Share

2. Misi

Author: VAD_27
last update Last Updated: 2025-03-12 08:58:07

Heavenly bersandar pada jok belakang, netranya melirik pada pejalan kaki di trotoar yang dibangun dari koblestone. Meskipun sudah berada di tahun 2025, tapi sepertinya Duchess Koronra yang mengelola provinsi Thaloria ini masih tetap ingin mengabadikan tampilan estetik dan klasik khas abad pertengahan.

Dimulai dari lampu jalanan, dan bangunan-bangunan bergaya klasik. Suasananya sama dengan provinsi Avelora, tempat tinggal Heavenly sekarang, meskipun Avelora punya sedikit sentuhan futuristik pada sebagian bangunannya.

Pintu depan kiri mobil dibuka, wanita berambut hitam lurus sebahu dengan celana jeans biru ketat, kaos putih dan jaket kulit hitam masuk dan duduk di jok sebelah kemudi.

"Kau menjatuhkan lisensimu di kamar hotel." Tukas Nerisa, menyodorkan kartu persegi panjang yang dilapisi bahan mengkilat dan keras.

[Lisensi Pembunuh Bayaran]

Nama : -

Nama Kode : Heavenly

Tgl Lulus Akademi Aster : 1 Januari 2020

Prophet : The prophet Caph - God.

Dibuat oleh Akademi Aster.

...

"Terimakasih." Ujar Heavenly menerima kartu itu sebelum memasukannya pada saku dalam coat.

"Tidak biasanya kau teledor. Kau ini pembunuh legendaris yang terkenal, kecerobohan kecil seperti ini akan berdampak pada keselamatan dan terbongkarnya identitasmu sendiri." Omel Nerisa tanpa menoleh, lebih memilih membuka ipad, memeriksa berkas dan informasi pribadi target misi mereka hari ini.

Heavenly bergeming, menatap keluar jendela dengan raut wajah menurun dan binar netra meredup, efek rasa gusar akan firasat buruknya dari semalam tidak hilang, membuatnya tidak terlalu fokus hari ini.

"Aku bertemu orang asing yang mengincar nyawaku di misi kemarin malam. Dia mengatakan ramalan kematian yang akan datang padaku di malam hari pada bulan ini."

"Oh, begitu?" Tanya Nerisa santai, tetap fokus membaca berkas di ipadnya. Tidak ada kekhawatiran maupun terkejut dalam nada suaranya membuat Heavenly melirik kesal.

"Serius? Hanya itu saja reaksimu?" Cibir Heavenly membuat Nerisa tertawa geli.

"Berhenti tertawa. Kau membuat kepalaku semakin sakit." Tukas Heavenly merenggut membuat tawa Nerisa semakin pecah.

"Bukankah itu kehawatiran wajar bagi pria berusia tiga puluh dua tahun sepertimu? Lagipula Heavenly, sejujurnya aku tidak pernah bisa membayangkan kematianmu meskipun aku prophet Ruchbah yang bisa melihat masa depan." Ujar Nerisa membuat Heavenly tertegun.

"Kau itu seperti entitas yang berbeda. Pembunuh berdarah dingin. Meskipun kita berdua saling mengenal sudah lima tahun, namun pada misi hari ini kau bisa saja membunuhku untuk keberhasilan misi. Dengan sifatmu yang seperti ini, bukankah wajar jika aku tidak akan pernah bisa membayangkan kematianmu?" Tanya Nerisa, ada nada dingin dan sedikit terganggu di balik bibir merahnya.

Pria berambut hitam dengan model slipback itu menatap fitur belakang Nerisa sebelum menghela napas kotor, kembali pada kegiatannya—menatap trotoar.

"Siapa target kita hari ini?"

"Pria bernama Raze, identitas aslinya tidak diketahui. Tapi foto wajahnya jelas." Jawab Nerisa, menyerahkan ipad ke tangan Heavenly.

"Siapa yang memesan pembunuhannya?" Tanya Heavenly, menatap lekat foto pria paruh baya di layar tersebut.

