jawabnya, lalu sedikit membungkukkan punggungnya saat melihat Flora.
Suasana di toko semakin ricuh, itu semua Karena perbuatan seorang wanita yang mengaku dirinya kaya dan ingin di layani secara VIP oleh pemilik tokonya secara langsung."Maaf, Nyonya. Pemilik toko sedang tidak disini, mari saya saja yang melayani anda." Ucap salah satu Karyawan toko kue itu, dia bernama Hanna. Gadis yang tadi menyapa Flora. Ada alasan kenapa dia tidak memberitahukan keberadaan Larissa, padahal wanita itu sedang datang berkunjung dan berada di ruangannya, bersama Santi."Tidak, aku hanya ingin di layani oleh pemilik toko kue ini. Aku penasaran, memangnya seenak apa kue-kue disini sih sampai viral di media sosial, sampai antri panjang." Ketusnya sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada. Tatapan matanya tajam, dengan wajah sombong yang membuat pengunjung lainnya berdecak tak suka Karena perilaku wanita itu."Cepat, panggilkan pemilik toko ini atau aku tuntut kalian atas ketidaknyamanan!""Ketidaknyamanan di bagian mana nya? Bukann
"Ada apa ini, Kala?" Tanya Abian, rahangnya mengetat ketika melihat video yang di bawa oleh Kala. Video berisi rekaman ketika wanita bernama Maya itu datang dan membuat kacau toko kue Flora."Wanita itu membuat kekacauan dan Nona Flora memberikannya tamparan.""Itu memang pantas dia dapatkan, harusnya Flora menjambak rambutnya sekalian." Ucap Abian emosi, wajahnya memerah yang membuat Kala merasa kalau aura atasannya ini sudah berbeda."Apa anda tahu siapa wanita ini?""Hmm, tidak." Jawab pria itu sambil melirik ke arah Kala dengan ekor matanya."Dia istri muda Tuan Adijaya, itu adalah ibu tiri Nona Flora." Jelas Kala yang membuat Abian terlihat shock selama beberapa saat."A-apa?""Iya, namanya Maya Arunika. Usianya seumuran dengan Nona Flora, dia juga sempat berteman dengan Nona Flora lalu pertemanan itu hancur saat Maya malah menikah dengan ayah Nona Flora." Jelas Kala lagi yang membuat Abian menggelengkan kepalanya.
Di ruangan lain, Abian masuk dengan wajah datarnya, membuat kedua wanita yang tengah asik mengobrol pun seketika menoleh saat melihat Abian datang."Lho, Mas. Kamu kesini?""Hmm, iya sayang." Abian duduk di samping wanitanya, lalu merangkulnya dengan mesra, tanpa malu-malu dia mengecup pipi kanan Flora."Kangen, sayang.""Mas.." Panggil Flora sambil mengingatkan kalau disini bukan hanya ada mereka berdua di ruangan ini."Biarin aja, anggap gak ada.""Astaga, kamu sampai segitunya sama kakak sendiri, Abi.""Hahaha, maaf." Abian cengengesan, tapi tidak melepaskan rangkulan tangannya dari tengkuk Flora. Wanita itu juga diam saja, percuma juga dia meronta karena itu hanya akan membuang tenaganya saja. Abian pasti akan melakukannya lagi dan lagi."Sayang, tadi siapa yang datang?""Ibu tiri." Jawab Flora ketus sambil mengambil cangkir berisi teh dan meminumnya dengan perlahan."Kamu apain dia?"
