“Sialan!” maki Raja Kegelapan. Kemudian, dia segera melaporkan berita penting ini kepada Yoga.Begitu mengetahui kabar ini, hati Yoga langsung bergejolak. Dia berseru, “Apa? Ternyata aku salah paham pada Karina? Ini semua salahku. Aku yang kurang berhati-hati sehingga Gatot bisa mencuri dengar tentang hal ini. Gawat! Karina sedang dalam bahaya!”Kemudian, Yoga segera bergegas pergi ke Perusahaan Farmasi Avanti. Namun, semuanya sudah terlambat. Saat ini, keadaan seluruh perusahaan sangatlah kacau. Para karyawan perusahaan juga diusir ke luar. Sementara itu, Denny memimpin karyawan Grup Ardiyanto untuk menempati Perusahaan Farmasi Avanti.“Karina, maaf!” Yoga merasa sangat bersalah dan panik. Dia bergumam, “Aku yang sudah mencelakaimu. Selain itu, aku juga mengucapkan kata-kata yang begitu kejam. Sekarang, kamu pasti benci banget sama aku, ‘kan?”Tiba-tiba, ponsel Yoga berdering. Orang yang meneleponnya adalah Susi. Dia pun segera menerima telepon itu.Susi berkata sambil menggertakkan g
Nomor telepon itu diawali dengan angka 001. Itu adalah nomor eksklusif untuk Kota Terlarang. Begitu teleponnya tersambung, Yoga berkata, “Pak Dirga, aku butuh bantuanmu.”Di ujung telepon, terdengar suara seorang pria yang hangat dan berwibawa, “Yoga, aku sudah menunggu teleponmu selama 5 tahun. Katakanlah, ada masalah apa?”Yoga menjawab, “Ada seorang temanku yang ditangkap ....”“Nggak masalah!” Dirga menyetujuinya tanpa ragu dan berkata, “Serahkan saja padaku. Tapi, kamu tahu aku nggak pernah turun tangan secara cuma-cuma.”“Aku akan memberikan resep sup ginseng hitam kepada pihak militer secara gratis,” jawab Yoga.Dirga pun tertawa dan menjawab, “Nak, akhirnya pikiranmu terbuka juga. Oke, sepakat ya!”“Oh iya, dari penyelidikanku, salah satu pelaku yang mencelakai keluargaku berada di Kota Terlarang ...,” ujar Yoga dengan agak ragu.“Nak, apa kamu mencurigaiku?” tanya Dirga.Yoga menjawab, “Tujuannya mencelakai keluargaku adalah demi mendapatkan resep obat warisan keluargaku. Seme
Hanya memikirkannya saja sudah membuat Karina merasa takut. Dia bertanya, “A ... apa maumu? Jangan mendekat ....”Zaki menaruh tangan kanan Karina ke atas meja, lalu menancapkan sebuah jarum ke jarinya. Jarum itu terbenam sepenuhnya di dalam jari Karina.“Ah!” Tubuh Karina pun gemetar dan air matanya juga mengalir keluar saking sakitnya. Dia mengumpat, “Bajingan! Lepas ... lepaskan aku ....”“Kamu mau tanda tangan atau nggak?” tanya Zaki.“Nggak!” seru Karina.“Bagus!” Kemudian, Zaki menancapkan sebuah jarum lagi ke jari Karina dan bertanya, “Masih nggak mau tanda tangan?”“Nggak!”“Kalau begitu, mati sana!” seru Zaki dengan murka. Setelah itu, dia langsung menancapkan jarum yang disediakannya ke seluruh jari tangan kanan Karina secara berturut-turut.“Aaah!” Karina berteriak histeris. Seluruh tubuhnya gemetar hebat dan air matanya juga tidak berhenti mengalir membasahi pipinya. Pada akhirnya, dia tidak tahan lagi dan berkata, “Aku akan tanda tangan ....”Setelah dikhianati oleh Yoga,
Setelah melihat kemunculan orang-orang ini, Karina pun bertambah putus asa. Kali ini, Yoga benar-benar sudah menimbulkan masalah besar yang tidak bisa diampuni lagi.Zaki berteriak, “Pak Simon, kamu datang tepat waktu! Cepat tangkap mereka! Mereka bukan hanya menyerang polisi, tapi juga ingin membunuh kami. Jebloskan saja mereka ke penjara!”Karina buru-buru menjelaskan, “Pak Simon, bukan begitu ceritanya. Dengarlah penjelasanku ....”Simon melambaikan tangannya dan berkata, “Tangkap mereka!”“Baik!” Para anggota Tim Pengamanan segera mengepung Zaki, lalu menekannya di lantai dan memborgol tangannya. Situasi ini pun membuat semua orang tertegun.Zaki berseru marah, “Berengsek! Apa kalian bodoh? Tersangkanya pasangan sialan itu! Cepat lepaskan aku dan tangkap mereka ....”“Diam!” Simon berteriak marah, “Zaki, kami nggak salah tangkap orang. Ada yang melapor bahwa kamu sudah melakukan tindak kolusi, menyalahgunakan kekuasaan, dan bahkan tindak pembunuhan. Harap bekerja sama dalam penyeli