"Aristokrat. Kelas dan identitasnya dirahasiakan. Menurutku mungkin hanya sekelas Baron atau Duke. Tidak mungkin sekelas Raja." Jawab Nerisa, memakai surveillance earpice, alat komunikasi yang berbentuk seperti earphone namun ukurannya lebih kecil dan sangat tersembunyi dengan fungsi komunikasi dua arah dari dua sampai empat orang.

"Apakah dia mengungkap kenapa memesan pembunuhan pada pria bernama Raze ini?" Tanya Heavenly, menyimpan ipad ke jok samping.

"Raze adalah pembunuh yang mengincar para aristokrat di kekaisaran ini." Jawab Nerisa membuat Heavenly membelalak lebar dengan kening mengernyit, tidak menyembunyikan keterkejutannya.

"Orang gila." Cerca Heavenly, menggeleng pelan.

"Bzzz ... Ricadh melapor."

Surveillance earpice milik Heavenly dan Nerisa berbunyi.

"Target terlihat di sekitar Thaloria Barat. Aku melihatnya memasukan tiket kereta ke dalam saku jaket. Dari kemungkinannya yang memesan taxi ke arah Fipent Strett, dia akan menaiki kereta di stasiun Thaloria Barat." Lapor Ricadh dari surveillance earpice.

"Bagaimana kita akan melakukannya?" Tanya Nerisa menoleh ke belakang.

"Kali ini aku sedang tidak ingin berlumuran darah. Cara tenang saja." Jawab Heavenly menghela napas berat. Ramalan kematian dan firasat buruk masih memenuhi benaknya.

Nerisa memajukan bibir meledek sebelum menekan surveillance earpicenya. "Ricadh, tetap ikuti dia dan pesan tiket kereta yang sama. Sepertinya pembunuh legendaris kita sedang kelelahan. Ini akan menjadi malam yang tenang di tengah kereta." Titah Nerisa sebelum berpindah ke balik kemudi, menyalakan ford mustang hitam mengkilap bermodel muscle car.

Setelah suara jernih mesin bak nyanyian terdengar, mobil mewah yang cukup mencolok—ingatkan Heavenly untuk menegur Ricadh agar tidak menggunakan koleksi mobil mahalnya untuk misi—menjauhi Raven Strett. Meninggalkan pria berjubah cokelat kumal, berlubang dan jahitannya lepas di beberapa bagian. Pria yang sedari awal sudah mengawasi dan mengamati mobil yang ditumpangi Heavenly dari balik gang gelap dan tersembunyi.

*

"Tolong, satu gelas lager." Ujar pria paruh baya di depan bar counter. Memakai topi yang menutupi alis dan matanya, tidak lupa masker hitam. Memakai jaket parasut, kaos, celana jeans dengan sepatu pentofel berwarna serupa, hitam.

"Bisa tolong antarkan ke meja sana?" Pinta Raze, pria itu menunjuk salah satu meja di paling ujung gerbong, dekat pintu kereta restorasi.

"Baik. Tolong tunggu, Tuan." Jawab steward lelaki di balik bar counter membuat Raze berbalik dan menuju meja yang dimaksud, meninggalkan Heavenly yang duduk di sebelahnya, menenggak birnya sebelum netranya melirik punggung Raze.

Penampilan Heavenly lebih formal malam ini, mengenakan topi silinder hitam klasik dengan kemeja putih yang dibalut rompi hitam dan ditimpa dengan coat hitam panjang dengan celana bahan warna serupa.

"Bagaimana?" Tanya Heavenly pada alat komunikasinya, berbisik sambil menikmati bir.

"Aku sudah membaca masa depannya selama satu menit ke depan. Dia akan bergeming menatap keluar jendela. Ditambah dengan gerak tubuhnya selama tiga puluh detik, dia akan tetap diam." Jawab Nerisa yang duduk membelakangi Raze di meja sebelahnya, menikmati steaknya dengan sampanye.

"Nice." Gumam Heavenly, melirik steward wanita yang membawa nampan pesanan Raze, melewati dirinya, jarak mereka dekat sampai hawa panas dari tubuh wanita itu mengenai ujung lengannya.

