Enak saja menyuruhku diam!Raja Naga agak panik. "Aku cuma menghargai Kakek. Nggak sepantasnya kita yang sebagai cucu ini membicarakan Kakek di belakangnya, 'kan?"Hagi pun merenungkannya sambil mengangguk. "Ada benarnya. Omong-omong, Raja Naga, keluarga Yoga masih terkurung dalam Penjara Jahanam. Kira-kira Kakek bakal setuju nggak kalau kita meminta bantuannya buat menolong mereka?"Raja Naga berpikir sebentar dan berkata, "Kayaknya agak sulit .... Kalau nggak, bilang saja Yoga itu cucu kita. Sebagai kakek buyutnya, nggak mungkin Kakek menolak untuk menolong keluarga cicitnya, 'kan?"Hagi membalas, "Benar, begitu saja."Tidak lama kemudian, Yoga kembali.Hagi dan Raja Naga bergegas menyambutnya dengan semangat. "Kakek, akhirnya Kakek kembali. Dewa Digdaya dan keempat kepala keluarga itu sudah dibereskan?""Ya." Yoga menjawab singkat. Kemudian, dia mengambil lengan Raja Naga yang patah itu dan menyambungkannya kembali. Dia bahkan menyalurkan banyak energi spiritual ke lengan Raja Naga.
"Jadi, kalau ketemu orang bermarga Kusuma lagi, kalian harus memanggilnya 'kakek'. Mengerti?"Hagi langsung mengangguk dengan terburu-buru. "Aku mengerti. Aku akan menganggap semua orang bermarga Kusuma sebagai kakekku kelak."'Hebat kamu, Yoga. Sudah mati pun, posisimu diuntungkan! Sial!'Mendengarnya, Yoga mengangguk dengan puas. "Kalau begitu, aku akan menolong keluarga Kakek Kusuma kamu di Penjara Jahanam sekarang.""Baik! Baik!" Hagi membungkuk dan mengantar kepergian Yoga.Namun, Raja Naga malah mengerutkan alisnya. "Hagi, apa kamu nggak merasa ada yang janggal?"Hagi membalas, "Apanya yang janggal?"Raja Naga menanggapi, "Kayaknya kita belum bilang kalau mereka ditawan di Penjara Jahanam. Kok dia langsung berangkat ke Penjara Jahanam?"Hagi juga tercengang sekarang. "Iya juga. Kok Kakek tahu?"Raja Naga menambahkan lagi, "Selain itu, masa cuma karena dia pernah ditolong sekali oleh orang bermarga Kusuma, dia langsung menganggap semua orang bermarga Kusuma sebagai saudaranya. Bah
"Kalau begitu, aku akan membatalkan peraturan ini hari ini," seru Yoga."Jangan lancang!" Delapan Jahanam marah. "Kami tahu kamu itu kuat, bahkan Dewa Digdaya dan keempat kepala keluarga diri bukanlah tandinganmu. Tapi, sepintar-pintarnya tupai melompat, akan jatuh juga. Kekuatanmu itu bukan apa-apanya di hadapan kami.""Kami sarankan kamu mundur sendiri, daripada cari mati di sini."Yoga menggeleng. "Dasar pembual!"Delapan Jahanam membalas, "Bocah, jangan memaksa kami melakukannya. Ada banyak penjahat dan pendekar kuno yang kuat di Penjara Jahanam ini. Kalau kami melepaskan mereka, sepuluh klona kamu pun akan remuk menjadi debu."Yoga acuh tak acuh. "Cih, cerewet sekali. Kalian tinggal mundur dan membiarkan aku masuk sendiri, atau membuatku menerobos secara paksa. Buat apa banyak omong kosong seperti itu?""Kamu ...." Delapan Jahanam tidak lagi bisa menahan amarah. Setelah berdiskusi, mereka memutuskan untuk melepaskan penjahat dari Penjara Jahanam. Bagaimanapun juga, mereka cuma pet
