Share

102. Jemput Aku

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-10 13:31:45

"Nia!" teriak seseorang yang berdiri di depan pintu dengan manik yang melebar serta kepalan tangan dikedua sisi tubuhnya.

Seketika Nia mendorong kasar dada Dokter Doni lalu memandang seseorang yang berteriak tadi.

"Mas!" ucapnya lirih. Beberapa saat yang lalu, ia melepaskan pelukannya sekarang pria itu malah melihat kejadian memalukan seperti ini.

"Hebat kamu ya! Apa ini yang kamu lakukan selama ini, hah?"

Nia tentu tidak terima dengan ucapan Bara. Sungguh ia tidak akan tahu kalau kejadiannya seperti ini dan bodohnya pasrah saja dengan perbuatan Dokter Doni.

"Aku ... aku, bukan ini tidak seperti yang kamu li-"

"Lalu kalau aku gak menghentikan, pasti kalian akan lebih jauh lagi berbuat!" seru Bara kemudian berjalan mendekat dan menarik tangan Nia dengan kasar dan berdiri di depan tubuh Nia, seolah melindungi wanita itu dari Dokter Doni. Netranya menatap tajam ke arah Dokter itu sambil berkata.

"Nia istri saya dan saya harap Dokter bisa menjaga batasan itu."

Setelahnya Bara langsung ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   103. Tidur Bareng

    "Jadi gimana perasaan kamu sekarang setelah bertemu dengan mantan su-""Gak gimana-gimana, Al! Kamu tentu tahu apa yang aku rasakan. Dan sampai kapanpun rasa yang dulu ada telah mati," jawab Nia ketus.Harusnya Aldo sadar, bahwa Nia sudah mengatakan kalau tidak bisa begitu saja melupakan masa lalu yang begitu menyakitkan. Tapi kenapa masih bertanya juga.Helaan napas berat keluar dari bibir Aldo dengan pandangan tetap fokus ke jalanan yang ada di depan."Ya, aku pikir cinta kamu bersemi kembali setelah melihat dia. Ya, usia kamu kan biasanya usia puber kedua."Nia sampai menoleh dan memandang wajah sahabatnya itu, kalau saja mungkin pria di sampingnya ini bukan Aldo tapi jelmaannya."Ini beneran kamu, Al? Bukan jin yang wajahnya mirip kamu kan?" tanya Nia memandang tidak percaya. "Koq ngomongnya begitu?"Pria itu tersenyum tetapi tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan.Setelahnya Nia tidak berkata-kata lagi, dan Aldo sepertinya tidak mau memperpanjang pertanyaan yang pastinya nan

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-12
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   104. Hati Yang Membatu

    "Papa ... Papa ...!" panggil bocah berusia lima tahun itu.Sejak lepas dari pelukan Bara dan Nia mengambil paksa anaknya itu, selama itu pula Bima tak henti-hentinya merengek menyebut sang Papa."Sudah, diam, sayang!" pinta Nia sambil merebahkan Bima di ranjang king size, yang ada di kamar sang Bunda. "Mama sudah bilang, dia bukan Papanya Bima. Dia cuman orang asing yang ngaku-ngaku Papanya Bima."Bima menggeleng dengan bibir mengerucut. "Mama bohong! Itu Papanya Bima."Nia terdiam, ia sendiri juga binggung kenapa anaknya ini yakin banget kalau Bara adalah Papanya. Kalau hanya sekedar ucapan, Bima tidak akan seyakin itu jika tidak ada hal lain yang membuatnya sangat percaya.Tanpa Nia ketahui, Bara telah menunjukkan foto pernikahannya dengan Nia pada Bima, makanya bocah itu langsung percaya begitu saja.Bara sendiri, meskipun sudah bercerai tapi ia tidak menghapus foto-foto yang ada di galeri ponselnya. Saat itu tujuannya agar tetap mengenang Nia tapi dalam hal kebencian, ia tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-16
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   105. Yang Dilakukan Riana

    "Nia!"Nia menolehkan kepalanya pada panggilan lembut seorang wanita. Wajahnya seketika tegang mendapati wanita itu tengah menatapnya dengan tersenyum kemudian menipiskan jarak dan memeluknya. Untuk beberapa detik Nia masih terpaku belum membalas pelukan tersebut sampai suaranya kembali terdengar. "Mama kangen banget sama kamu. Maafin Mama ya sudah buat kamu sedih."Saat itu juga hati Nia berdesir, mendengar suara serak menahan sesuatu. Pada dasarnya ia tidak membenci wanita itu, tetapi karena dia membenci Bara jadi otomatis akan membenci siapa saja yang berkaitan dengan mantan suaminya itu."Mama tahu kamu pasti benci dengan Mama," ucap Riana lalu mengurai pelukan karena ia merasa Nia masih memberi jarak, terlihat dari sikapnya yang tidak membalas pelukan ataupun berkata-kata. "Tapi, Mama sayang sekali sama kamu." Pada ucapan terakhir Riana meneteskan buliran bening dari sudut matanya.Sontak Nia langsung teringat sosok sang Bunda, yang sama-sama menyayanginya."Ma ...!" panggil Nia,