Setelah meninggalkan ruang interogasi, Yoga menjelaskan pada Karina, “Karina, aku bersikap dingin padamu sebelumnya karena salah paham. Dengarlah penjelasanku ....”Karina berjalan di depan dan menjawab tanpa menoleh, “Kita sudah nggak punya hubungan apa-apa. Kamu nggak usah menjelaskannya padaku.”Yoga merasa agak kewalahan dan berkata, “Karina, jangan khawatir. Aku pasti akan mengembalikan segala sesuatu yang dirampas darimu dalam jumlah yang berkali-kali lipat lebih banyak.”Begitu melihat Karina berjalan keluar dari Biro Keamanan Publik tanpa terluka, Ambar dan Gatot yang masih berusaha memohon untuk diizinkan masuk langsung kegirangan dan menyambutnya.“Karina, baguslah! Akhirnya kamu keluar juga! Mereka nggak menyulitkanmu, ‘kan? Tapi, Zaki begitu galak, kenapa dia bisa tiba-tiba melepaskanmu? Oh iya, kamu nggak mengakui tindak kejahatan itu, ‘kan?” tanya Ambar.“Ada seorang tokoh hebat yang melapor Zaki dan menangkapnya. Aku dilepaskan karena terbukti nggak bersalah,” jawab Kari
Karina berjalan masuk ke ruang pasien dan berseru gembira, “Lili! Syukurlah! Ternyata kamu masih hidup!”Begitu melihat Karina, Lili juga merasa sangat gembira. Dia langsung melompat turun dari tempat tidur dan melemparkan diri ke pelukan Karina sambil berkata, “Kak Karina, huhu .... Aku kira aku nggak akan bisa bertemu denganmu lagi selamanya.”Karina juga tidak bisa menahan air matanya dan menjawab, “Lili, kamu pasti sangat menderita karena hidup sendirian selama ini, ‘kan? Kelak, Kak Karina akan selalu berada di sisimu.”Melihat kedua orang yang saling memeluk dan menangis itu, Nadya dan Shinta yang berada di samping langsung merasa cemburu. Shinta berkata, “Dasar anak nggak tahu berterima kasih! Kita sudah merawatnya begitu lama, tapi dia malah langsung melemparkan diri ke pelukan orang lain. Menyebalkan banget!”Meskipun Nadya tidak bersuara, rasa cemburunya juga terpampang jelas di wajahnya.Shinta tiba-tiba berbisik, “Nadya, jangan lupa bersandiwara bersamaku nanti.”“Apa yang m
Berhubung masalah ini tidak bisa diundur, Yoga dan yang lain segera melaju ke Gang Burung Batu.Di Gang Burung Batu, Denny sudah mengumpulkan seluruh penduduk yang tinggal di sana. Saat mengutus orang untuk mencari putranya, dia tanpa sengaja mengetahui bahwa adiknya Yoga pernah tinggal di Gang Burung Batu selama 5 tahun dan bergantung hidup dengan seorang wanita tua bernama Ani. Agar bisa memaksa Yoga menyerahkan putranya, Denny mau tak mau harus menyandera Ani. Dia tahu bahwa Yoga sangat peduli pada Lili dan tidak mungkin membiarkan Ani mati dengan begitu saja.Denny memerintahkan bawahannya untuk mengeluarkan sebuah karung dari mobil. Setelah dibuka, isinya ternyata dipenuhi dengan tumpukan uang. Para penduduk Gang Burung Batu pun langsung bersemangat.Seorang pria yang wajahnya memiliki bekas luka bertanya, “Bos, apa kamu menyiapkan uang ini untuk kami? Terima kasih! Terima kasih banyak!”“Asalkan kalian bekerja sama denganku, uang itu akan menjadi milik kalian,” jawab Denny.Semu