"Lihat, yang menerjang di depan dengan wajah kacau dan pandangan menyimpang, yang ototnya tegap dan penuh kekuatan binatang buas itu keturunan Setan Pengisap Darah.""Roh hitam yang bersembunyi di sudut, yang tubuh kucingnya dibalut baju ketat dan matanya memancarkan sinar dingin itu keturunan Pesona Malam.""Kalau itu, yang tubuhnya berotot, tangannya memegang Pisau Pengisap Darah itu keturunan Setan Berdarah Dingin ...."Sebentar saja, Bimo sudah melontarkan banyak nama."Leluhur mereka itu pemimpin di wilayahnya masing-masing dan menjadi legenda yang memenangkan banyak pertempuran di berbagai tempat bersamaku. Tapi kenapa keturunannya merosot seperti ini? Mereka ditahan dan dijadikan budak di sini, benar-benar memalukan! Siapa yang mengurung mereka?""Ternyata begitu," komentar Yoga yang mendengarnya. "Kalau begitu, pinjam namamu sebentar, ya."Bimo lantas panik dan membalas, "Apa yang mau kamu lakukan, Bocah?"Yoga mengerahkan seluruh aura tubuhnya dan berseru dengan tegas, "Berlut
Yoga berjalan mendekati Penjara Jahanam dan menelusuri Jutaan Iblis dengan pandangannya. Sementara para Jutaan Iblis cuma berlutut dan tidak berani menatapnya.Tiba-tiba, Delapan Jahanam merasa tercengang dan memandang satu sama lain. "Ja ... jangan-jangan ... dia Bimo?""Sepertinya cuma itu penjelasan yang logis!""Tuan Bimo! Akhirnya kamu kembali juga!"Dalam sekejap, Yoga sudah berdiri di hadapan Delapan Jahanam. Dia berkata dengan acuh, "Jadi ini senjata pemungkas kalian?"Tidak disangka, Delapan Jahanam juga langsung berlutut tanpa ragu."Kami, Delapan Jahanam dari Sepuluh Jahanam, menghadap Tuan!"Tuan? Tuan Bimo maksudnya?Yoga bertanya dengan heran, "Kalian mengenalku?"Delapan Jahanam mengangguk. "Guru pernah berpesan, kalau ada seseorang yang bisa menghentikan Jutaan Iblis dengan satu seruan, orang itu adalah gurunya Guru.""Guru menyuruh kami mematuhi semua perintah Tuan. Bahkan kalau disuruh mati pun, kami nggak akan ragu untuk sedetik pun."Yoga bertanya, "Coba bilang, sia
Setelah dilihat, Ayu merasa semakin aneh lagi. Sebab, dia merasakan perasaan yang familier dari orang itu. Siapa dia sebenarnya?Ketika Karina, Nadya, dan yang lainnya melihat sekelompok orang dengan penampilan aneh ini, mereka semua menjadi pucat dan tanpa sadar mendekat satu sama lain. Mereka merasa seolah-olah orang-orang ini adalah iblis yang melarikan diri dari neraka.Setelah melihat Karina dan yang lainnya baik-baik saja, perasaan Yoga yang tadinya cemas, kini telah menjadi lebih lega. Tatapannya beralih pada Ayu dan detak jantungnya berdebar kencang. Apakah wanita yang elegan dan lembut ini adalah ibu kandungnya? Ayu tampak jauh lebih cantik dari perkiraannya.Ayu bertanya dengan dengan nada dingin, "Delapan Jahanam? Apa yang terjadi dengan Penjara Jahanam? Kamu melepaskan jutaan iblis ini, apa nggak takut mereka akan mencelakai orang?"Delapan Jahanam menjawab dengan segan, "Nyonya Ayu, ada yang datang menolongmu. Kamu sudah boleh keluar sekarang. Mohon maaf karena telah menyi
Tadi kedua orang itu telah sepakat. Agnes akan mengobati Markus dan Markus akan mengajari teknik meramal kepada Agnes.Markus berkata, "Kaki kananku terluka, bantu aku pijat.""Oh ya?" Agnes melihat kaki Markus yang tampak baik-baik saja. "Kaki kananmu sepertinya patah.""Ya, bantu aku pijat," balas Markus. Agnes memutar kakinya dengan pelan.Krak! Kaki Markus yang tadinya baik-baik saja, kini tampaknya benar-benar patah tulang."Arghh!!" Markus berteriak histeris, "Agnes, apa yang kamu lakukan? Kakiku, kakiku ...."Agnes juga terkejut. "Ah! Aku nggak keluarin tenaga sama sekali, cuma pelintir sedikit saja untuk menggodamu. Kenapa malah jadi patah tulang?"Markus membalas, "Sialan, kamu nggak tahu Jurus Tenaga Supermu belum dihilangkan? Hanya dengan sedikit gerakan saja kekuatanmu itu sudah tingkat bentala. Apalagi, tulangku sudah rapuh!"Agnes langsung berkeringat dingin. "Maaf, maaf. Aku lupa hilangin jurusku. Jangan bergerak, biar kubantu untuk perbaiki tulangmu ...."Krak!"Arghh!!
