"Selamat malam, kami dari pihak kepolisian. Apa benar ini rumah saudara Arifin?"
"Benar, saya ibunya.""Kami mendapat tugas untuk menangkap saudara Arifin sebagai tersangka kasus penggelapan dana perusahaan senilai dua puluh milyar rupiah dan keringanan yang di berikan sudah jatuh tempo." Ucap polisi sambil menunjukkan surat bukti penangkapan.Ranti tidak bisa menghalangi saat pihak polisi itu masuk ke dalam rumah begitu saja, dia tidak bisa membela putranya karena disini dia memang bersalah, bukan? Lalu, apa yang harus di lakukan orang bersalah? Tentu saja menebusnya dengan hukuman yang setimpal.Tak lama kemudian, polisi-polisi itu membawa Arifin dengan kedua tangan yang di borgol. Air mata Ranti menetes dengan derasnya, wanita itu menangis saat melihat Arifin di seret polisi dengan pasrah. Wajahnya babak belur karena di hajar oleh Abian sebagai pelampiasan semua rasa sakit yang di terimanya beberapa hari ini. Tidak di sangka, Arifin dan Winda mDi tempat lain, Abian tengah duduk sendirian di pinggir danau. Tempatnya sangat indah, sejuk dan menenangkan. Disana ada banyak sekali pepohonan dan burung-burung bertentangan, tempatnya lumayan sepi jadi ini adalah tempat yang pas untuk menyendiri menenangkan pikiran.Abian merogoh saku celananya, lalu membuka lembar demi lembar surat yang terlihat lusuh itu. Kertasnya terlihat rapuh karena terkena air pastinya, tapi Abian berusaha membaca dan memahami kata demi kata yang tertulis di atas sebuah kertas.'Abi..'Baru satu kata itu saja, kedua mata Abian sudah berkaca-kaca. Dia mendongakan kepalanya, lalu mengedip-ngedipkan matanya berusaha menahan agar air matanya tidak luruh begitu saja. Abian menghela nafasnya, lalu kembali menatap kertas itu.'Untuk Abi. Maafkan Mbak, selama ini Mbak sudah sangat jahat padamu dan juga wanitamu. Semua yang Mbak lakukan, Mbak minta maaf. Belakangan ini, Mbak merasa tidak aman karena mantan suami Mbak kembali data
Di tempat lain, seorang pria tengah berlari terengah-engah lalu masuk ke dalam sebuah rumah yang ada di tengah hutan. Dengan kasar, dia menyeka keringat yang ada di dahinya. Pria itu mendudukan tubuhnya dengan kasar. Meskipun di tengah hutan, rumah ini memiliki banyak fasilitas. Rumahnya mewah, di lengkapi lift dan beberapa mobil yang terparkir rapi di garasi."Tuan, nasib saya di ujung tanduk!" Ucapnya dengan wajah yang memerah, membuat pria yang tengah merokok di ruang tengah itu menatap tajam ke arah pria yang baru datang itu."Maksudmu?""Anak buah Abian mulai bergerak mencari kita.""Lalu?""Tuan, anda tahu seperti apa Abian. Saya takut nyawa saya terancam.""Jangan khawatir, Abian tidak ada apa-apanya di banding denganku, aku memiliki koneksi yang luas." Ucapnya dengan tenang, dia masih menyesap rokoknya dan menghembuskan asapnya hingga memenuhi ruangan tempat dia berada saat ini."Tapi tuan..""Kau meragu
"Yang, pijitin boleh?" Pinta Abian. Hari ini, Ranti sudah kembali ke rumah dan pria itu mengantarkan Flora pulang ke rumahnya. Disinilah mereka berada saat ini, Abian tengah berbaring manja di pangkuan Flora.Setelah sekian lama, akhirnya mereka bisa menikmati waktu berdua lagi, meskipun dengan suasana yang sedikit berbeda dari sebelumnya."Boleh, Mas. Mau pakai minyak angin, biar hangat gitu?""Iya, sayang. Perut Mas rasanya gak enak, kayaknya masuk angin." Jelas Abian."Yaudah, di kamar aja gimana?""Tapi jangan ngarep Mas ngapa-ngapain kamu ya? Mas lagi gak enak badan, padahal lagi kangen." Ucap Abian yang membuat Flora terkekeh."Otak kamu aja yang kotor, aku ngajak ke kamar ya biar enak aja di pijitnya sambil rebahan gitu." Flora menepuk pelan lengan besar sang pria, otak pria itu memang tak pernah jauh-jauh dari hal-hal yang berbau mesuum dan kemesumaan pria itu sudah mendarah daging, plus menular juga seperti penyakit.