Heavenly mengeluarkan pisau tipis dari balik lengan coatnya, tanganya bergerak seringan bulu dan lihai saat merobek belakang rok selutut milik steward wanita barusan tanpa diketahui empunya.

Setelah menghitung sampai lima, Heavenly berdiri, membawa serta jaket hitam milik Ricadh sebelum menyusul wanita barusan.

"Maafkan menyela pekerjaanmu, Nona." Ujar Heavenly, raut wajahnya dibuat tergesa, panik dan malu dengan garis canggung.

Steward wanita itu mengerjap, "ada yang bisa saya bantu, Tuan?" Tanyanya sopan, melempar senyum profesional.

Heavenly pura-pura berdehem canggung sebelum mendekatkan kepala pada telinganya, membisikan sesuatu.

Steward wanita itu sontak melotot terkejut, meraba rok belakangnya dengan panik.

"Silahkan pakai jaket saya. Anda bisa mengembalikannya nanti, saya disini sampai stasiun selanjutnya. Perjalanan masih panjang." Tawar Heavenly menyerahkan jaket sambil tersenyum.

Awalnya wanita itu menolak namun dengan sedikit paksaan, kemurahan hati dan rasa malu akan lebih banyak yang melihat, membuat wanita itu mengambilnya dengan berat hati dan pipi memerah malu.

"Mari saya bantu pegangkan." Ujar Heavenly mengambil alih nampannya membuat wanita itu menunduk.

"Terima kasih, Tuan."

Heavenly mengeluarkan sedotan bening berisi serbuk putih dari balik lengan pakaiannya, memasukannya ke dalam gelas kaca.

"Sekali lagi, terima kasih, Tuan. Bisa tolong beritahukan nama anda, gerbong dan nomor tempat duduk anda?" Tanya wanita itu, mengambil alih kembali nampan.

"Tidak perlu dikembalikan, Nona. Saya mengatakan itu agar anda menerima bantuan saya." Ujar Heanvenly, mengangkat topinya sebelum beranjak, kembali duduk di tempat asal.

"Lagipula aku yang harusnya berterimakasih. Karena membantu misi pembunuhanku." Gumam Heavenly, kembali menikmati birnya.

"Tidak, seharusnya aku yang berterimakasih. Karena ini hari kematianmu, Heavenly." Gumam pria bertudung cokelat kumal yang duduk di meja tepat di belakang punggung Heavenly.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pembunuh Surgawi   3. Terancam gagal

    Suara mesin kereta dan bagaimana efek getaran pada gerbongnya tidak serta merta membuat Ricadh tenang. Pria pendek dengan rambut cokelat itu meneguk birnya dengan jari gemetar dan keringat membasahi pelipis. Raut wajahnya pias dengan jantung berdebar kencang dalam artian buruk.Ini gawat.Padahal dirinya adalah pembunuh bayaran.Tapi dia tidak bisa menekan rasa takutnya sendiri tatkala aura dari Heavenly yang duduk membelakangi dirinya di depan bar counter menguar sampai terasa memenuhi udara di dalam gerbong kereta restorasi ini. Menghantarkan kekeringan pada kerongkongan Ricadh dengan bulu kuduk berdiri."Gila." Komentar Ricadh pelan. Padahal Heavenly hanya duduk meminum bir sambil menunggu target bernama Raze mati karena racunnya, namun aura kuat dan hawa membunuhnya membuat jiwa Ricadh terguncang.Ricadh baru terjun ke dunia gelap ini setahun yang lalu, karena keluarganya kaya raya maka berhubungan dengan dunia bawah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk kepentingan bisnis bagian i

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pembunuh Surgawi   4. Malam Ramalan

