Sekalipun Dewa Digdaya merasa takut pada Yoga, amarahnya tetap tersulut karena ucapan ini. Berani sekali orang ini menyuruh mereka bunuh diri. Berani sekali dia meremehkan mereka!Ini adalah penghinaan besar bagi Dewa Digdaya. Hanya saja, dia tidak akan memperburuk situasi sebelum situasi benar-benar terdesak. Bermusuhan dengan ahli bela diri seperti ini hanya akan merugikan diri sendiri.Dewa Digdaya masih harus memimpin pasukannya menyerang Pulau Neraka. Jika kehilangan banyak pasukan, bagaimana bisa dia memenangkan pertempuran?Dewa Digdaya menenangkan diri sebelum berkata, "Karena mereka bawahanmu, gimana kalau aku melepaskan mereka saja?"Menurut Dewa Digdaya, Raja Naga dan lainnya sudah terluka sehingga tidak akan menimbulkan ancaman apa pun untuknya.Yoga terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Kamu mencuri barangku dan melukai orangku, lalu menyuruhku pulang dengan tangan kosong? Kamu nggak merasa ucapanmu ini nggak masuk akal?"Sepertinya tidak ada cara untuk berdamai lagi. Dewa Dig
Yoga menghampiri Dewa Digdaya dan keempat kepala keluarga itu. Dia meledek, "Cuma ini kemampuan kalian? Kalian masih berani berkoar-koar di depanku? Malu-maluin saja. Ayo, beri tahu aku pesan terakhir kalian."Dewa Digdaya tampak berdarah-darah dan ketakutan. Dengan suara bergetar, dia bertanya, "Se ... sebenarnya siapa kamu?"Dewa Digdaya tentu tidak percaya Yoga adalah kakek Raja Naga dan Hagi. Lagi pula, kedua orang itu tidak punya hubungan darah. Mana mungkin punya kakek yang sama? Dewa Digdaya sampai ingin bertanya, apakah kamu masih kekurangan cucu?Yoga menyahut, "Kalau ini pertanyaan terakhirmu, aku bisa menjawabmu."Dewa Digdaya menatap Yoga dengan penuh penantian. Dia sudah tidak sabar untuk mengetahui jawabannya.Saat berikutnya, Yoga mengangkat kelima orang itu dan melompat turun dari gunung. Ketika tiba di kaki gunung, Yoga berkata dengan lantang, "Ingat baik-baik, yang membunuh kalian adalah Yoga!"Selesai berbicara, Yoga melepaskan topengnya dan memperlihatkan wajahnya.
Enak saja menyuruhku diam!Raja Naga agak panik. "Aku cuma menghargai Kakek. Nggak sepantasnya kita yang sebagai cucu ini membicarakan Kakek di belakangnya, 'kan?"Hagi pun merenungkannya sambil mengangguk. "Ada benarnya. Omong-omong, Raja Naga, keluarga Yoga masih terkurung dalam Penjara Jahanam. Kira-kira Kakek bakal setuju nggak kalau kita meminta bantuannya buat menolong mereka?"Raja Naga berpikir sebentar dan berkata, "Kayaknya agak sulit .... Kalau nggak, bilang saja Yoga itu cucu kita. Sebagai kakek buyutnya, nggak mungkin Kakek menolak untuk menolong keluarga cicitnya, 'kan?"Hagi membalas, "Benar, begitu saja."Tidak lama kemudian, Yoga kembali.Hagi dan Raja Naga bergegas menyambutnya dengan semangat. "Kakek, akhirnya Kakek kembali. Dewa Digdaya dan keempat kepala keluarga itu sudah dibereskan?""Ya." Yoga menjawab singkat. Kemudian, dia mengambil lengan Raja Naga yang patah itu dan menyambungkannya kembali. Dia bahkan menyalurkan banyak energi spiritual ke lengan Raja Naga.