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   106. Datang ke Rumah

    TingBunyi pesan masuk di ponsel Bara, mengalihkan pandangannya dari layar laptop di meja kerjanya. Bara meraih ponselnya yang berada di sisi kanan duduknya. Dengan malas membuka layar yang sudah mengelap itu, lalu seketika maniknya melebar saat nama Nia Sayang adalah sang pengirim pesan. Jantungnya berdegup kencang, pasalnya ini adalah kali pertama wanita itu mengirimkan pesan pasca bercerai."Kalau mau ketemu Bima, datang ke rumah dan segera pergi ketika aku pulang." Itulah isi pesan Nia.Wajah Bara berubah sendu. Ia pikir Nia sudah bisa memaafkan dirinya meski ia sadar kesalahannya terlalu besar."Oke, aku pastikan kamu akan kembali padaku," gumam Bara mendadak kepercayaan dirinya muncul lalu seringai tipis dari bibirnya. "Tidak lama lagi."Tanpa menunda lagi, segera ia bereskan kerjaannya dan beranjak ke rumah Nia. Tak lupa Bara sengaja mampir di supermarket dulu untuk membelikan Bima makanan ringan.Beberapa jam kemudian, Bara menghentikan mobilnya di depan rumah bernuansa minim

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   107. Takut Ancaman Nia

    "Yakin, mau melepaskan jabatan Rektor demi wanita, hmm?"Setelah kemarin mencoba berbaikan dengan Nia, nyatanya wanita itu masih menutup rapat pintu hatinya, mungkin juga maafnya karena Nia selalu diam saat Bara meminta maaf. Dan Bara sudah bertekad untuk mengejar kembali mantan istrinya itu. Dan yang terpikirkan olehnya saat ini adalah berada di dekatnya. Keputusan yang ia ambil adalah, melepaskan jabatannya sebagai Rektor dan meminta tempat di rumah sakit milik sang sepupu, Kalandra. Toh, sebelum menjadi Rektor, ia adalah seorang Dokter, jadi tidak ada masalah dengan perubahan itu."Bukan wanita, Ndra," jawab Bara lalu menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Tapi demi keluarga kecilku.""Bulshit!" Andra menjawab cepat dengan tatapan datar. "Jangan bodoh karena wanita. Ingat, dia pernah selingkuh. Ah, wanita dimana saja sama a-""Stop!" Bara melotot tajam mendengar hinaan dari sang sepupu. Kepala Bara mengeleng. "Dia tidak selingkuh, aku yang sudah salah paham deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-27
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   108. Mau Nikah

    Ketukan pada jendela kaca mobil, menghentikan dua orang yang saling menempelkan bibirnya itu. Nia yang lebih dulu sadar, kemudian dia mendorong kasar dada Aldo untuk menjauh."Kalau seperti ini apa aku harus menikahimu besok?" tanya Aldo menatap lekat Nia, mengabaikan suara di luar yang sudah berisik.Ketukan itu kembali terdengar dan kali ini terdengar lebih kencang."Buruan turun, atau kamu mau kita dinikahkan sekarang juga di sini, hah?" suara Nia bukan seperti orang memerintah tetapi menggoda Aldo. Wanita itu memberikan kerlingan di matanya."Sudah berani ya, kamu!" gumam Aldo sambil menggelengkan kepalanya, melihat ulah Nia.Tok tok tok. Ketukan itu semakin kencang dan Aldo masih betah di dalam mobil."Buruan keluar!" sentak Nia pada akhirnya yang melihat Aldo tidak terpengaruh sama sekali.Aldo membuang napas panjang, masih memikirkan Nia. Kenapa wanita itu dengan mudahnya bisa menggodanya."Oke," balasnya sebelum membuka pintu dan turun. "Mas, kenapa berhenti mendadak? Kamu ga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-04
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   109. Menjadi Milikku

