"Aku takkan pernah membiarkanmu bahagia, Flora!" Teriaknya sambil bersiap menusuk perut Flora, tapi dengan cepat Abian menendang pisau itu hingga jatuh entah kemana.
Dengan sigap, Abian melindungi istrinya. Pihak keamanan datang dan langsung menangkap wanita itu, dia meronta ingin di lepaskan tapi dari pada membuat keonaran lebih baik di amankan saja."Dengarkan aku, kau takkan pernah bahagia Flora.'"Maya..""Diam, aku tidak sudi namaku disebut oleh mulut kotormu itu!" Teriaknya yang membuat Abian emosi.Plak..Tamparan keras mendarat di wajah Maya dan Abian adalah pelakunya, suami mana yang membiarkan saat istrinya di kata-katai seperti itu? Apalagi di hari pernikahannya."Jalaang, pelacur, wanita murahaan. Kau akan mendapatkan balasan dari semua ini, Flora. Kau takkan pernah bahagia selamanya!" Wanita itu mengucap sumpah serapah yang membuat Adijaya akhirnya bertindak.Plak..Dia menampar wajah mantaBeberapa saat kemudian, Flora memberi kode kalau dia sudah siap. Dengan langkah yang begitu antusias, Abian pun menghampiri istrinya yang memang sudah menunggu dengan santai. Dia terlihat sangat cantik dengan lingerie tipis menerawang berwarna biru navy. Sangat kontras sekali ketika Flora menggunakan pakaian itu, kulitnya yang putih bersih terlihat lebih cerah dan sehat."Sempurna.." Puji pria tampan itu sambil mendekat, dia duduk di pinggir ranjang sambil membuka celananya agar tidak menyulitkannya nanti."Udah main buka-bukaan aja, Mas." Ucap Flora sambil terkekeh pelan, wanita itu mendekat dan tanpa basa basi langsung duduk di pangkuan sang pria.Abian merengkuh pinggang istrinya dengan posesif, lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir sang istri dengan lumataan lembut namun memabukkan."Enghh, Mas.." Wanita itu melenguh tertahan di balik ciumannya, dia bergerak tak nyaman karena tangan nakal Abian mulai merayap menyentuh tubuhnya dengan nak
"Selamat siang, istriku sayang." Ucap Abian sambil duduk di samping sang istri yang baru saja membuka kedua matanya dengan perlahan."Apaan sih, Mas? Itu bajunya kenapa gitu?" Tanya Flora saat melihat suaminya tampil dengan pakaian yang sedikit berbeda dari biasanya. Dia terlihat lucu dengan celemek berwarna merah muda yang menutupi pakaian bagian depannya."Mas habis masak, sayang.""Haha, apa iya? Aku aja gak yakin kamu bisa masak, Mas." Ucap Flora sambil mengulum senyumnya, pasalnya penampilan suaminya terlihat lucu. Berbeda jauh dengan penampilannya di kesehariannya."Ngeraguin banget sama suami sendiri, di coba dulu, sayang.""Kamu kenapa, Mas?" Tanya wanita itu sambil tersenyum, dia menatap suaminya dengan tatapan penuh arti."Sebagai upaya minta maaf sama kamu, sayang.""Minta maaf? Kamu buat kesalahan apa sama aku, Mas? Apa jangan-jangan kamu selingkuh, Mas? Tega ya kamu, kita baru menikah kemarin lho!" Ucap Flor
Satu minggu telah berlalu, Abian telah pergi bekerja sejak beberapa hari yang lalu, alasannya karena Kala jatuh sakit dan tidak bisa menghandel perusahaan yang tengah sibuk-sibuknya. Jadi, Abian harus mengambil langkah, meskipun rasanya berat karena harus meninggalkan istrinya sedangkan mereka masih menjadi pengantin baru."Mas, aku mau nganter makan siang buat kamu nanti." Ucap Flora sambil memasangkan dasi di leher sang suami."Iya, sayang. Mas tunggu ya?""Mau di masakin apa buat menu makan siangnya?" Tanya Flora lagi, dia merapikan penampilan sang suami dengan detail, bahkan dia memperhatikan hal sekecil apapun yang membuat penampilan suaminya berkurang. Rambut, Flora menyisir rambut pria tampan itu serapi mungkin."Terserah kamu saja, sayang. Apapun yang kamu masak, pasti Mas makan kok." Jawab Abian sambil mengusap lembut wajah cantik sang istri."Oke kalo gitu, ayo sarapan dulu." Ajak Flora dan di angguki oleh pria tampan itu. Kedua
"Silahkan masuk, Dok.""Terimakasih." Dokter wanita itu berjalan pelan ke arah Abian yang terlihat berdiri ketika dirinya melihat kalau dokter yang sedari tadi dia tunggu kedatangannya, akhirnya datang juga."Mana pasiennya, Tuan?""Ini, istri saya tiba-tiba saja pingsan padahal tadi pagi masih baik-baik saja, Dok. Tolong segera di periksa." Ucap Abian mengatakan keadaan istrinya dengan jujur."Baik, sebentar." Ucapnya, dia memasang stetoskop dan mulai memeriksa keadaan wanita yang kini terkulai lemas di atas sofa. Wajahnya terlihat pucat dengan denyut nadi yang tidak beraturan."Apa dia memakan sesuatu?""Pasti makan, Dok. Kalau gak makan, mati dong." Celetuk Kala asal bicara."Bukan begitu, saya rasa ini bukan gejala biasa.""Lalu, penyakit apa yang di idap istri saya?" Tanya Abian dengan panik, jujur saja dia sangat khawatir dengan keadaan istrinya."Istri anda tengah mengandung, itu prediksi saya."
