Shinta berkata, “Sepakat!”Tidak lama kemudian, Yoga pun selesai meracik obatnya. Dia berkata pada Nadya, “Nadya, aku mau minta tolong kamu mengoleskan obat ini di seluruh tubuh Lili. Habis itu, tempelkan Sisik Naga Ungu Keemasan ini di atasnya. Terutama di wajah, jangan ada bagian yang terlewatkan ya.”“Nggak masalah. Serahkan saja padaku,” jawab Nadya.Setelah itu, Yoga pun keluar dari kamar pasien untuk memberikan sedikit privasi kepada mereka.“Shinta, kalau obat ini benar-benar bisa menyembuhkan luka Lili, bekas luka membandel di wajahmu itu pasti juga bisa dihilangkan,” ujar Nadya.Shinta mencibir, “Nadya, memangnya kamu percaya sama omongannya?”Nadya hanya tersenyum getir. Sebenarnya, dia juga tidak begitu yakin.Seusai mengoleskan obat, yang tersisa hanyalah penantian yang panjang. Selama proses menunggu, kabar buruk mengenai Grup Magani datang silih berganti.“Ternyata kekuatan Keluarga Wijaya jauh lebih hebat dari bayanganku. Saat ini, situasi Grup Magani benar-benar parah b
Begitu bangun, kata pertama yang diucapkan Lili ternyata adalah “Kakak Ipar”. Oleh karena itu, Yoga pun merasa agak cemburu. Dia buru-buru mendekat dan berkata dengan semangat, “Lili, aku Kak Yoga. Akhirnya kamu sadar juga. Baguslah!”Lili bertanya dengan lemah, “Kak, yang mana ... kakak iparku ....”Setelah mendengar pertanyaan Lili, Yoga pun terdiam. Kemudian, Nadya buru-buru melangkah maju dan menjawab, “Lili, aku ini kakak iparmu.”Lili menggenggam tangan Nadya dengan susah payah sambil berkata, “Ka ... Kakak Ipar, ke ... keponakanku diberi nama Dhana Kusuma saja ....”“Dhana ... artinya kemakmuran ya? Oke, namai dia Dhana saja,” jawab Nadya.“Kak, aku ngantuk banget ...,” ujar Lili dengan lemah.Yoga menjawab, “Lili, tidurlah. Jangan khawatir, Kakak akan terus menemanimu. Kalau kamu sudah pulih total, Kakak akan membawamu pulang.”Setelah itu, Lili pun tidur dengan nyenyak. Berhubung telah menerima guncangan yang terlalu besar, dia membutuhkan banyak waktu untuk tidur agar bisa le
“Jangan khawatir, aku nggak akan membiarkan mereka melakukannya lagi,” hibur Nadya. Kemudian, dia langsung berjalan ke hadapan Jimmy dan bertanya, “Paman, apa Paman benar-benar hendak bertindak begitu kejam?”Jimmy meletakkan cangkir tehnya dan menjawab dengan ekspresi tidak senang, “Nadya, kok kamu nggak sopan banget sama seniormu. Mitra kerja samamu sendiri yang bersikeras mau memutuskan hubungan kerja sama denganmu. Apa hubungannya hal itu denganku? Sebenarnya, Paman datang untuk membantumu menyelesaikan masalah ini.”Nadya tentu saja tidak percaya pada ucapan Jimmy. Dia bertanya, “Bagaimana kamu hendak menyelesaikannya?”“Kamu seharusnya tahu jelas, biarpun menjual perusahaanmu, kamu juga nggak akan mungkin bisa membayar utangmu pada begitu banyak mitra kerja sama. Yang ada, kamu malah akan terlilit utang besar. Sebaiknya kamu berikan saja perusahaan ini pada Keluarga Wibowo. Keluarga kita akan membantumu menangani utang itu dan memberimu uang sebesar 20 miliar. Dengan begitu, kamu
Dalam sekejap, semua orang langsung berdiri di sisi kiri. Tidak ada seorang pun yang ingin lanjut bekerja sama dengan Grup Magani.Jimmy mengejek, “Nadya, apa otakmu bermasalah? Bisa-bisanya kamu membiarkan seorang anak bau kencur menyelesaikan masalah ini. Dengan begitu, perusahaanmu akan bangkrut lebih cepat.”Nadya memelototi Jimmy dan berkata, “Aku rela perusahaan ini bangkrut di tangannya.”“Nak, jangan bicara omong kosong lagi. Keputusan kami sudah bulat. Tolong bayar kembali uang kami secepat mungkin,” cibir Ardi.Yoga menjawab, “Tenang saja, kami akan mengembalikan uang kalian tanpa kurang sepeser pun. Akuntan, hitunglah utang kita pada mereka, lalu lunasi semuanya.”“Kamu mau mengulur waktu? Oke, aku mau tahu seberapa lama kamu bisa melakukannya,” ejek Ardi.Akuntan itu juga bekerja sama dengan Yoga untuk “mengulur waktu” dengan menghitung total utang secara jelas dan perlahan.Di sisi lain, Nadya menarik Yoga ke samping dan bertanya, “Yoga, apa sebenarnya yang mau kamu lakuka