    “Mulai minggu depan, anda akan menjadi asisten Dokter baru di poli umum!” ucap Kalandra tegas. “Dan untuk urusan mendampingi suster baru, sudah saya limpahkan sama yang suster lain.”Siapapun pasti tahu siapa sosok pria bernama Kalandra atau biasanya yang orang tahu Dokter arogan. Kalandra atau yang biasa disapa Dokter Andra adalah Direktur Aditama Hospital sekaligus putra dari pemilik rumah sakit.Nia masih bertahan di tempat duduknya tanpa bertanya lebih dulu. Menghadapi Andra harus dengan tenang kalau salah melangkah akan berakhir dengan pemecatan. Sudah banyak kasus, Dokter, perawat ataupun pegawai rumah sakit yang tidak menurutinya akan dipecat saat itu juga. Dan Nia tidak bisa membayangkan kalau ia dipecat. Bagaimana dengan anak dan Bundanya kalau itu semua terjadi. Ah, Nia hanya bisa mengelus dada untuk bersabar menghadapi orang nomor satu di rumah sakit ini.“Saya tahu kinerja anda yang baik dan selalu bersikap professional terhadap pekerjaaan. Saya harapkan juga kalau anda ju

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-09
  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   110. Gila Tanpamu

    "Bun, mobil siapa di depan itu?" tanya Nia ketika sudah masuk ke dalam rumah dan tadi di halaman sempat melihat mobil yang sebelumnya tidak pernah ia kenali. Kalaupun mobil tamu, Nia tidak yakin itu tamunya karena melihat mobil yang harganya bisa ditaksir ratusan juta itu. "Bunda ada tamu, siapa?" Sang Bunda menatap Nia dengan binggung, apakah ia yang harus mengatakannya sendiri atau sang pemilik."Bun, itu mobil siapa di depan?" Nia mengulangi pertanyaannya. Melihat reaksi sang Bunda yang tampak bingung, Nia mulai curiga. Pasti ada yang tidak beres ini, batinnya.Kakinya hendak melangkah namun, sang Bunda memanggilnya. "Nia, janji sama Bunda kamu harus tenang!" ucap Maria sambil menarik lengan Nia agar mendengarkannya.Sementara dari dalam kamar, suara Bima tiba-tiba muncul dan mengalihkan ketegangan diantara Ibu dan anak itu."Mama!" teriaknya lalu menghampiri Nia. Bocah tampan itu bergelanyut manja pada kaki Nia. "Ma, Bima punya mobil baru dibelikan Papa! Ayo kita coba mobil barun

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12

Bab terbaru

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   146. Bhalendra Al Ghifari

    Pyar!Aldo berlari kencang ketika suara benda jatuh seperti pecahan kaca terdengar pada indera pendengarannya ketika ia baru saja masuk ke dalam kamar. Pikirnya sesuatu telah terjadi pada istri dan anaknya.“Hun …!”Tina menoleh pada suara seseorang yang memanggilnya dengan lembut.“Mas, kamu koq sudah pulang?”Mengabaikan ucapan sang istri, Aldo mendekat dengan wajah panik. Kemudian menatap sekitarnya dan mendapati sang anak sedang tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Tetapi mendapati pigura foto istrinya dengan sahabatnya ada di lantai. Dari situ Aldo paham kalau yang jatuh tadi pigura tersebut.“Kamu kenapa?” tanya Aldo setelah menatap sekilas wajah wanita masa lalunya yang sudah tidak ada lagi di hatinya sekarang.Tina tidak paham ucapan Aldo sampai ia melihat manik Aldo yang melirik pigura tersebut.“Oh, tadi aku gak sengaja menjatuhkannya,” jawab Tina. “Ah, maaf ya, kamu khawatir ya?” Wanita itu beranjak berdiri dan hendak memungguti pecahan kaca tersebut.Aldo menahan tangan

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   145. Kontraksi Palsu

    “Sayang,” sapaan itu masuk berbarengan dengan pintu kamar terbuka dan menampilkan sesosok pria yang selalu Nia rindukan. Siapa lagi kalau bukan Bara, sang suami.Setelah beraktifitas seharian di rumah sakit, ia selalu bersiap untuk pulang ke rumah lebih cepat untuk menemui istri tercintanya.Ya, Nia telah membuat keputusan untuk berhenti bekerja. Nia ingin fokus menjadi ibu rumah tangga daan mengurus bayinya sendiri. Menjadi kebanggaan tersendiri ketika ia bisa mengurus keluarganya sendiri bukan ditangan seorang ART.Toh, uang Bara masih sanggup membiayai hidupnya dengan anak-anak mereka. Jadi untk maasalah keuangan Nia yakin sejauh ini tidak ada yang perlu dikhawatirkan.“Mas …!”Nia merentangkan kedua tangannya, bersiap memeluk suaminya itu. Tanpa ragu pria itu merangkak naik dan ikut berbaring di sebelah Nia. Memeluk wanita itu dari samping dan melabuhkan kecupan-kecupan di keningnya.Sekarang usia kandungan Nia sudah mendekati HPL.“Kenapa gak bangun, hmm?” tanya Bara setelah meng