"Jadi, kalau ketemu orang bermarga Kusuma lagi, kalian harus memanggilnya 'kakek'. Mengerti?"Hagi langsung mengangguk dengan terburu-buru. "Aku mengerti. Aku akan menganggap semua orang bermarga Kusuma sebagai kakekku kelak."'Hebat kamu, Yoga. Sudah mati pun, posisimu diuntungkan! Sial!'Mendengarnya, Yoga mengangguk dengan puas. "Kalau begitu, aku akan menolong keluarga Kakek Kusuma kamu di Penjara Jahanam sekarang.""Baik! Baik!" Hagi membungkuk dan mengantar kepergian Yoga.Namun, Raja Naga malah mengerutkan alisnya. "Hagi, apa kamu nggak merasa ada yang janggal?"Hagi membalas, "Apanya yang janggal?"Raja Naga menanggapi, "Kayaknya kita belum bilang kalau mereka ditawan di Penjara Jahanam. Kok dia langsung berangkat ke Penjara Jahanam?"Hagi juga tercengang sekarang. "Iya juga. Kok Kakek tahu?"Raja Naga menambahkan lagi, "Selain itu, masa cuma karena dia pernah ditolong sekali oleh orang bermarga Kusuma, dia langsung menganggap semua orang bermarga Kusuma sebagai saudaranya. Bah
"Kalau begitu, aku akan membatalkan peraturan ini hari ini," seru Yoga."Jangan lancang!" Delapan Jahanam marah. "Kami tahu kamu itu kuat, bahkan Dewa Digdaya dan keempat kepala keluarga diri bukanlah tandinganmu. Tapi, sepintar-pintarnya tupai melompat, akan jatuh juga. Kekuatanmu itu bukan apa-apanya di hadapan kami.""Kami sarankan kamu mundur sendiri, daripada cari mati di sini."Yoga menggeleng. "Dasar pembual!"Delapan Jahanam membalas, "Bocah, jangan memaksa kami melakukannya. Ada banyak penjahat dan pendekar kuno yang kuat di Penjara Jahanam ini. Kalau kami melepaskan mereka, sepuluh klona kamu pun akan remuk menjadi debu."Yoga acuh tak acuh. "Cih, cerewet sekali. Kalian tinggal mundur dan membiarkan aku masuk sendiri, atau membuatku menerobos secara paksa. Buat apa banyak omong kosong seperti itu?""Kamu ...." Delapan Jahanam tidak lagi bisa menahan amarah. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk melepaskan penjahat dari Penjara Jahanam. Bagaimanapun juga, mereka cuma pet
"Lihat, yang menerjang di depan dengan wajah kacau dan pandangan menyimpang, yang ototnya tegap dan penuh kekuatan binatang buas itu keturunan Setan Pengisap Darah.""Roh hitam yang bersembunyi di sudut, yang tubuh kucingnya dibalut baju ketat dan matanya memancarkan sinar dingin itu keturunan Pesona Malam.""Kalau itu, yang tubuhnya berotot, tangannya memegang Pisau Pengisap Darah itu keturunan Setan Berdarah Dingin ...."Sebentar saja, Bimo sudah melontarkan banyak nama."Leluhur mereka itu pemimpin di wilayahnya masing-masing dan menjadi legenda yang memenangkan banyak pertempuran di berbagai tempat bersamaku. Tapi kenapa keturunannya merosot seperti ini? Mereka ditahan dan dijadikan budak di sini, benar-benar memalukan! Siapa yang mengurung mereka?""Ternyata begitu," komentar Yoga yang mendengarnya. "Kalau begitu, pinjam namamu sebentar, ya."Bimo lantas panik dan membalas, "Apa yang mau kamu lakukan, Bocah?"Yoga mengerahkan seluruh aura tubuhnya dan berseru dengan tegas, "Berlut
Yoga berjalan mendekati Penjara Jahanam dan menelusuri Jutaan Iblis dengan pandangannya. Sementara para Jutaan Iblis cuma berlutut dan tidak berani menatapnya.Tiba-tiba, Delapan Jahanam merasa tercengang dan memandang satu sama lain. "Ja ... jangan-jangan ... dia Bimo?""Sepertinya cuma itu penjelasan yang logis!""Tuan Bimo! Akhirnya kamu kembali juga!"Dalam sekejap, Yoga sudah berdiri di hadapan Delapan Jahanam. Dia berkata dengan acuh, "Jadi ini senjata pemungkas kalian?"Tidak disangka, Delapan Jahanam juga langsung berlutut tanpa ragu."Kami, Delapan Jahanam dari Sepuluh Jahanam, menghadap Tuan!"Tuan? Tuan Bimo maksudnya?Yoga bertanya dengan heran, "Kalian mengenalku?"Delapan Jahanam mengangguk. "Guru pernah berpesan, kalau ada seseorang yang bisa menghentikan Jutaan Iblis dengan satu seruan, orang itu adalah gurunya Guru.""Guru menyuruh kami mematuhi semua perintah Tuan. Bahkan kalau disuruh mati pun, kami nggak akan ragu untuk sedetik pun."Yoga bertanya, "Coba bilang, sia
Setelah dilihat, Ayu merasa semakin aneh lagi. Sebab, dia merasakan perasaan yang familier dari orang itu. Siapa dia sebenarnya?Ketika Karina, Nadya, dan yang lainnya melihat sekelompok orang dengan penampilan aneh ini, mereka semua menjadi pucat dan tanpa sadar mendekat satu sama lain. Mereka merasa seolah-olah orang-orang ini adalah iblis yang melarikan diri dari neraka.Setelah melihat Karina dan yang lainnya baik-baik saja, perasaan Yoga yang tadinya cemas, kini telah menjadi lebih lega. Tatapannya beralih pada Ayu dan detak jantungnya berdebar kencang. Apakah wanita yang elegan dan lembut ini adalah ibu kandungnya? Ayu tampak jauh lebih cantik dari perkiraannya.Ayu bertanya dengan dengan nada dingin, "Delapan Jahanam? Apa yang terjadi dengan Penjara Jahanam? Kamu melepaskan jutaan iblis ini, apa nggak takut mereka akan mencelakai orang?"Delapan Jahanam menjawab dengan segan, "Nyonya Ayu, ada yang datang menolongmu. Kamu sudah boleh keluar sekarang. Mohon maaf karena telah menyi