"Ah! Sakit .... Yoga, kenapa kamu datang ke sini? Cepat pergi!" teriak Markus.Yoga mengerutkan alisnya. Dia tidak menyangka Markus akan mengusirnya. Dia bertanya, "Markus, apa maksudmu ini?""Kamu nggak ngerti? Kehadiranmu nggak disambut di sini. Pergi sana!" terik Markus.Yoga berkata, "Bagaimanapun, aku ini tamu. Kenapa kalian perlakukan tamu begini?""Tamu?" Markus bertanya, "Tamu apanya? Tamu pembawa maut? Memangnya kamu nggak tahu kondisimu sekarang? Kenapa nggak bersembunyi malah keluar untuk mencelakai orang? Apa niatmu?"Yoga bertanya, "Oh ya? Memangnya bagaimana kondisiku? Aku benar-benar nggak tahu."Markus berkata, "Sejujurnya saja, sekarang kabar tentang Bimo muncul kembali di dunia ini sudah tersebar di seluruh dunia bela diri. Semua kultivator mengincarmu, termasuk pihak berkuasa dari kultivator kuno.""Sekarang ini kamu seperti bom waktu. Ke mana pun kamu pergi, bisa meledak setiap saat. Mengerti? Penginapan kecilku ini nggak sanggup menerima bencana darimu."Yoga sonta
Yoga berkata, "Waktunya sudah hampir tiba, Pelindung Kebenaran itu akan datang."Prajna menjawab, "Jadi, apa yang harus kita lakukan?"Yoga menjelaskan, "Kalian hanya perlu menjaga di luar. Usahakan untuk mengepung para Pelindung Kebenaran itu, jangan biarkan mereka melarikan diri."Ekspresi Prajna terlihat terkejut dan menatap Yoga dengan bingung. Dia tersenyum pahit dan berkata dengan ragu, "Bos, kamu nggak sedang bercanda, 'kan? Apa kita sanggup bertahan?"Yoga membalas, "Aku akan berusaha sebisa mungkin agar para Pelindung Kebenaran yang ingin melarikan diri itu yang lemah atau yang sudah terluka parah."Prajna dan yang lainnya saling memandang dengan ekspresi bingung, lalu pada akhirnya menganggukkan kepala dan menyetujuinya. "Baiklah."Setelah mendapatkan jawaban, Yoga pun kembali ke puncak gunung. Dia melihat ke sekeliling dengan ekspresi yang makin serius. Aura dari Pelindung Kebenaran di sekitarnya mulai terasa sangat kuat dan formasi yang sangat berbahaya juga mulai terbentuk
Pelindung Kebenaran mempersiapkan formasi ini khusus untuk menghadapi empat keluarga besar. Sejak meninggalkan Kota Pawana, empat keluarga besar itu sudah diawasi mereka.Sosok-sosok itu terus bergerak dengan cepat di kegelapan malam. Tujuan mereka adalah untuk membunuh seluruh empat keluarga besar itu.Seiring dengan pergerakan Pelindung Kebenaran ini, sebuah formasi pun perlahan-lahan muncul. Mereka bergerak menggunakan aura Bimo sebagai pusat dan terus memperkecil jaraknya, sehingga formasinya makin solid.Pada saat yang bersamaan, Yoga yang sedang berada di puncak gunung sengaja melepaskan semua aura BimoSaat itu, tiba-tiba terdengar suara Bimo. "Mereka sudah datang."Yoga membuka matanya dan melihat ke sekeliling sambil mengernyitkan alis. Dia bisa merasakan sesuatu yang aneh. Dia pun berkata, "Sepertinya jumlah mereka cukup banyak."Bimo berkata, "Selain itu, mereka juga sudah mempersiapkan semuanya. Sepertinya kali ini mereka bertekad untuk membunuhmu."Yoga menegaskan, "Bukan