Para penduduk Gang Burung Batu tidak tahu bahwa gadis manis nan imut yang mereka lihat itu adalah Lili yang mereka sebut-sebut jelek selama ini.Begitu turun dari mobil dan melihat keadaan tragis Ani, mereka semua langsung murka. Sekelompok orang ini benar-benar adalah bajingan yang tidak manusiawi.Lili merasa sangat sedih dan buru-buru berlari ke arah Ani sambil menangis. Dia memapah Ani, lalu berkata, “Huhu .... Nenek Ani, maaf aku datang terlambat ....”Ani menyeka darah dan air ludah dari wajahnya, lalu bertanya dengan lemah, “Nona, si ... siapa kamu?” Ce ... cepat pergi. Kamu nggak boleh menyinggung orang-orang ini.”“Nenek Ani, aku ini Lili. Nenek nggak mengenaliku?” jawab Lili dengan terburu-buru.Apa? Ani sontak terkejut dan mengamati Lili dengan saksama. Setelah sesaat, dia akhirnya mengenali Lili dan berkata dengan ekspresi tidak percaya, “Lili, ke ... kenapa kamu bisa berubah jadi begitu cantik? Baguslah .... Gawat! Lili, cepat pergi. Mereka datang untuk mencarimu ....”Lil
Semua orang segera membujuk Yoga karena merasa sangat cemas. Merasa sangat ketakutan, khawatir Hardi benar-benar akan kembali dan menyampaikan pesan itu pada Keluarga Husin. Melihat bayangan Hardi yang makin menjauh dan hampir menghilang dari pandangan mereka, mereka pun gelisah sampai tidak bisa berdiri dengan tenang."Aku memang sengaja membiarkan dia pulang. Cepat atau lambat aku akan mengendalikan Keluarga Husin dan membuat mereka tunduk padaku. Kalian takut? Meskipun takut, kalian tetap harus berdiri dengan tegak," kata Yoga dengan nada datar sambil menatap semua orang dengan tenang. Aura yang menekan pun perlahan-lahan menyebar ke sekitar dan ekspresinya dingin serta penuh tekad.Prajna dan yang lainnya langsung tertegun sejenak dan tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka sikap Yoga akan begitu tegas seperti ini. Melihat sikapnya yang begitu, mereka hanya bisa menutup mulut dan tidak mencoba untuk membujuknya lagi.Namun, dalam hati Prajna dan ya
"Dari mana datangnya keberanianmu ini sampai berani begitu angkuh?" kata Hardi dengan sudut bibir yang berkedut dan ekspresi yang sangat jijik. Dia menatap Yoga dengan tajam dan penuh dengan niat membunuh.Orang-orang di sekitar Hardi semuanya menyerbu dan bersiap untuk membunuh Yoga.Prajna dan yang lainnya juga tidak mungkin hanya diam dan melihat Yoga dihina.Namun, saat Prajna dan yang lainnya hendak bergerak, Yoga berkata dengan tenang dan tersenyum dingin, "Biar aku saja."Setelah datang ke dunia kultivator kuno, Yoga belum pernah melawan orang-orang di tempat ini. Dia masih tidak tahu apakah kekuatan mereka yang ada di sini berbeda dengan dirinya.Melihat situasinya, Prajna dan yang lainnya juga berhenti bergerak lagi dan segera mundur. Mereka menunggu untuk menonton pertunjukan karena orang yang sudah berani menyinggung Yoga sama saja mencari mati.Tepat pada saat itu, orang-orang dari Keluarga Teungku di sekitar sudah berdiri di depan Yoga dan langsung melayangkan serangan-ser
Siapa yang tidak menyukai dunia yang normal?Namun, pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Berani-beraninya manusia hantu ini muncul di siang bolong seperti ini. Kalian semua ingin mati ya?"Terlihat sekelompok orang yang perlahan-lahan keluar dan mendekati Yoga dan yang lainnya. Mereka mengenakan serangan yang sama yang terlihat mewah dan indah. Satu per satu mengamati Yoga dan yang lainnya dengan ekspresi yang sangat angkuh."Eh? Ada satu di sini yang masih belum bermutasi jadi manusia hantu. Sungguh langka!""Bagus sekali. Tangkap dia dan lempar ke area terlarang. Kita lihat bagaimana dia berubah menjadi manusia hantu.""Aku dengar prosesnya agak lambat. Bagaimana kalau kita langsung mengirimnya ke area yang lebih dalam?"Semua orang tertawa terbahak-bahak dan terus menyindir. Mereka semua menatap Yoga dengan penuh semangat dan membuat ekspresi Yoga langsung menjadi muram."Bos, apa yang aku katakan nggak salah, 'kan? Kemunculan kita pasti akan membuat mereka merasa ng