"Pintar sekali wanita itu memutar balikan fakta, padahal sebenarnya dia yang datang dan membuat Flora kehilangan kesabaran." Abian tersenyum sinis."Pa, bukan maksud saya ingin ikut campur, tapi sebaiknya nasihati istri anda agar tidak mengganggu ketenangan Flora. Oke, selama ini dia diam mungkin karena masih menaruh hormat padanya sebagai istri anda. Tapi anda lihat sendiri kan sekarang? Bahkan semut kecil pun bisa menggigit jika merasa terinjak-injak.""Masalahnya, Maya itu bukan tipe wanita yang mendengarkan nasihat. Dia akan bicara sebelum saya selesai bicara." Ucap Adijaya sambil menghela nafasnya kasar. Beberapa bulan ini, hubungannya dengan sang istri renggang karena Maya yang mulai terlihat sifat aslinya."Memangnya dari mana sih Anda mendapatkan wanita seperti itu?""Dulu, saya pikir karena Maya dan Flora dekat. Jadi Maya bisa dengan mudah memahami Flora karena usia mereka juga tidak terlalu jauh berbeda, tapi ternyata perkiraan saya sala
Di balik tembok, ada Santi yang tersenyum melihat kehangatan yang di bangun keduanya. Akhirnya, keduanya bisa saling memaafkan dan berdamai dengan keadaan. Dirinya sadar kalau hubungan anak dan ibu itu takkan pernah lekang oleh waktu, orang tua bisa saja salah, apalagi anak. Tapi jika keduanya bisa menerima dan memaafkan kesalahan masing-masing, maka kehidupan mereka akan terasa tenang."Flora, harusnya kau disini dan melihat semuanya. Lihatlah, Ibu dan Abian kini berdamai dan saling memaafkan. Aahh, andai saja Mbak Winda ada disini." Gumamnya lirih sambil menundukkan kepalanya, hatinya terasa sakit jika mengingat tentang Winda. Wanita itu meninggalkan banyak kenangan, meskipun lebih banyak kenangan buruknya tapi tetap saja kehadirannya sangat di rindukan."Mbak Santi, ngapain disana? Nguping yaa?" Goda Abian yang membuat Santi mencebik, dia pun berjalan mendekat ke arah dua orang itu dan menyelip di tengah-tengah mereka."Karena kita keluarga, jadi harus
"Apa aku bisa, Mbak?" Tanya Abian pada Santi. Dia menanti dengan harap-harap cemas saat ini. Di sebuah taman yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari. Tamannya di hias sedemikian rupa dengan dekorasi bunga-bunga dan lilin yang membentuk bentuk love."Tentu, kamu harus bisa. Kamu sudah sejauh ini, tidak ada langkah untuk mundur sekarang, kamu sudah di tepian jurang, Abi." Ucap Santi. Di belakang wanita itu, ada Ranti yang menatap penuh haru ke arah putranya yang terlihat gagah dengan menggunakan setelan jas hitam, rambutnya di tata sedemikian rupa agar terlihat jauh lebih tampan.Abian menghela nafasnya beberapa kali, jantungnya berdegup dengan kencang. Dia tak sabar menunggu wanitanya datang, saat ini Flora tengah berada di dalam perjalanan bersama Kalandra.Disini, bukan hanya ada keluarga Abian, tapi semua karyawan yang bekerja di toko kue Flora juga hadir untuk menyaksikan moment berharga Flora dan Abian.Di tempat lain, Flora menatap heran ke
"Flora, will you marry me?" Pertanyaan keramat keluar dari mulut Abian, membuat air mata Flora menetes seketika. Emosional, dia merasakannya saat ini. Sekarang, dia tahu kenapa para wanita yang di lamar dengan hebatnya oleh pria mereka selalu menangis, kini dia tahu apa alasannya."Yang, pegel..""Yes, i Will.." jawab Flora yang membuat Abian segera berdiri dan memeluk wanitanya. Keduanya berpelukan dengan haru, Flora menangis di pelukan Abian dan pria itu tersenyum lebar karena ternyata kegugupannya itu tidak mempengaruhi apapun, meskipun ada banyak kata-kata romantis yang dia lupakan karena gugup berlebihan tadi."Terimakasih, terimakasih sudah menerima pria biasa ini, sayang." Bisik Abian di telinga Flora, membuat wanita itu mengeratkan pelukannya di tubuh Abian."Tidak, harusnya aku yang berterimakasih karena kamu mau menerima semua kekuranganku, Mas.""Kamu tidak memiliki kekurangan, sayang. Sebagai pria yang mencintaimu dengan luar