"Pergilah, Mas.""Kenapa aku harus pergi, sayang?" Tanya Abian, wajahnya masih terlihat begitu khawatir."Nanti jijik, Mas.""Enggak, Mas gak jijik kok. Ayo selesaikan dulu.." Ucap pria itu sambil terus memijat tengkuk Flora, hingga wanita itu selesai dan membasuh mulutnya dengan air mengalir dari wastafel."Sayang, wajah kamu pucat sekali.." Abian mendekat dan langsung mengusap wajah Flora yang terlihat pucat setelah memuntahkan semua isi perutnya."Pusing, Mas.""Maafin Mas ya, Mas gak tahu kalau perbuatan Mas itu bisa bikin kamu muntah-muntah seperti itu.""Gapapa kok, Mas. Lagian ini bukan kesalahan kamu.""Yaudah, istirahat aja ya? Biar Mas yang masak.""Gak usah, Mas. Aku aja..""Sayang, nurut!" Tegas Abian yang membuat Flora hanya bisa menurut saja kalau sudah begini. Dia tidak mau memancing kemarahan Abian, pria itu akan terlihat sangat menakutkan ketika sedang marah."Yaudah i
Tak lama kemudian, Flora keluar dari ruang ganti dengan menggunakan pakaian rumahan, blouse dan kulot berbahan crincle berwarna hitam, membuat penampilan Flora terlihat anggun, padahal hanya pakaian sederhana yang dia kenakan."Nah, kalau begini kan cantik.""Hmm, ayo cepat pengen bakso!" Ajak Flora dengan jurus andalannya, yakni merajuk. Abian menggenggam tangannya lalu keduanya berjalan ke luar rumah untuk mencari bakso. Aneh-aneh saja yang di inginkan wanita cantik itu, tapi untungnya masih belum terlalu malam, pasti tidak akan terlalu sulit mencari bakso apalagi yang di inginkan adalah bakso yang ada di pinggir jalan.Keduanya pergi dengan menggunakan mobil milik Abian, dia melajukan kendaraan roda empatnya itu dengan kecepatan sedang."Mas..""lya, sayang.""Itu baksonya." Ucap Flora sambil menunjuk abang-abang yang tengah mendorong gerobak baksonya."Iya, Mas nyari tempat parkir dulu." Abian pun langsung mencari te
"Iya, aku beneran gapapa kok, Mas. Kamu kerja aja, nanti aku kabarin kalau mau pergi ke toko.""Mulai naik ya pembeli di toko kamu, yang?""Iya, Mas. Sampai-sampai Mbak Santi kewalahan, makanya aku mau bantu dia." Jelas Flora yang di angguki oleh Abian, dia juga paham alasan wanitanya untuk pergi ke toko kuenya."Yaudah.""Mas, boleh aku minta uang gak?""Lho tumben? Biasanya kamu tuh kalo di kasih juga pasti nolak." Abian benar-benar speechless dengan apa yang dia dengar, jarang-jarang dia mendengar wanitanya ini meminta uang. Biasanya, jika di tawari pun Flora akan menolak mentah-mentah, katanya dia tidak ingin bergantung padanya sebelum menikah."Gak boleh?""Tentu saja boleh, sayang. Uang Mas ya uang kamu juga." Abian merogoh dompet tebal yang dia simpan di saku celana bahannya.Pria itu membukanya, lalu memberikan semua uang cash yang dia punya. Tapi kemudian, dia menarik satu lembar uang berwarna merah itu
Flora melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko yang terlihat cukup ramai di siang hari, banyak pelanggan yang datang hari ini. Syukurlah, semakin hari pengunjung toko kuenya semakin ramai. Itu semua bukan karena ada embel-embel nama Abian di belakang Flora, tapi karena rasa-rasa Kue Flora yang memang enak.Selain itu, dia juga memikirkan banyak sekali resep-resep baru untuk tokonya agar menunya semakin beragam dan tidak membuat pelanggan bosan dengan variasi kue yang itu itu saja."Selamat siang, Nona." Sapa karyawan yang tak sengaja berpapasan dengan Flora di pintu masuk."Siang, bagaimana tokonya?""Rame, Nona. Sampai-sampai kami agak kewalahan." Jawabnya sambil tersenyum."Syukurlah kalau begitu, lihat Mbak Santi gak?" Tanya Flora lagi."Di belakang, Nona. Beliau sedang beristirahat.""Baiklah, terimakasih. Semangat kerjanya..""Iya, Nona." Jawabnya, lalu sedikit membungkukkan punggungnya saat melihat Flora.
Suasana di toko semakin ricuh, itu semua Karena perbuatan seorang wanita yang mengaku dirinya kaya dan ingin di layani secara VIP oleh pemilik tokonya secara langsung."Maaf, Nyonya. Pemilik toko sedang tidak disini, mari saya saja yang melayani anda." Ucap salah satu Karyawan toko kue itu, dia bernama Hanna. Gadis yang tadi menyapa Flora. Ada alasan kenapa dia tidak memberitahukan keberadaan Larissa, padahal wanita itu sedang datang berkunjung dan berada di ruangannya, bersama Santi."Tidak, aku hanya ingin di layani oleh pemilik toko kue ini. Aku penasaran, memangnya seenak apa kue-kue disini sih sampai viral di media sosial, sampai antri panjang." Ketusnya sambil menyedekapkan kedua tangannya di dada. Tatapan matanya tajam, dengan wajah sombong yang membuat pengunjung lainnya berdecak tak suka Karena perilaku wanita itu."Cepat, panggilkan pemilik toko ini atau aku tuntut kalian atas ketidaknyamanan!""Ketidaknyamanan di bagian mana nya? Bukann