Yoga melihat ke sekeliling, lalu menyipitkan matanya. Dia bisa merasakan ada sebuah kutukan yang sangat kuat muncul di wilayah di depannya. Ada kekuatan yang sulit untuk dijelaskan di dalam kutukan itu yang bisa memengaruhi tubuh manusia.Yoga berkata, "Ternyata ini adalah kekuatan yang kalian terima selama ini."Saat mengatakan itu, tatapan Yoga terlihat penuh dengan belas kasihan. Para manusia hantu itu semuanya tadinya adalah manusia, tetapi mereka didesak dan dikucilkan sampai terpaksa datang ke area terlarang ini. Pada akhirnya, mereka malah menjadi orang yang terkutuk.Prajna membalas, "Bos, apa kutukan ini bisa dihilangkan?"Semua orang menatap Yoga dengan penuh harapan karena mereka semua berharap bisa kembali seperti semula.Namun, Yoga tetap menggelengkan kepala, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kekuatan dari kutukan ini terlalu hebat, bahkan aku pun hanya bisa menahannya dengan susah payah."Ekspresi Prajna dan yang lainnya langsung menjadi muram dan perlahan-lahan menu
Sangat jelas, perbedaannya hanya pada lokasi. Yoga menyeringai dingin dan menunjukkan ekspresi penuh kejutan.Yoga menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Setelah membukanya, terlihat seekor serangga kecil berwarna putih di dalamnya.Yoga meletakkan serangga itu di tanah. Serangga kecil itu perlahan merangkak keluar, lalu mengangkat kepalanya sedikit, seolah-olah sedang memanggil sesuatu.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah-langkah yang mendekat. Siluet-siluet mulai bermunculan satu per satu, lalu berkumpul di tempat itu.Di antara kerumunan itu, pemimpinnya adalah Prajna. Begitu melihat Yoga, ekspresinya berubah drastis. Dia bertanya dengan kaget, "Bos, kamu benar-benar datang?" Tatapan terkejut mereka terus mengamati Yoga, seakan-akan tidak percaya apa yang mereka lihat."Ya," jawab Yoga dengan tenang. Suaranya datar tanpa emosi.Yoga telah menanamkan serangga anak di tubuh mereka sebelumnya. Dengan serangga induk putih di tangannya, dia d
Setelah selesai membaca sebuah buku, Yoga perlahan menutupnya. Matanya berkilat dengan ekspresi penuh tanda tanya. Dia terdiam, sementara pandangannya tertuju pada halaman pertama buku itu.Tiba-tiba, suara Bimo terdengar kembali di pikirannya. Dia bertanya, "Gimana perasaanmu setelah membaca?""Sulit diungkapkan ... tapi aku merasa ada sesuatu yang nggak beres!" ucap Yoga.Itulah yang dirasakan Yoga. Sejarah dunia kultivator kuno yang diklaim sudah berlangsung ribuan tahun hanya diceritakan secara sepintas. Banyak peristiwa penting bahkan sama sekali tidak disebutkan. Semua yang tercatat terkesan terlalu biasa, seperti tidak ada apa-apa.Hal ini membuat Yoga merasa, ada banyak hal yang sengaja disembunyikan dari sejarah tersebut. Dia pun merenungkan kata-kata Bimo yang terus terngiang di pikirannya. Apa yang Yoga lihat hanyalah apa yang mereka izinkan untuk dia lihat!"Sudahlah, nggak usah baca lagi!" Yoga akhirnya membuat keputusan itu sambil menghela napas kecil. Dia merasa kecewa.