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   144. Bye, Papa

    “Gak kerja?”Nia mendengus sambil menatap kesal pada sang suami ketika pria itu keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Berjalan menuju tempat tidur untuk mendekati istrinya yang duduk bersandar di tepi tempat tidur.Kalau bukan karena kejujuran Bara kemarin mungkin Nia akan dengan senang hati berangkat kerja hari ini. Tetapi saat ini sepertinya ia belum bisa berhadapan langsung dengan penghuni rumah sakit yang pastinya akan memberondong dengan banyak pertanyaan.“Kalau saja kamu gak bil-”Ucapan Nia terhenti karena Bara mencuri kecupan pada bibir wanita itu. “Semalam sudah dibahas jadi gak perlu diulang lagi!”Semalam memang membahas tentang bagaimana Nia akan menjawab seputar hubungannya dengan Bara dan mereka berdua setuju dengan keputusan yang dibuat, cuman Nia merasa tidak yakin dengan itu.“Mas!” hardik Nia sambil memukul keras dada sang suami karena Bara kembali mencuri ciuman saat Nia akan melempar sanggahan. “Kamu tuh, bisa diem gak? Jangan sentuh-sentu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   143. Menjaga Miliknya

    “Dokter Bara, Suster Nia pingsan di cafetaria. Saya binggung harus memberitahu siapa, mungkin Dokter bisa membantu saya karena dulu kan Suster Nia adalah asisten, Dokter.”Bara tersentak kaget mendengar serentetan kata dari salah seorang suster yang bertugas di poli UGD.“Koq bisa?” Pria itu beranjak berdiri dari meja kerjanya kemudian menghampiri Suster tersebut. Sekarang Bara sudah tidak lagi bertugas di poli UGD karena ia sudah pindah ke poli Jantung sesuai dengan spesialisnya, sedangkan Nia masih tetap menghuni poli UGD. “Sekarang masih di cafetaria?”Belum juga mendapat jawaban Dokter spesialis Jantung itu berjalan lebih dulu namun langkahnya terhenti ketika Suster tersebut menyebutkan tempat yang lain dari yang tadi.“Sekarang sudah di UGD, Dok.”Bara pada akhirnya memutar haluan untuk menuju poli UGD, karena poli tersebut berbeda arah dengan jalan yang sudah dilalui tadi.Sampai di poli UGD.Bara langsung masuk begitu saja sembari bertanya pada Dokter yang ada di sana. “Dimana

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   142. Perlakuan Manis

    “Mas, Tina sudah melahirkan. Aku boleh jeguk kan?”Satu pertanyaan Nia berhasil mengusik konsentrasi sang suami. Pria itu sedang serius menatap layar laptop untuk membaca riwayat kesehatan pasien-pasiennya yang hendak dioperasi.“Tanya dulu apa suaminya itu ada atau tidak! Aku gak mau kamu ketemu dengan pria itu.”Bara memang sudah antipati dengan yang namanya Aldo. Ia hanya sedang menjaga miliknya agar tetap berada di batasnya.Nia mendesis kesal, suaminya itu kalau sudah cemburu seperti itu membuatnya tidak bebas. Tetapi paham juga kekhawatiran Bara. Beruntung Bara tidak tahu kalau Aldo saat itu pernah mengatakan kalau masih mencintainya. Kalau tahu, mungkin pria itu sudah melarang sepenuhnya berhubungan dengan Tina.“Ish … terus kalau Aldo di rumah suruh pergi gitu?”“Sekarang sudah di rumah?” tanya Bara memastikan.“Eh, gak tahu ya. Tina cuman bilang kalau dia sudah melahirkan, bayinya perempuan, cantik kayak dirinya,” sahut Nia tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel. “Ben

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   141. Bantu Aku

    Enam bulan kemudian.Tepat pukul satu siang, Tina melahirkan anak pertamanya. Bayi berjenis kelamin perempuan itu tampak cantik sekali, perpaduan wajah Tina dan Aldo. Suara tangisnya terdengar keras sekali di ruangan persalinan. Wajah Aldo juga terlihat lega setelah menemani sang istri yang masih lemas itu.Aldo mengambil alih untuk mengumandangkan adzan di telinga putri kecilnya itu. Rasa haru dan takjub menyelimuti pria itu. Tidak menyangka ada anak yang akan memanggilnya dengan sebutan Papa di hidupnya.Beberapa menit berlalu. Pria itu menyandarkan bayi mungilnya di dada dan ia dapat merasakan hangat nafas bayi tersebut. Selama ini ia hanya mengenal Bima saja dan ketika melihat putrinya ini Aldo lebih sangat bahagia.Sedangkan, Tina sendiri hanya melihat dengan bibir yang sedikit tertarik antara bahagia dan sedih. Bahagia karena anaknya sudah lahir ke dunia, sedih karena belum ada perubahan yang lebih baik, hubungannya dengan sang suami.Meski cinta belum hadir di hati suaminya itu

