Kemudian, Yoga segera memberi perintah pada Duo Kembar, “Segera hubungi Raja Kegelapan! Suruh dia kirim personel untuk menolong ibuku dan tangkap Rendy hidup-hidup.”“Baik!” jawab Duo Kembar.Sementara itu, Heru berteriak seperti kesetanan, “Rendy, cepat berdiri! Kalau kamu masih nggak berdiri, kita semua akan mati ....”Namun, Rendy sudah sangat kesakitan hingga kehilangan akal sehatnya. Jadi, dia tidak mungkin menggubris ucapan Heru lagi. Dia berguling-guling di lantai, kejang-kejang hebat, dan berteriak histeris ....Setelah memastikan keselamatan ibunya, Yoga menatap Heru dan berkata, “Kalau kamu nggak punya jalan keluar lain lagi, mari kita selesaikan dendam di antara kita dengan baik.”Heru langsung berlutut di hadapan Yoga serta di hadapan semua orang dan menjawab, “Aku akui, aku memang sudah kalah telak. Hanya dalam waktu 5 tahun, kamu bisa berkembang dari seorang anak yang kehilangan seluruh keluarganya hingga mencapai tingkatan yang begitu tinggi. Perkembanganmu ini memang pa
Dalam sekejap, Kediaman Lingga pun menjadi rata dengan tanah.Pemandangan ini membuat Chandra dan Citra gemetar hebat. Keringat dingin juga tidak berhenti membasahi tubuh mereka. Mereka tahu bahwa Yoga yang sudah menyelamatkan nyawa mereka. Jadi, mereka buru-buru berlutut dan berterima kasih kepada Yoga.Berdasarkan penyelidikan Raja Kegelapan, Chandra dan Citra memang tidak bersalah. Mereka sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Tika. Oleh karena itu, Yoga mengampuni mereka.Yoga menyuruh mereka mengantarnya ke sebuah desa terpencil di tengah kota. Sebelum turun dari mobil, dia berkata, “Kalau nggak mau tertimpa musibah, sebaiknya kalian jangan mengungkit tentang masalah hari ini kepada orang lain.”Chandra dan Citra buru-buru mengangguk, lalu menjawab, “Tentu saja. Hari ini, kami sama sekali nggak melihat apa pun.”Setelah menurunkan Yoga, mereka berdua langsung pergi ke rumah Karina. Sepanjang perjalanan, Chandra tidak berhenti berpesan pada Citra, “Citra, kelak, kamu harus be
Begitu teleponnya tersambung, Rendy buru-buru berteriak ketakutan, “Ayah, tolong! Yoga mau membunuhku.”“Apa?” Rafi yang berada di ujung telepon bertanya dengan terkejut, “Rencana Heru gagal? Yoga masih hidup? Mana mungkin!”Yoga mengambil ponsel Rendy dan berkata, “Paman Rafi, maaf aku mengecewakanmu.”Setelah terdiam sejenak, Rafi menjawab, “Yoga, aku sudah terlalu meremehkanmu. Tak kusangka kamu bisa melarikan diri dari cengkeraman Heru.”“Masih ada banyak hal yang berada di luar dugaanmu. Contohnya, kamu akan segera kehilangan seluruh keturunanmu,” ujar Yoga.Rafi bertanya dengan suara berat, “A ... apa yang mau kamu lakukan?”“Setahuku, Paman sudah menjadi mandul dari 10 tahun yang lalu. Saat ini, Rendy adalah satu-satunya keturunanmu. Begitu aku membunuhnya, bukankah kamu akan kehilangan seluruh keturunanmu?” jawab Yoga.Rafi langsung panik dan berkata, “Yoga, kuperingati kamu. Jangan sembarangan bertindak! Bagaimana kalau kita buat kesepakatan? Serahkan Pil Ketenangan Jiwa kepad