    "Ricadh, Nerisa, sudutkan dia."Kedua orang itu segera mematuhi perintah, kembali memenuhi gerbong dengan suara gema pistol, ketiganya jadi saling adu tembak, Nerisa menyeret steward wanita yang menjerit histeris, mendorong punggungnya agar berlari dan bersembunyi di balik bar counter.Steward wanita itu berlari melewati Heavenly yang tengah menjentikan telunjuk, mengaktifkan titik stela 'S' pada telapak kanannya sebelum kedua netranya bersinar sekilas, tanda kemampuan 'seek'nya aktif.Heavenly mengedarkan pandangan ke seluruh gerbong, melihat apakah ada yang terlewat dari kemampuan melihat normalnya dengan 'seek' yang dapat melihat sesuatu tersembunyi.Namun nihil.Pria berjubah cokelat dekil itu tidak ada di gerbong ini, hanya ada steward wanita yang meringkuk ketakutan di balik bar counter.Perasaannya gusar dengan jantung berdebar dalam arti buruk. Apa Heavenly melewatkan sesuatu? Meskipun disebut legendaris tapi tetap saja dia sudah kepala tiga, lupa dan terlewat adalah hal norma

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pembunuh Surgawi   5. Ramalan kematian yang jadi nyata

    Pria jubah cokelat dekil itu berdiri di depan pintu gerbong yang terbuka, tangannya terjulur menodongkan pistol pada Heavenly, mengambil satu langkah mendekat.Netra Heavenly membelalak sebelum terbatuk, memegang sekitar area yang tertembak dengan tubuh jatuh bertopang pada satu kaki ke lantai.Pundak Heavenly bergetar kesakitan. "Apa ini benar-benar malam kematianku?"Melihat kondisi pembunuh surgawi itu yang mengenaskan membuat pria jubah cokelat mengambil langkah berani untuk mendekat tanpa menurunkan pistolnya."Bercanda." Ujar Heavenly nyengir sambil menyibak coat menampilkan rompi anti pelurunya membuat pria jubah cokelat itu membelalak terkejut.Dia sudah melangkah mundur dan ingin kembali menarik pelatuk namun kalah cepat dengan Heavenly yang menyerang telapak tangannya, membuat pistolnya terjatuh. Heavenly mencengkram tangan pria jubah cokelat, menahannya agar tidak melarikan diri sambil bangkit berdiri."Uhuk-uhuk!" Pria jubah cokelat itu terbatuk dengan darah keluar dari bi

    Last Updated : 2025-03-12
  • Pembunuh Surgawi   6. Kematian dan Kebangkitan

    'Ada apa ini sebenarnya?' Batin Nerisa berteriak frutasi tatkala mencondongkan tubuh ke lubang di gerbong, menatap Heavenly yang terjatuh dari rel kereta ke sungai besar di bawahnya.Nerisa berdecak, dan lagi siapa pemuda pirang yang ikut jatuh bersamanya? Apa dia termasuk orang-orang yang mengincar nyawa Heavenly?Gadis berambut sebahu itu menoleh, menahan darah agar tidak terus menerus merembes keluar dari peluru yang tertanam di lengannya. Dia segera menarik mayat Ricadh, membawa bersamanya ke arah lubang di gerbong. Nerisa tidak menghentikan aktivitasnya saat bersitatap dengan Raze yang juga tengah berusaha menyeret satu kakinya untuk melarikan diri.Sial.Sekarang Nerisa tidak punya tenaga dan peluru untuk menghabisinya. Nerisa tidak punya pilihan."Jangan menganggap melarikan diri berarti kau lepas dari para aristokrat yang menyewa pembunuh bayaran."Raze menoleh dengan bibir meringis dan mata memburam, mengernyit menatap Nerisa yang berdiri di depan lubang gerbong."Ini hanya p