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   140. Memintanya Lagi

    “Wah, cucu Oma sudah pulang ya? Gimana acaranya seru gak?”Suara Maria sudah terdengar ketika Bara membuka pintu dengan mengendong Bima yang sudah tertidur pulas. Kebetulan hari ini akhir Minggu dan waktunya berlibur ke rumah Maria.“Eh, Bima tidur ya?” Maria melanjutkan bertanya.“Iya, Bun,” jawab Bara singkat. Suasana hatinya masih buruk sejak melihat Aldo mengenggam tangan istrinya. “Maaf, Bunda. Bima boleh tidur sama Bunda gak?”Tanpa bertanyapun, Maria setuju saja. Lagian dengan adanya Bima dia jadi tidak sendirian tidurnya.“Boleh dong, ya sudah cepat bawa ke kamar Bunda!” pinta Maria pada Bara.Kaki panjang Bara melangkah menuju kamar sang mertua. Tidak lama Nia datang dan melihat Bara yang berjalan tidak ke kamar mereka.“Lho, Bima mau dibawa ke mana, Mas?” teriaknya. Namun, Bara tidak peduli pertanyaan wanita itu. Sedangkan Maria yang sudah berjalan di depan Bara tidak mendengar ucapan putrinya itu.Kesal, lagi-lagi Bara melakukan tindakan tanpa memberitahukannya. Nia berjala

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   139. Sekali Kamu Melangkah

    “Om Ayah!”Teriakan bocah yang mengema itu membuat Aldo tersentak kaget. Bukannya tidak suka tapi ia tidak akan menyangka kalau dipertemukan lagi dengan Bima setelah semua masalah diantara dirinya dengan Nia. Bima, bocah yang ia sayangi dan sudah dia anggap seperti anak kandungnya sendiri.Manik Aldo menyiratkan kebahagiaan. Pria itu seketika berjongkok dan merentangkan kedua tangannya ke samping agar bocah tersebut masuk ke dalam dekapannya. Benar saja, begitu melihat yang dilakukan Aldo, Bima langsung berlari kemudian membenamkan wajahnya di leher Aldo. Seolah mereka tidak bertemu puluhan tahun.“Aku kangen sama Om Ayah!” celetuk Bima yang membuat Aldo makin teriris hatinya.Aldo membisu, tidak menjawab ucapan Bima. Membiarkan indera penciumannya untuk beberapa saat menikmati aroma minyak telon yang ada di tubuh Bima.“Kata Mama, aku sudah gak boleh ganggu Om Ayah lagi! Karena Om Ayah mau punya adik bayi.”Aldo semakin menekan tubuhnya pada tubuh Bima. Detak jantungnya berpacu lebi

  • Pembantu Rahasia Sang Rektor   138. Tatapan Penyesalan

    Di ruangan Bara.Baik Nia dan Bara terkesiap menatap isi amplop coklat pemberian Dokter Kalandra.“Mas, sepupu kamu itu ternyata diluarnya saja yang galak ya tapi dalamnya … tidak diragukan lagi,” puji Nia sambil terkikik, masih sulit mempercayai sikap Dokter Kalandra.“Dalamnya?” Bara mengulangi ucapan istrinya itu sambil menatap curiga. “Memang kamu sudah tahu dalamnya dia seperti apa, hah?”“Yee … malah sewot ini orang! Maksud aku itu kan secara yang terlihat diluar itu dia adalah pria galak, buktinya marahin OG tadi seperti punya salah besar banget padahal kan cuman terlambat saja. Itupun beberapa menit saja. Tetapi koq dia bisa-bisanya ngasih kado seperti ini. Sehingga aku mikirnya dia itu pria yang perhatian gitu lho!” Nia menjelaskan dengan panjang lebar agar Bara mengerti maksudnya.Bukannya tidak paham, Bara hanya sedikit tidak suka kata dalamnya yang diucapkan Nia seolah wanita itu tahu seperti apa sosok sang sepupu.“Iya, aku sudah tahu maksudmu!” balas Bara santai. Pria it

DMCA.com Protection Status