Saat ini, Nadya merasa dirinya bagaikan sedang bermimpi. Melihat Nadya yang masih tidak bereaksi, Raja Kegelapan bertanya, “Bu Nadya, apa kamu mau bekerja sama dengan Raja Agoy yang Perkasa?”Setelah mendengar pertanyaan Raja Kegelapan, Nadya baru tersadar dari lamunannya dan menjawab, “Bisa bekerja sama dengan Raja Agoy yang Perkasa adalah kehormatan bagiku. Pak, silakan masuk. Lisa, siapkan teh terbaik perusahaan kita untuk Bapak ini.”Raja Kegelapan melambaikan tangannya dan berkata, “Sepertinya Bu Nadya masih sangat sibuk. Aku nggak akan mengganggumu. Ini kontrak kerja samanya. Begitu Bu Nadya menandatanganinya, kerja sama ini akan langsung efektif dan uangnya akan segera ditransfer ke rekening kalian.”Raja Kegelapan datang dengan tiba-tiba, juga pergi dengan tergesa-gesa. Namun, meskipun dia sudah meninggalkan tempat ini, seluruh lokasi masih tetap hening.Shinta mencubit Nadya sambil bertanya, “Nadya, sakit nggak?”“Omong kosong! Tentu saja sakit!” jawab Nadya.“Ini bukan mimpi
Jimmy juga berkata, “Yoga, sudahlah. Bermusuhan nggak akan berakhir baik bagi siapa pun. Untuk apa kamu bersikap begitu?”“Oke, aku akan beri kalian sebuah kesempatan untuk memperbaiki diri. Grup Magani akan meneruskan kerja sama dengan siapa saja yang bersedia berlutut untuk minta maaf. Yang nggak bersedia akan masuk daftar hitam,” ujar Yoga.“Kamu ...!” Begitu mendengar ucapan Yoga, semua orang langsung murka. Ardi berseru, “Sialan! Dikasih hati malah minta jantung. Teman-teman, dengar-dengar, Nyonya Susi juga sedang mendiskusikan kerja sama dengan Raja Agoy yang Perkasa. Aku yakin, Keluarga Wijaya pasti bisa mendapatkan kerja sama itu dengan mengandalkan kekuatan mereka. Pada saat itu, siapa yang masih perlu kerja sama dengan Grup Magani yang kecil ini?”Semua orang juga menyetujui pendapat Ardi.Sementara itu, Yoga hanya tersenyum sinis dan berkata, “Kalau Keluarga Wijaya bisa mendapatkan kerja sama itu, aku akan mengganti margaku!”“Kita lihat saja nanti! Teman-teman, ayo kita pe
Karina? Jawaban ini membuat Yoga merasa sangat sakit hati dan kecewa. Wanita yang paling dipercayai dan dicintainya malah mengkhianatinya dengan membeberkan rahasia sepenting ini. Karina benar-benar tidak bisa dimaafkan.Sebenarnya, Gatot yang memberi tahu Reza mengenai rahasia ini. Gatot mengetahui rahasia ini tanpa sengaja saat mengecek rekaman CCTV rumah. Namun, Reza sok pintar dan mengira dirinya akan diampuni apabila dia mengatakan bahwa Karina yang memberitahunya. Sebab, tindakan itu tidak termasuk mencuri rahasia.Pada saat yang sama, Perusahaan Farmasi Avanti sedang mengalami masalah yang sama dengan Grup Magani. Denny Ardiyanto, presiden direktur Grup Ardiyanto dan juga ayahnya Reza telah memimpin para mitra kerja sama pergi ke Perusahaan Farmasi Avanti untuk menagih utang. Pada saat ini, Denny tidak tahu bahwa putranya telah diculik.Saat ini, Perusahaan Farmasi Avanti hanya memiliki aset lancar sebanyak puluhan juta. Mereka tentu saja tidak mampu membayar utang. Alhasil, par
Denny mengeluarkan kontrak yang sudah dia sediakan dan berkata, “Tanda tanganilah kontrak ini.”Karina menandatangani kontrak itu dengan tangan gemetar. Saat ini, seluruh wajahnya sudah dibasahi dengan air mata. Hasil jerih payah selama puluhan tahun ini pada akhirnya malah jatuh ke tangan orang lain dengan begitu saja.Saat Karina hendak pergi, Denny tiba-tiba menghentikannya, “Bu Karina, tunggu dulu.”“Apa masih ada urusan lain?” tanya Karina.Denny melirik jam tangannya, lalu menjawab, “Tunggu saja beberapa menit lagi. Nanti, akan ada orang yang datang mencarimu.”Apa maksudnya ini? Karina merasa sangat heran.Pada detik selanjutnya, tiba-tiba ada beberapa mobil polisi yang berhenti di depan perusahaan. Kemudian, belasan polisi menerjang masuk ke perusahaan dengan dipimpin oleh seorang pria buncit. Dia bertanya, “Siapa penanggung jawab Perusahaan Farmasi Avanti?”Firasat buruk mulai merayap di hati Karina. Dia menjawab, “Aku penanggung jawab perusahaan ini. Siapa kalian?”“Aku ini k
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn
Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai
Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."