    Last Updated : 2025-03-13
  • Pembunuh Surgawi   7. Akhir dari Pembunuh Surgawi

    Heavenly sudah berlari secepat yang dia untuk bersembunyi tepat di balik pintu dan berhasil. Dia mengatur napasnya, tubuh baru yang kurus ini bahkan kesulitan di bawa berlari dalam jarak yang tidak sampai satu meter. Berbeda dengan tubuh Heavenly sebelumnya yang kuat berlari maraton tanpa kehabisan napas.Jelas perbedaan tubuh yang signifikan ini mengganggu benaknya. Heavenly mengatur napasnya agar lebih tenang dan senyap, menyembunyikan aura tubuh, dia memejamkan netra, memfokuskan pendengarannya agar lebih tajam dan akurat. Semoga saja kemampuan dasarnya masih berfungsi di tubuh barunya.Sekarang terdengar. Diam-diam Heavenly bersyukur pada Lord Blessed and Holy Night karena kemampuan dasarnya tidak hilang.Suara langkah pertama seseorang yang masuk ke dalam area kamarnya. Lalu langkah kedua dan kini langkah ketiga.Heanvely menarik pintu, menampakan diri sebelum menarik kedua tangan orang yang memasuki kamarnya dengan cepat, menindih tubuhnya sampai menghantam lantai dengan kedua t

    Last Updated : 2025-03-14
  • Pembunuh Surgawi   8. Kondisi tubuh baru

    Heinz.Hanya Heinz yang artinya rumah.Sejujurnya Nerisa cukup terkejut karena meskipun sudah saling mengenal selama lima tahun, ini pertama kalinya dia memberitahukan nama aslinya.Saat di Akademi Aster, Nerisa kesulitan memanggilnya yang tidak bernama, teman-teman seangkatannya kadang memberikan sebutan konyol atau sebatas 'Hei'. Dan sampai sekarang pun, Nerisa tidak tahu kenapa dia tidak menggunakan nama aslinya dari awal. Dia cukup yakin ada alasan kuat dibaliknya."Jadi, Heavenly—, maksudnya Heinz. Dokter Neil akan datang dan memeriksa kondisi tubuhmu. Kau tidak akan kesulitan bergerak jika tahu kondisi tubuh yang sekarang kau pakai dengan mendetail. Kita juga harus tahu apakah tubuh kurus kering itu bisa masuk ke Akademi Aster. Kau tahu sendiri kualifikasi masuk ke sana sangat berat, kan?" Tanya Nerisa, melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya.Heinz tidak membantahnya meskipun saat di tubuh aslinya, dia sama sekali tidak kesulitan saat masuk ke Akademi Aster. Mungkin

    Last Updated : 2025-03-14
  • Pembunuh Surgawi   9. Kehidupan di tubuh baru

    "Misi dengan pria bernama Raze, seseorang yang membuat pada aristokrat merasakan kegelisahan karena perbuatannya yang mengincar mereka dinyatakan gagal, dengan target yang masih hidup, anggota Eve yang mati, dan satu saksi yang masih hidup." Ujar pria beruban dengan potongan rambur slipback, duduk di kursi yang terletak di belakang cahaya lampu, membuat seluruh tubuhnya tidak terlihat, hanya ada gelap.Nerisa meneguk ludah mendengar nada dingin yang tajam itu sedangkan Heinz hanya membuang pandangan ke arah lain dengan wajah cuek meskipun tahu bahwa kemarin adalah kegagalan dan kesalahannya."Bagaimana kau akan mengurus saksi, Heavenly? Belum lagi tindakanmu yang membunuh Ricadh saat misi. Aku selalu mentolerir sifatmu yang membunuh rekan saat misi, jika misimu berhasil. Namun, kau berharap apa saat misimu gagal dengan menyedihkan seperti ini?" Tanya Ulrich dengan tajam dan dingin, dari caranya bicara, dia tidak peduli pada penampilan tubuh baru Heinz karena baginya, Heinz tetaplah He

