Di lereng Gunung Sakura, para pengikut Dewa Digdaya dan Empat Keluarga Besar Kultivator Kuno sedang sibuk mengumpulkan sumber daya dari para kultivator kuno.Selama waktu ini, mereka telah menemukan banyak sumber daya berharga. Semua orang terlihat sangat bersemangat.Namun, tiba-tiba terjadi gempa bumi di Gunung Sakura yang menyebabkan banyak bebatuan runtuh. Tak lama kemudian, gunung berapi itu meletus lagi.Kejadian ini membuat mereka ketakutan. Alhasil, mereka mulai berlari ke kaki gunung. Jika lebih lambat, mereka bisa hancur berkeping-keping.Saat berlari, mereka menoleh ke belakang untuk ingin melihat apakah letusan lava membawa lebih banyak sumber daya kultivator kuno. Alhasil, apa yang mereka lihat membuat mereka terkejut."Sial, apa aku mengalami halusinasi? Kenapa bisa ada seseorang di dalam lava yang meletus?""Aku juga melihatnya, benar-benar ada seseorang di sana.""Orang itu masih bergerak, dia masih hidup. Jangan bilang dia adalah penyintas dari medan perang kuno. Hidup
Yoga lagi-lagi bertanya, "Sekarang, apa tindakan dari berbagai pihak?"Setelah kematiannya, musuh-musuhnya pasti akan gila-gilaan membalas dendam kepada keluarganya. Orang-orang itu segera menjawab dengan gemetar."Setelah kamu meninggal, Kaisar Jepana langsung menahan semua praktisi pengobatan tradisional di Jepana. Dia mau menghancurkan pengobatan tradisional sepenuhnya ....""Demi menyelidiki penyebab kematianmu, Dirga dari Kota Terlarang sudah memulai perang di perbatasan melawan Jepana ....""Dewa Digdaya menculik keluargamu dan mengancam ibumu ...."Mereka menceritakan semua yang terjadi kepada Yoga. Ketika mendengar semua ini, Yoga langsung murka. Jepana, Aula Digdaya, Empat Keluarga Besar Kultivator Kuno benar-benar terkutuk! Beraninya mereka menyakiti keluarga Yoga. Dia pasti akan menghabisi mereka.Tak disangka, amarah Yoga malah memberikan kesempatan pada Bimo untuk bertindak. Sisa jiwa Bimo segera meledak dan mencoba mengambil alih kendali tubuh Yoga.Serangan jiwa yang ti
Yogi tersenyum. "Sepertinya tubuh bocah ini telah diakui Pedang Langit. Pedang Langit telah ditempa ke tubuhnya.""Apa?!" Markus dan Agnes membelalakkan mata mereka. "Maksud Anda, tubuh bocah ini ditempa dengan Pedang Langit? Kalau begitu, bukankah artinya tubuhnya ini sekuat Pedang Langit?"Yogi mengangguk, "Ya."Kedua orang itu langsung terkesiap. "Kalau tubuhnya sekuat Pedang Langit, mungkin nggak ada kultivator di bawah jenderal yang bisa membunuhnya. Bocah ini ternyata benar-benar orang terpilih."Di dunia para kultivator kuno, para ahli dibagi menjadi beberapa macam. Dari yang terendah adalah kultivator dasar, kemudian prajurit, jenderal, raja, dan kaisar. Setiap jenis kultivator dibagi lagi menjadi empat tahap, yaitu "jumantara, bentala, aswad, asfar."Leluhur Jahanam Langit hanyalah seorang kultivator tingkat bentala, tetapi dia sudah mampu menguasai dunia fana dan tidak terkalahkan. Sementara itu, kekuatan fisik Yoga hampir setara dengan seorang kultivator kuno jenderal. Setid
Hal ini membuat beberapa orang itu merasa putus asa. Yogi membuka kelopak mata Yoga dan memeriksa kesadarannya. "Sisa jiwanya terluka parah, makanya dia nggak bisa sadar sampai sekarang."Sisa jiwa terluka parah?Markus berkata, "Sisa jiwanya pasti dilukai sisa jiwa Bimo! Dengan kekuatan Bimo, dia bisa membunuh sisa jiwa Yoga dengan mudahnya. Kenapa cuma melukainya, tapi nggak membunuhnya? Aneh sekali."Agnes membalas, "Apa mungkin sisa jiwa bocah ini lebih kuat daripada milik Bimo?"Markus menyergah, "Itu mustahil. Bahkan kalau jiwa kita bertiga digabungkan, mungkin masih belum cukup untuk melawan sisa jiwa Bimo."Markus tidak sabar lagi. Dia langsung menampar wajah Yoga sambil memakinya, "Bocah, bangunlah! Aku nggak punya banyak waktu untuk dihabiskan denganmu!"Tak disangka, tamparan ini malah berhasil. Bola mata Yoga mulai bergerak, lalu akhirnya dia membuka mata dan terduduk sambil terengah-engah."Huf! Sialan!" Markus merasa terkejut dengan tamparannya sendiri. Apa tamparannya ta
