Di balik tembok, ada Santi yang tersenyum melihat kehangatan yang di bangun keduanya. Akhirnya, keduanya bisa saling memaafkan dan berdamai dengan keadaan. Dirinya sadar kalau hubungan anak dan ibu itu takkan pernah lekang oleh waktu, orang tua bisa saja salah, apalagi anak. Tapi jika keduanya bisa menerima dan memaafkan kesalahan masing-masing, maka kehidupan mereka akan terasa tenang.
"Flora, harusnya kau disini dan melihat semuanya. Lihatlah, Ibu dan Abian kini berdamai dan saling memaafkan. Aahh, andai saja Mbak Winda ada disini." Gumamnya lirih sambil menundukkan kepalanya, hatinya terasa sakit jika mengingat tentang Winda. Wanita itu meninggalkan banyak kenangan, meskipun lebih banyak kenangan buruknya tapi tetap saja kehadirannya sangat di rindukan."Mbak Santi, ngapain disana? Nguping yaa?" Goda Abian yang membuat Santi mencebik, dia pun berjalan mendekat ke arah dua orang itu dan menyelip di tengah-tengah mereka."Karena kita keluarga, jadi harus"Apa aku bisa, Mbak?" Tanya Abian pada Santi. Dia menanti dengan harap-harap cemas saat ini. Di sebuah taman yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari. Tamannya di hias sedemikian rupa dengan dekorasi bunga-bunga dan lilin yang membentuk bentuk love."Tentu, kamu harus bisa. Kamu sudah sejauh ini, tidak ada langkah untuk mundur sekarang, kamu sudah di tepian jurang, Abi." Ucap Santi. Di belakang wanita itu, ada Ranti yang menatap penuh haru ke arah putranya yang terlihat gagah dengan menggunakan setelan jas hitam, rambutnya di tata sedemikian rupa agar terlihat jauh lebih tampan.Abian menghela nafasnya beberapa kali, jantungnya berdegup dengan kencang. Dia tak sabar menunggu wanitanya datang, saat ini Flora tengah berada di dalam perjalanan bersama Kalandra.Disini, bukan hanya ada keluarga Abian, tapi semua karyawan yang bekerja di toko kue Flora juga hadir untuk menyaksikan moment berharga Flora dan Abian.Di tempat lain, Flora menatap heran ke
"Flora, will you marry me?" Pertanyaan keramat keluar dari mulut Abian, membuat air mata Flora menetes seketika. Emosional, dia merasakannya saat ini. Sekarang, dia tahu kenapa para wanita yang di lamar dengan hebatnya oleh pria mereka selalu menangis, kini dia tahu apa alasannya."Yang, pegel..""Yes, i Will.." jawab Flora yang membuat Abian segera berdiri dan memeluk wanitanya. Keduanya berpelukan dengan haru, Flora menangis di pelukan Abian dan pria itu tersenyum lebar karena ternyata kegugupannya itu tidak mempengaruhi apapun, meskipun ada banyak kata-kata romantis yang dia lupakan karena gugup berlebihan tadi."Terimakasih, terimakasih sudah menerima pria biasa ini, sayang." Bisik Abian di telinga Flora, membuat wanita itu mengeratkan pelukannya di tubuh Abian."Tidak, harusnya aku yang berterimakasih karena kamu mau menerima semua kekuranganku, Mas.""Kamu tidak memiliki kekurangan, sayang. Sebagai pria yang mencintaimu dengan luar
"Laper, Mas." Rengek Flora. Meskipun tubuhnya telah di gempur habis-habisan, tetap saja rasa lapar di perutnya belum hilang."Sebentar, Mas hangatin dulu omelette nya, sayang." Abian memakai kembali boxernya lalu pergi dari kamar untuk mengambilkan makanan.Tak memerlukan waktu yang lama, Abian kembali dengan sepiring omelette yang sudah dia hangatkan agar tidak terlalu amis. Dia menyuapi wanitanya dengan perlahan. Sesekali dia meringis ketika melihat keadaan wanitanya yang mengenaskan. Bahkan bibirnya bengkak karena tak sengaja Abian menggigitnya cukup kuat karena terlalu bernafsu."Maaf, sayang..""Tidak apa-apa, kita sama-sama menikmatinya, Mas." Jawab Flora sambil tersenyum kecil."Kamu cantik sekali, sayang." Puji Abian sambil membelai wajah cantik Flora."Aku masih laper, Mas.""Maaf, sayang. Ini Mas udah kupasin buah." Abian menyuapi wanitanya dengan buah-buahan yang sudah di kupas dan potong-potong agar memudahka