    Last Updated : 2025-03-17
  • Pembunuh Surgawi   Prolog

    'Heavenly sudah membunuhnya malam itu.'...Tidak ada jalan keluar. Raze, pria dengan wajah penuh luka menjerit kesakitan saat peluru menancap di bahu, lengan, dan kakinya. Pembunuh surgawi yang legendaris ... sepertinya bukan jumlah mayat saja yang membuatnya dijuluki seperti itu. Tapi sifat kejamnya yang membunuh siapapun yang bukan target tanpa ampun.Heavenly—si pembunuh surgawi yang dimaksud—mengambil amunisi peluru dari balik coat, selagi Raze—targetnya dalam misi membunuh malam ini— tertatih-tatih untuk melarikan diri karena dua peluru bersarang di kakinya. Heavenly mengisi peluru dengan cepat dan selesai sebelum kepalanya mendongkak tatkala mendapati anak pirang yang sudah dia tusuk sebelumnya muncul dari pintu dengan napas tersendat dan jejak darah di bawah kaki dan perutnya."Kau masih belum mati?" Tanya Heavenly menghela napas kasar."Siapa dia?" Tanya Nerisa, rekan Heavenly."ARRGHHH!" Anak muda pirang itu berteriak dan berlari ke arah Heavenly.Heavenly hanya berdecak pel

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • Pembunuh Surgawi   9. Kehidupan di tubuh baru

    "Misi dengan pria bernama Raze, seseorang yang membuat pada aristokrat merasakan kegelisahan karena perbuatannya yang mengincar mereka dinyatakan gagal, dengan target yang masih hidup, anggota Eve yang mati, dan satu saksi yang masih hidup." Ujar pria beruban dengan potongan rambur slipback, duduk di kursi yang terletak di belakang cahaya lampu, membuat seluruh tubuhnya tidak terlihat, hanya ada gelap.Nerisa meneguk ludah mendengar nada dingin yang tajam itu sedangkan Heinz hanya membuang pandangan ke arah lain dengan wajah cuek meskipun tahu bahwa kemarin adalah kegagalan dan kesalahannya."Bagaimana kau akan mengurus saksi, Heavenly? Belum lagi tindakanmu yang membunuh Ricadh saat misi. Aku selalu mentolerir sifatmu yang membunuh rekan saat misi, jika misimu berhasil. Namun, kau berharap apa saat misimu gagal dengan menyedihkan seperti ini?" Tanya Ulrich dengan tajam dan dingin, dari caranya bicara, dia tidak peduli pada penampilan tubuh baru Heinz karena baginya, Heinz tetaplah He

  • Pembunuh Surgawi   8. Kondisi tubuh baru

    Heinz.Hanya Heinz yang artinya rumah.Sejujurnya Nerisa cukup terkejut karena meskipun sudah saling mengenal selama lima tahun, ini pertama kalinya dia memberitahukan nama aslinya.Saat di Akademi Aster, Nerisa kesulitan memanggilnya yang tidak bernama, teman-teman seangkatannya kadang memberikan sebutan konyol atau sebatas 'Hei'. Dan sampai sekarang pun, Nerisa tidak tahu kenapa dia tidak menggunakan nama aslinya dari awal. Dia cukup yakin ada alasan kuat dibaliknya."Jadi, Heavenly—, maksudnya Heinz. Dokter Neil akan datang dan memeriksa kondisi tubuhmu. Kau tidak akan kesulitan bergerak jika tahu kondisi tubuh yang sekarang kau pakai dengan mendetail. Kita juga harus tahu apakah tubuh kurus kering itu bisa masuk ke Akademi Aster. Kau tahu sendiri kualifikasi masuk ke sana sangat berat, kan?" Tanya Nerisa, melirik jam yang melingkar di pergelangan kanannya.Heinz tidak membantahnya meskipun saat di tubuh aslinya, dia sama sekali tidak kesulitan saat masuk ke Akademi Aster. Mungkin

  • Pembunuh Surgawi   7. Akhir dari Pembunuh Surgawi

    Heavenly sudah berlari secepat yang dia untuk bersembunyi tepat di balik pintu dan berhasil. Dia mengatur napasnya, tubuh baru yang kurus ini bahkan kesulitan di bawa berlari dalam jarak yang tidak sampai satu meter. Berbeda dengan tubuh Heavenly sebelumnya yang kuat berlari maraton tanpa kehabisan napas.Jelas perbedaan tubuh yang signifikan ini mengganggu benaknya. Heavenly mengatur napasnya agar lebih tenang dan senyap, menyembunyikan aura tubuh, dia memejamkan netra, memfokuskan pendengarannya agar lebih tajam dan akurat. Semoga saja kemampuan dasarnya masih berfungsi di tubuh barunya.Sekarang terdengar. Diam-diam Heavenly bersyukur pada Lord Blessed and Holy Night karena kemampuan dasarnya tidak hilang.Suara langkah pertama seseorang yang masuk ke dalam area kamarnya. Lalu langkah kedua dan kini langkah ketiga.Heanvely menarik pintu, menampakan diri sebelum menarik kedua tangan orang yang memasuki kamarnya dengan cepat, menindih tubuhnya sampai menghantam lantai dengan kedua t