Semua orang dari empat keluarga besar tidak memiliki pilihan lain dan hanya bisa menyetujuinya karena perintah sudah disampaikan dengan jelas."Kalau semuanya sudah berkumpul, bersiaplah untuk berangkat," kata Yoga dengan tenang dan ekspresi yang datar. Dia tidak yakin apakah orang-orang dari empat keluarga besar akan bekerja dengan sepenuh hati. Namun, para manusia hantu ini pasti akan patuh karena Prajna dan yang lainnya masih berada di bawah pengaruh racun.Oleh karena itu, semua orang berangkat bersama-sama di bawah komando Yoga."Tuan Bimo nggak ikut kita berangkat?" tanya Sutrisno dengan hati-hati setelah mendekat. Dia sudah melihat ke sekeliling, tetapi tidak menemukan keberadaan Bimo.Orang-orang lainnya juga menatap Yoga karena ingin tahu jawabannya. Bagaimanapun juga, hingga saat ini, belum ada seorang pun yang pernah bertemu dengan Bimo secara langsung."Tuan Bimo sudah berangkat, kita harus segera menyusulnya," teriak Yoga dengan lantang.Semua orang merasa kecewa saat mend
Setelah masuk, Sutrisno menelepon Yoga. Tak lama kemudian, Yoga pun datang.Sutrisno berkata, "Barangnya sudah dipersiapkan semuanya, sekarang hanya tinggal menunggu perintah dari Tuan Bimo."Yoga membalas, "Tuan Bimo bilang tunggu sebentar lagi."Sutrisno bertanya, "Tunggu? Tunggu apa?"Dia berpikir sudah di saat seperti ini, mengapa harus menunggu lagi?Yoga menjawab, "Kamu tunggu saja. Kenapa begitu terburu-buru?"Sutrisno hanya bisa menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia juga tidak tahu apa lagi yang ditunggu Bimo sekarang, bukankah lebih baik langsung bergerak saja? Dengan perasaan yang enggan, dia pun menyampaikan pesan itu pada yang lainnya.Ekspresi semua orang terlihat bingung dan merasa sangat curiga. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang sebenarnya mereka tunggu.Satu jam kemudian, akhirnya ada beberapa orang lagi yang datang.Saat melihat orang yang datang, ekspresi semua orang dari empat keluarga besar terlihat kesal dan tatapan mereka menjadi makin serius.Yang d
Tidak ada satu pun yang boleh bertindak sewenang-wenang. Jika tidak, orang itu akan menerima sanksi dan dibunuh yang lainnya. Inilah alasannya mengapa organisasi Pelindung Kebenaran bisa bertahan selama ribuan tahun."Tuan Jordi, kamu juga nggak tahan lagi dan ingin membunuh orang itu ya?""Jangan ragu lagi. Orang ini sudah bersekongkol dengan Farel untuk mendapatkan harta karun itu, dia sudah mengkhianati kepercayaan dan kita semua.""Segera lakukan perhitungannya sekarang, selidiki masalah ini. Kita pasti bisa segera menemukan kebenarannya."Semua orang mulai mendesak dengan cemas. Mereka tahu betul harta karun itu baru bisa ditemukan jika kebenarannya terungkap."Harta karun Pil Ketenangan Jiwa ini mungkin benar-benar bisa membuat kita jadi lebih kuat dan bisa membunuh Bimo. Tapi, nggak ada tahu harta yang bisa menyatukan dunia ini sebenarnya apa, semuanya hanya bisa terus membahasnya saja. Apa kalian pernah berpikir mungkin saja ini taktik dari empat keluarga besar untuk memecah be
Di tengah pegunungan yang luasnya tak berujung, terdapat sebuah altar dengan beberapa api unggun yang sedang menyala dan memancarkan cahaya yang dingin. Banyak orang yang berpakaian hitam di sekeliling sedang mengucapkan kata-kata yang sulit untuk dimengerti.Tempat ini adalah markas Pelindung Kebenaran. Para petingginya berkumpul di sana dengan ekspresi yang serius dan saling memandang dengan tatapan yang sangat waspada."Aku ingin tahu, siapa yang sebenarnya sudah bekerja sama dengan Keluarga Husin sampai mereka bisa benar-benar mendapatkan harta karunnya?" kata seseorang dengan nada gembira, seolah-olah sedang merayakan sesuatu.Yang lainnya juga melihat ke sekeliling dan berbicara sambil tertawa."Benar, ini adalah kabar yang baik. Sebaiknya kita ungkapkan hal ini dan diskusikan bersama-sama.""Bagi organisasi Pelindung Kebenaran, ini adalah kesempatan yang sangat langka. Kita semua harus bekerja sama.""Kalau memang ada harta karun, ini sama saja sudah sangat berjasa bagi kita. Si