Yoga memberi tahu, "Aku lagi berada di vila Sutrisno. Untuk sementara, seharusnya nggak akan ada bahaya."Winola mengingatkannya, "Tapi kamu tetap harus berhati-hati. Ingat baik-baik, jangan biarkan besi hitam itu terlihat lagi. Kalau nggak, kamu akan menghadapi lebih banyak bahaya."Yoga bertanya dengan serius, "Menurutmu, apa tiga barang itu bisa ditemukan dengan mudah?""Di mana ada hadiah besar, pasti ada orang yang berani mengambil risiko. Harusnya bisa ditemukan! Jangan terlalu khawatir, aku juga akan membantumu mencarinya secepat mungkin!" ucap Winola."Makasih," jawab Yoga dengan tulus.Kemudian, Winola bertanya, "Apa Tuan Bimo datang?"Yoga menjawab dengan samar, "Dia bisa datang." Jawaban ini penuh arti, tidak langsung mengiakan tetapi juga tidak membantah.Winola bertanya dengan penuh harap, "Kalau begitu ... bisakah kamu memintanya untuk datang?"Bagaimanapun, Winola pernah meminta hal ini kepada Yoga sebelumnya saat masih di dunia bela diri kuno. Jika Bimo bisa datang, dia
Yoga sangat percaya diri dengan penyamarannya. Dengan pakaian serba tertutup seperti itu, mana mungkin ada yang bisa mengenalinya? Begitu pakaian tersebut dilepas, semua urusan akan seolah tak ada hubungannya dengan dirinya."Aduh!" Sutrisno kembali menghela napas panjang. Wajahnya dipenuhi ekspresi tak berdaya dan kesedihan yang mendalam. Tidak disangka, orang yang berada di satu perahu dengannya ini malah menjadi orang pertama yang memunculkan bahaya.Yoga berucap dengan santai, "Sudahlah, berhenti mengeluh. Kamu nggak percaya padaku?"Sutrisno membalas, "Aku terlalu mengenalmu. Setiap kali muncul, kamu nggak pernah bisa duduk diam!"Benarkah? Yoga merenung sejenak dan merasa bahwa itu tidak benar. Menurutnya, dia selalu bersikap sangat tenang dan patuh.Sutrisno akhirnya menutup telepon dengan hati yang gelisah. Dia berharap semuanya tidak akan bertambah buruk. Tepat saat itu, sebuah panggilan telepon masuk lagi ke ponsel Yoga. Kali ini dari Winola. Nada suara Winola terdengar sanga
Burhan tersenyum tipis, lalu mengangkat tangan sedikit untuk memberi isyarat kepada pria muda itu. Orang itu segera membawa besi hitam dengan hati-hati. Dia memegangnya seperti benda paling berharga, lalu beranjak pergi.Pandangan semua orang masih terpaku pada pria muda tersebut. Mereka mengikuti setiap gerakannya dengan penuh perhatian."Semuanya!" Burhan tiba-tiba bertepuk tangan perlahan dan tersenyum. Dalam sekejap, semua orang tak punya pilihan selain mengalihkan pandangan kembali ke arah Burhan. Ekspresi mereka sedikit berubah, sementara raut wajah mereka penuh keterkejutan.Dengan mata terbelalak, mereka menatap Burhan tanpa berkedip, seolah tatapan mereka seperti kail yang mencengkeram sosoknya dengan erat."Pak Burhan, kenapa cepat sekali dibawa pergi? Kami bahkan belum puas melihatnya!""Benar banget! Dari mana kalian mendapatkan besi hitam itu? Kalau kalian ingin menukarnya, apa yang kalian inginkan sebagai gantinya?""Apa pun yang kalian inginkan, katakan saja! Aku akan pa