  • Pembunuh Surgawi   6. Kematian dan Kebangkitan

    'Ada apa ini sebenarnya?' Batin Nerisa berteriak frutasi tatkala mencondongkan tubuh ke lubang di gerbong, menatap Heavenly yang terjatuh dari rel kereta ke sungai besar di bawahnya.Nerisa berdecak, dan lagi siapa pemuda pirang yang ikut jatuh bersamanya? Apa dia termasuk orang-orang yang mengincar nyawa Heavenly?Gadis berambut sebahu itu menoleh, menahan darah agar tidak terus menerus merembes keluar dari peluru yang tertanam di lengannya. Dia segera menarik mayat Ricadh, membawa bersamanya ke arah lubang di gerbong. Nerisa tidak menghentikan aktivitasnya saat bersitatap dengan Raze yang juga tengah berusaha menyeret satu kakinya untuk melarikan diri.Sial.Sekarang Nerisa tidak punya tenaga dan peluru untuk menghabisinya. Nerisa tidak punya pilihan."Jangan menganggap melarikan diri berarti kau lepas dari para aristokrat yang menyewa pembunuh bayaran."Raze menoleh dengan bibir meringis dan mata memburam, mengernyit menatap Nerisa yang berdiri di depan lubang gerbong."Ini hanya p

  • Pembunuh Surgawi   5. Ramalan kematian yang jadi nyata

    Pria jubah cokelat dekil itu berdiri di depan pintu gerbong yang terbuka, tangannya terjulur menodongkan pistol pada Heavenly, mengambil satu langkah mendekat.Netra Heavenly membelalak sebelum terbatuk, memegang sekitar area yang tertembak dengan tubuh jatuh bertopang pada satu kaki ke lantai.Pundak Heavenly bergetar kesakitan. "Apa ini benar-benar malam kematianku?"Melihat kondisi pembunuh surgawi itu yang mengenaskan membuat pria jubah cokelat mengambil langkah berani untuk mendekat tanpa menurunkan pistolnya."Bercanda." Ujar Heavenly nyengir sambil menyibak coat menampilkan rompi anti pelurunya membuat pria jubah cokelat itu membelalak terkejut.Dia sudah melangkah mundur dan ingin kembali menarik pelatuk namun kalah cepat dengan Heavenly yang menyerang telapak tangannya, membuat pistolnya terjatuh. Heavenly mencengkram tangan pria jubah cokelat, menahannya agar tidak melarikan diri sambil bangkit berdiri."Uhuk-uhuk!" Pria jubah cokelat itu terbatuk dengan darah keluar dari bi

  • Pembunuh Surgawi   4. Malam Ramalan

    "Ricadh, Nerisa, sudutkan dia."Kedua orang itu segera mematuhi perintah, kembali memenuhi gerbong dengan suara gema pistol, ketiganya jadi saling adu tembak, Nerisa menyeret steward wanita yang menjerit histeris, mendorong punggungnya agar berlari dan bersembunyi di balik bar counter.Steward wanita itu berlari melewati Heavenly yang tengah menjentikan telunjuk, mengaktifkan titik stela 'S' pada telapak kanannya sebelum kedua netranya bersinar sekilas, tanda kemampuan 'seek'nya aktif.Heavenly mengedarkan pandangan ke seluruh gerbong, melihat apakah ada yang terlewat dari kemampuan melihat normalnya dengan 'seek' yang dapat melihat sesuatu tersembunyi.Namun nihil.Pria berjubah cokelat dekil itu tidak ada di gerbong ini, hanya ada steward wanita yang meringkuk ketakutan di balik bar counter.Perasaannya gusar dengan jantung berdebar dalam arti buruk. Apa Heavenly melewatkan sesuatu? Meskipun disebut legendaris tapi tetap saja dia sudah kepala tiga, lupa dan terlewat adalah hal norma

