Share

Bab 486. Jalan yang Paling Sakit

[Setiap mata ini terpejam, aku melihat senyummu di sana. Tetapi saat mata ini terbuka, dan tidak melihat apapun, aku menyadari betapa aku merindukanmu. Aku tidak sanggup menanggung ini. Rima kekasih Wisnu, aku tunggu kedatanganmu]

Senyumanku terbit seiring dengan tombol send membawa isi hati ini kepadanya. Ungkapan yang hanya bisa dituangkan dalam tulisan. Aku tidak bisa membayangkan kalau aku berucap seperti ini. Pasti terlihat konyol.

Balasan darinya langsung masuk. Emoticon bergambar hati yang berdebar-debar. Hanya gambar, tetapi menghangatkan hati ini.

Aku membaringkan tubuh, sambil memeluk guling. Bernapas lega karena percakapan kami begitu indah. Sempat terselip kekawatiran kalau Rima menanyakan tentang pekerjaanku, ternyata tidak. Dia bukan wanita biasa yang mencecar laki-laki dengan pertanyaan saat dia enggan bercerita. Justru dia secara tersirat memberiku semangat.

Tertinggal bagaimana aku menyampaikan hasil pekerjaanku kepada Papi Kusuma dan Mama. Walaupun aku tahu, mereka p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status