Yogi mengangguk. "Ya, dia memang ahli di zaman kuno. Musuh-musuhnya memiliki sebutan umum, yaitu 'Pelindung Kebenaran'. Mereka telah bersumpah untuk membunuh Bimo.""Jangankan ribuan tahun, bahkan puluhan ribu tahun sekalipun, Bimo akan selalu diburu orang selama masih ada 'Pelindung Kebenaran' ini."Yoga terkesiap. "Seberapa besar dendam Bimo dengan Pelindung Kebenaran ini sampai mereka terus memburunya selama ribuan tahun?"Yogi menjawab, "Kebencian mereka nggak akan bisa dipahami orang awam. Oh ya, bisa nggak kamu ceritakan padaku, apa yang telah kamu alami?"Yoga merasa ragu-ragu. Dia tidak yakin apakah bisa memercayai orang-orang ini dan menceritakan semuanya.Melihat keraguannya, Yogi berkata, "Tenang saja. Kami nggak punya niat jahat sama sekali padamu. Kalau nggak, kamu sudah mati sejak awal."Yoga mengangguk percaya. Jika mereka benar-benar ingin membunuhnya, Yoga pasti sudah mati berkali-kali sebelumnya. Oleh karena itu, Yoga menceritakan semua kejadian yang dialaminya di gun
"Bilang saja!" balas Yoga.Yogi membalas, "Selain saat bersama keluargamu, kamu nggak boleh menggunakan jurus ini di waktu-waktu lainnya. Aku ingin kamu mengeluarkan aura Bimo untuk memancing 'Pelindung Kebenaran'.""Apa?" tanya Yoga dengan penasaran.Yogi menimpali, "Aku punya dendam dengan Pelindung Kebenaran. Aku mau kamu memancing mereka keluar, lalu bunuh semuanya!"Yoga berpikir sejenak, lalu akhirnya menyetujuinya. "Baiklah, aku janji."Terus menghindari Pelindung Kebenaran juga bukan solusi jangka panjang. Lebih baik memancing mereka keluar dan membasmi semuanya agar tidak menimbulkan ancaman di kemudian hari.Teknik Menyembunyikan Aura ini adalah serangkaian mantra sederhana. Namun, untuk benar-benar menguasainya, seseorang harus memahami setiap kata dalam teknik tersebut. Paling tidak, dibutuhkan satu atau dua bulan untuk mempelajarinya dengan sempurna.Yoga berkata, "Aku nggak punya waktu sebanyak itu. Mungkin kalau aku keluar terlambat sehari saja, keluargaku bisa celaka. A
Cacian dari semua orang hanya akan membuat Tetsu memukuli mereka dengan semakin brutal. Hilda yang akhirnya tidak bisa bersabar lagi juga ikut memakinya, "Tetsu, hentikan!""Kudengar, Jepana sangat menjunjung tinggi semangat pejuang? Apa semangat pejuang Jepana itu adalah untuk menindas orang yang tua dan lemah ya?"Sebelum Hilda bicara, Tetsu masih tidak memperhatikannya. Namun begitu mendengar suara Hilda, Tetsu langsung memusatkan perhatian pada Hilda dengan tatapan mesum."Kamu mau menegakkan keadilan? Oke, kukabulkan keinginanmu. Asalkan kamu bisa melayaniku sampai puas, aku akan mengampuni mereka. Gimana?" tanya Tetsu."Berengsek!" maki Hilda, "Mati sekalipun, aku nggak akan membiarkanmu menyentuhku sedikit pun!"Sambil berjalan ke arahnya, Tetsu membuka kancing bajunya sambil berkata, "Sekarang tempat ini adalah daerah kekuasaanku. Kamu nggak berhak bicara di sini. Sialan, cantik sekali. Memang pantas kamu ini jadi anak orang kaya.""Setiap kali melihatmu, aku nggak bisa menahan
Mereka merasakan racun itu perlahan-lahan, lalu tertawa."Cuma begini efeknya pantas disebut racun? Aku bahkan malas meracik penawarnya. Bahan obat biasa saja sudah bisa menetralkan racunnya.""Beri aku tiga Coptis chinensis, empat dandelion, lima empedu ayam saja sudah bisa jadi obat. Lepaskan ikatan kami, biar kami racik penawarnya."Namun, mereka terlalu meremehkan kekejaman Tetsu. Bukan hanya tidak melepaskan ikatan mereka, Tetsu malah mengunci pintu gudang dan membuang kuncinya ke selokan."Hehe! Kalian merasa hebat dan meremehkan racunku, 'kan? Kalau kalian meremehkannya, rasakan saja efek racun itu. Kalau bisa bertahan hidup, aku akan lepaskan kalian," ujar Tetsu."Apa?!" Semua orang sontak terbelalak. Bajingan ini ingkar janji! Dia mempermainkan mereka semua!Memang tidak seharusnya mereka percaya pada bajingan ini. Semua orang semakin memakinya, "Berengsek, semua orang Jepana memang sama liciknya!""Kalau kamu berani, cepat lepaskan kami. Aku akan duel secara adil denganmu!""