  • Pembunuh Surgawi   3. Terancam gagal

    Suara mesin kereta dan bagaimana efek getaran pada gerbongnya tidak serta merta membuat Ricadh tenang. Pria pendek dengan rambut cokelat itu meneguk birnya dengan jari gemetar dan keringat membasahi pelipis. Raut wajahnya pias dengan jantung berdebar kencang dalam artian buruk.Ini gawat.Padahal dirinya adalah pembunuh bayaran.Tapi dia tidak bisa menekan rasa takutnya sendiri tatkala aura dari Heavenly yang duduk membelakangi dirinya di depan bar counter menguar sampai terasa memenuhi udara di dalam gerbong kereta restorasi ini. Menghantarkan kekeringan pada kerongkongan Ricadh dengan bulu kuduk berdiri."Gila." Komentar Ricadh pelan. Padahal Heavenly hanya duduk meminum bir sambil menunggu target bernama Raze mati karena racunnya, namun aura kuat dan hawa membunuhnya membuat jiwa Ricadh terguncang.Ricadh baru terjun ke dunia gelap ini setahun yang lalu, karena keluarganya kaya raya maka berhubungan dengan dunia bawah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk kepentingan bisnis bagian i

  • Pembunuh Surgawi   2. Misi

    Heavenly bersandar pada jok belakang, netranya melirik pada pejalan kaki di trotoar yang dibangun dari koblestone. Meskipun sudah berada di tahun 2025, tapi sepertinya Duchess Koronra yang mengelola provinsi Thaloria ini masih tetap ingin mengabadikan tampilan estetik dan klasik khas abad pertengahan.Dimulai dari lampu jalanan, dan bangunan-bangunan bergaya klasik. Suasananya sama dengan provinsi Avelora, tempat tinggal Heavenly sekarang, meskipun Avelora punya sedikit sentuhan futuristik pada sebagian bangunannya.Pintu depan kiri mobil dibuka, wanita berambut hitam lurus sebahu dengan celana jeans biru ketat, kaos putih dan jaket kulit hitam masuk dan duduk di jok sebelah kemudi."Kau menjatuhkan lisensimu di kamar hotel." Tukas Nerisa, menyodorkan kartu persegi panjang yang dilapisi bahan mengkilat dan keras.[Lisensi Pembunuh Bayaran]Nama : -Nama Kode : HeavenlyTgl Lulus Akademi Aster : 1 Januari 2020Prophet : The prophet Caph - God.Dibuat oleh Akademi Aster...."Terimakasi

  • Pembunuh Surgawi   1. Pembunuh Surgawi

    —Satu hari sebelumnya.—...Di dunia ini, tidak ada manusia baik dan manusia jahat. Semuanya hanya tergantung perspektif. Yang tersisa hanyalah 'manusia' ... yang menjalani hidup mereka.Itu adalah idealisme dari seorang 'manusia' yang sudah membunuh lebih dari seratus ribu nyawa manusia lain dengan tangannya."Bagaimana mungkin manusia bisa semudah itu merenggut nyawa manusia lain?" Tanya pria pelontos yang bersingsut mundur dengan kedua kaki yang sudah kehilangan motoriknya, pantatnya menyeret darah di lantai berdebu dengan pencahayaan yang hanya berasal dari cahaya purnama dengan gugusan bintang di langit malam.Menatap sengit dengan bibir bergetar, tidak menutupi kebencian dan ketakutannya pada seorang pria yang sudah membunuh seratus orang teman-temannya yang kini berserakan di sekitarnya.Tubuhnya diseret mundur dengan jantung bertalu tatkala pria yang dia maksud melangkah mendekat memicu gema dari alas sepatu pentofelnya.Satu gema, satu detakan jantung yang melompat keluar kar

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status