"Permisi, maaf bukannya saya mengganggu tapi ini pesanan anda, Tuan." Ucap Kalandra sambil memberikan kresek berisi beberapa testpack yang baru saja dia beli."Bisa ketuk dulu?""Maaf, saya pikir Nona Flora belum bangun, Tuan.""Hmm, terimakasih." Ucap Abian lalu menerima nya."Saya permisi, Tuan.""Hmm.." Abian hanya menjawab dengan deheman singkat, semudah itu mood seorang Abian berubah."Apa itu, Mas? Makanan ya?""Testpack, sayang. Tadi dokter mengatakan coba dulu di test, nanti kalau benar hamil, kita periksa ke dokter kandungan." Jawab Abian sambil mengeluarkan benda itu dari dalam wadahnya."Coba dulu, sayang.'"Mas, bagaimana kalau ternyata prediksi dokter tadi salah? Mas gak bakalan marah atau membenci aku kan?" Tanya Flora yang membuat Abian tersenyum, dia mengusap wajah cantik istrinya lalu mengecup mesra keningnya."Sayang, jika ada kita anggap sebagai rezeki. Tapi, jika ternyata pr
Pagi harinya, Flora terbangun dari tidurnya. Dia merasa terusik ketika merasakan ranjang di sampingnya telah kosong, padahal ini masih sangat pagi bahkan untuk Abian yang biasanya bangun pagi di hari kerja. Tapi ini hari Sabtu, weekend perusahaan libur."Mas Abi, kemana ya?" Gumam Flora sambil meraba ranjang di sampingnya. Dia mendudukan tubuhnya dengan hati-hati, lalu celingukan mencari keberadaan sang suami. Kasur di sampingnya benar-benar kosong.Huek.. huekk..Terdengar seperti orang yang tengah muntah-muntah, Flora pun beranjak dari duduknya lalu mengecek ke kamar mandi yang lampunya menyala. Benar, ternyata suaminya ada disana."Mas, kamu kenapa?" Tanya Flora sambil mendekati sang suami yang tengah mengeluarkan semua isi perutnya di wastafel."S-sayang, kamu kebangun? Maaf ya kalau Mas berisik.""Enggak kok, kamu kenapa, Mas? Ada salah makan?" Tanya Flora sambil memijit tengkuk leher sang suami dengan pelan."Ke ka
Sudah beberapa hari berlalu, tapi keadaan Abian masih sama. Pagi buta, dia sudah sibuk sendiri di kamar mandi dengan keadaan yang tidak bisa di katakan baik-baik saja. Bahkan tubuhnya terlihat kurus sekarang, wajahnya terlihat sangat pucat, membuat Flora khawatir."Bu, gimana ini? Mas Abi kita bawa ke rumah sakit aja ya?" Tanya Flora pada ibu mertuanya, dia menghubunginya dan memberitahu kalau Abian tengah sakit. Dia juga memberitahukan kalau dirinya tengah mengandung saat ini, jadi Ranti memutuskan untuk tinggal sementara di rumah menantunya untuk membantunya mengurus Abian."Flora khawatir banget sama Mas Abi, Bu. Wajahnya pucat, badannya juga mengurus sekarang.""Iya, sebaiknya juga bawa dia ke rumah sakit agar mendapatkan perawatan yang lebih baik." Jawab Ranti.Dia juga sama khawatirnya dengan Flora, putranya ini tergolong orang yang jarang sakit, tapi sekalinya sakit sudah pasti parah, bahkan hanya flu saja bisa membuat tubuhnya lemah."
"Mas, makan dulu ya. Biar cepat sembuh." Ucap Flora sambil membawakan sekotak bubur dan perintilannya."Gak mau, sayang. Buburnya bau..""Lho, bau gimana? Buburnya wangi bubur kok, mana ada bau?" Tanya Flora dengan heran. Bukannya aroma bubur memang seperti ini? Wangi kuah kaldu yang bercampur dengan aroma rempah seperti daun salam?"Bau, yang. Mas gak suka.""Ya harus di paksain, makan bubur tuh bukan karena suka, Mas." Ucap Larissa sambil membuka kotak sterofoam berisi bubur itu. Sontak saja aroma bubur itu merebak memenuhi ruangan, kening Abian mengernyit lalu tak lama kemudian dia merasa mual, perutnya seketika tak nyaman.Abian mengambil kresek dan memuntahkan isi tubuhnya disana. Flora langsung menutup kembali kotak bubur itu dan menyimpannya. Dia memijat tengkuk sang suami dan mengoleskan minyak angin di lehernya agar terasa lebih lega."Mas..""Lemas.." Lirihnya sambil kembali merebahkan tubuhnya. Flora membuang