Jeje berujar sambil terkekeh, "Hehehe. Makin kacau makin seru! Kalau kacau, itu artinya ada banyak hal menarik yang akan terjadi!"Roselia menimpali, "Tapi lihat saja situasi sekarang, padahal empat keluarga besar di dunia bela diri kuno sudah benar-benar sendirian. Mereka bahkan masih nekat mau mengejar dan memburu Pelindung Kebenaran!"Erna berucap dengan nada tenang, "Biar saja mereka melakukan apa yang mereka mau, tapi soal kerusuhan di area terlarang ini, kita tetap harus berhati-hati!"Kamelia menambahkan, "Benar, aku juga pernah dengar tentang kerusuhan area terlarang di dunia kultivator kuno. Setelah kekacauan itu, pasti akan ada ancaman besar bagi dunia bela diri kuno!"Yoga bertanya dengan penasaran, "Kak Kamelia, kenapa bisa begitu?"Kamelia menjelaskan dengan tenang, "Setiap kali terjadi kerusuhan di area terlarang, pasti akan ada beberapa makhluk berbahaya yang berhasil melarikan diri. Sayangnya, orang-orang di dunia kultivator kuno nggak akan repot-repot mengurusnya."Yog
Karina dan Nadya berdiri di ambang pintu. Mereka menatap Yoga dan Winola yang berada di sofa dengan ekspresi kaku. Posisi kedua orang itu terlihat begitu aneh dan mencurigakan."Cepat lepaskan aku!" Wajah Winola langsung memerah karena malu dan marah. Dia berusaha sekuat tenaga untuk meronta. Baru setelah itu Yoga buru-buru melepaskannya. Dia menggaruk kepalanya dengan kikuk dan merasa suasana menjadi sangat canggung.Winola merapikan lengan bajunya, lalu mengalihkan pandangannya ke Karina dan Nadya. Tanpa berkata apa-apa, dia bergegas meninggalkan vila dengan langkah cepat.Karina dan Nadya sama sekali tidak menyapa Winola. Mereka hanya diam sampai Winola benar-benar pergi, lalu serempak menatap Yoga dengan pandangan tajam."Wah, mengharukan sekali. Jadi benar dugaan kami, kamu ini benar-benar nggak pernah puas. Masih saja bermain di belakang kami," sindir Karina.Nadya menimpali, "Aku juga sempat curiga. Mana mungkin hari ini kamu nggak ke mana-mana?""Kalau keluar pun, pasti ada ban
Sutrisno menepuk meja dengan keras. Raut wajahnya penuh keyakinan dan semangat."Apa? Kerja sama lagi?" Wajah orang-orang dari Keluarga Husin langsung pucat pasi. Mereka menatap Sutrisno dengan pandangan kosong dan pasrah.Setiap kali bekerja sama dengan Bimo, mereka selalu harus mengalami kerugian besar seperti digerogoti habis-habisan. Sekarang, masih harus kerja sama lagi?Luna yang juga merasa sedikit gentar pun berucap dengan suara pelan, "Sebenarnya bisa tanpa kerja sama juga.""Benar, kita juga bisa melakukan penyelidikan lebih dulu sebelum memutuskan sesuatu," timpal Winola dengan suara rendah."Nggak, kita harus dapat dukungan dari Tuan Bimo. Bagaimanapun, dia adalah yang terkuat di antara kita semua. Dengan bantuannya, semuanya akan beres dengan mudah!" seru Sutrisno dengan penuh semangat. Wajahnya begitu bersemangat, seperti penggemar berat yang memuja idolanya.Semua orang hanya bisa terdiam. Sikap Sutrisno benar-benar seperti penggemar garis keras dari Bimo."Ya sudah, kam