"Lihat doang, sayang. Masih bengkak atau enggak, kalau sakit ya Mas gak bakalan tega juga.""Omong doang gitu, semalam juga aku udah minta udahan karena sakit, tapi kamu gak denger!" Kesalnya sambil memalingkan wajahnya."Hehe, aku lagi nafsu banget itu, sayang.""Nyebelin!""Maaf, sayangku.""Pokoknya aku kesel sama kamu!" Ucap Flora dengan kedua tangan yang bersedekap di dada, menandakan kalau dia benar-benar tengah kesal saat ini."Gemesnya.." Abian terkekeh, tangannya terus bergerak-gerak di kaki Flora, dia tengah memanjakan wanitanya dengan cara memijatnya agar tubuhnya rileks."Sshhh..""Kenapa cantikku?""Perih, Mas.""Aduh, ayo kita periksa ke dokter aja. Kalo dokternya nanya, nanti Mas jawab di gigit komodo.""Bukan komodo tapi buaya!" Kesalnya sambil mendelik, membuat Abian terkekeh pelan."Iya deh, aku buayanya.""Ngaku juga akhirnya.""Buaya ini g
"Flora..""Hallo, Mas. Apa kabar?" Tanya Flora. Dia memaksakan senyumnya saat pria yang begitu menyakiti hatinya itu telah duduk di hadapannya.Fisiknya jauh berubah, kepalanya plontos, tubuhnya kurus dengan wajah yang tidak terawat sama sekali, lingkaran hitam di bawah matanya juga terlihat dengan jelas."Aku tidak baik-baik saja, Flo.""Tapi ini adalah hukuman atas semua perbuatan yang telah kamu lakukan, Mas. Kamu pasti sudah tahu bukan? Setiap perbuatan, pasti ada balasannya." Jawab Flora."Aku minta maaf, Flo.""Rasanya sulit, Mas. Mulutku bisa mengatakan kalau aku memaafkan, tapi tidak dengan hatiku. Sakit, rasanya sangat sakit.""Aku tahu, rasa sakit yang aku berikan pasti meninggalkan bekas.""Kamu tidak pernah memberiku banyak hal, selain rasa sakit." Lirih Flora tanpa menatap Arifin. Dia sudah tahu kalau bertemu pria itu pasti akan membuka kembali luka lama, tapi dia tidak ingin menyimpan dendam apapun
Beberapa minggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang paling di tunggu-tunggu oleh Flora dan Abian. Hari ini adalah hari yang akan menjadi hari bersejarah untuk keduanya, perjuangan mereka akan berakhir saat ini.Di sebuah ruangan, Flora tengah duduk dengan gelisah. Beberapa kali dia menghembuskan nafasnya dengan kasar, lalu kembali mematut diri di cermin memperhatikan penampilannya yang sudah sempurna.Kebaya putih gading menempel sempurna di tubuhnya yang ramping. Beberapa bulan lalu, Flora diet cukup ketat untuk menurunkan berat badannya menjadi lebih ideal agar terlihat sempurna di hari bahagianya."Wah, kamu cantik sekali, Flo." Ucap Santi yang baru masuk untuk melihat penampilan Flora, calon adik iparnya. Wanita itu juga terlihat anggun dengan kebaya modern berwarna pink pastel yang di padukan dengan kain songket sebagai roknya. Rambutnya di sanggul rapih, membuat penampilannya terlihat dewasa sesuai usianya saat ini."Mbak..""K
"Aku takkan pernah membiarkanmu bahagia, Flora!" Teriaknya sambil bersiap menusuk perut Flora, tapi dengan cepat Abian menendang pisau itu hingga jatuh entah kemana.Dengan sigap, Abian melindungi istrinya. Pihak keamanan datang dan langsung menangkap wanita itu, dia meronta ingin di lepaskan tapi dari pada membuat keonaran lebih baik di amankan saja."Dengarkan aku, kau takkan pernah bahagia Flora.'"Maya..""Diam, aku tidak sudi namaku disebut oleh mulut kotormu itu!" Teriaknya yang membuat Abian emosi.Plak..Tamparan keras mendarat di wajah Maya dan Abian adalah pelakunya, suami mana yang membiarkan saat istrinya di kata-katai seperti itu? Apalagi di hari pernikahannya."Jalaang, pelacur, wanita murahaan. Kau akan mendapatkan balasan dari semua ini, Flora. Kau takkan pernah bahagia selamanya!" Wanita itu mengucap sumpah serapah yang membuat Adijaya akhirnya bertindak.Plak..Dia menampar wajah manta
Beberapa saat kemudian, Flora memberi kode kalau dia sudah siap. Dengan langkah yang begitu antusias, Abian pun menghampiri istrinya yang memang sudah menunggu dengan santai. Dia terlihat sangat cantik dengan lingerie tipis menerawang berwarna biru navy. Sangat kontras sekali ketika Flora menggunakan pakaian itu, kulitnya yang putih bersih terlihat lebih cerah dan sehat."Sempurna.." Puji pria tampan itu sambil mendekat, dia duduk di pinggir ranjang sambil membuka celananya agar tidak menyulitkannya nanti."Udah main buka-bukaan aja, Mas." Ucap Flora sambil terkekeh pelan, wanita itu mendekat dan tanpa basa basi langsung duduk di pangkuan sang pria.Abian merengkuh pinggang istrinya dengan posesif, lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir sang istri dengan lumataan lembut namun memabukkan."Enghh, Mas.." Wanita itu melenguh tertahan di balik ciumannya, dia bergerak tak nyaman karena tangan nakal Abian mulai merayap menyentuh tubuhnya dengan nak