“Heh, konyol banget! Atas dasar apa aku harus mematuhi perintahmu?” cibir Yoga.Jimmy berseru marah, “Dasar bajingan! Apa kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan ....”Sebelum Jimmy menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara Nadya yang berkata, “Paman, biarkanlah aku yang bicara dengannya.”“Oke.” Jimmy pun buru-buru memberikan ponsel itu kepada Nadya. Kemudian, Nadya berkata, “Yoga, apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di pihakmu.”Tut! Setelah itu, Nadya langsung memutuskan sambungan telepon.Tindakan Nadya ini pun membuat Yoga tertawa. Dia benar-benar menyukai sifat wanita itu....“Nadya sialan!” Jimmy menyiram secangkir teh panas ke wajah Nadya sambil memaki, “Tindakanmu ini akan mencelakai Keluarga Wibowo!”Nadya menyeka wajahnya dan berkata dengan tenang, “Aku memang nggak tahu apa yang sudah dialami Yoga. Tapi, dia pasti punya alasan kuat untuk berbuat seperti itu. Kita nggak punya hak untuk memberinya perintah.”“Dasar anak nggak tahu terima kasih!” Berhubung gagal membu
Yoga menerima telepon itu dan mendengar suara seorang wanita yang arogan, “Yoga, aku adalah Susi Wijaya, ibunya Rendy. Kamu seharusnya sudah menerima telepon dari Keluarga Wibowo dan Karina, ‘kan? Cepat lepaskan Rendy, lalu datanglah ke Kediaman Wijaya untuk mengakui kesalahanmu. Dengan begitu, aku akan mengampuni nyawamu!”Yoga terkekeh dan memaki, “Persetan denganmu!”Apa? Begitu mendengar makian Yoga, Susi langsung murka dan berseru, “Yoga, apa kamu tahu kamu lagi cari mati? Asal kamu tahu, aku bisa membuat kamu dan semua orang di sampingmu mati mengenaskan! Kamu harus pertimbangkan baik-baik konsekuensinya ....”Sebelum Susi menyelesaikan kalimatnya, Yoga mematahkan beberapa tulang rusuk Rendy dengan satu injakan, lalu berkata, “Kalau kamu masih berani memakiku, aku akan mematahkan satu per satu tulang rusuk Rendy. Mau balas dendam? Kutunggu!”Pada saat ini, Rendy sudah kehilangan semangat hidupnya akibat rasa sakit yang tak tertahankan. Dia pun memohon dengan suara serak, “Yoga ..
Jika memang Karina yang membocorkan rahasia ini, Yoga tidak akan memaafkan Karina. Bagaimanapun juga, hal ini berkaitan dengan nyawa ibunya. Yoga pun memberi perintah pada Raja Kegelapan, “Tangkap Reza, lalu tanyakan dengan jelas dari mana dia tahu tentang masalah ibuku.”“Baik!” jawab Raja Kegelapan.Setelah itu, Yoga buru-buru kembali ke rumah sakit untuk mengobati Lili.Pada saat ini, Lili masih belum sadar. Namun, Nadya tetap menemaninya. Selain itu, ada tambahan seorang wanita lagi di ruangan ini.Wanita itu mengenakan rok mini dan atasan pendek yang menunjukkan pusarnya. Cara berpakaiannya sangat seksi dan terbuka. Sayangnya, terdapat sebuah bekas luka di wajahnya yang cantik. Namun, bekas luka itu malah memberikan kesan seksi yang tak terduga.Wanita itu bernama Shinta Gozali. Dia adalah putri keempat Keluarga Gozali dan juga sedang mengambil alih posisi kepala Keluarga Gozali untuk sementara. Keluarga Gozali adalah salah satu dari empat keluarga besar di Kota Pawana.Dari segi
Shinta berkata, “Sepakat!”Tidak lama kemudian, Yoga pun selesai meracik obatnya. Dia berkata pada Nadya, “Nadya, aku mau minta tolong kamu mengoleskan obat ini di seluruh tubuh Lili. Habis itu, tempelkan Sisik Naga Ungu Keemasan ini di atasnya. Terutama di wajah, jangan ada bagian yang terlewatkan ya.”“Nggak masalah. Serahkan saja padaku,” jawab Nadya.Setelah itu, Yoga pun keluar dari kamar pasien untuk memberikan sedikit privasi kepada mereka.“Shinta, kalau obat ini benar-benar bisa menyembuhkan luka Lili, bekas luka membandel di wajahmu itu pasti juga bisa dihilangkan,” ujar Nadya.Shinta mencibir, “Nadya, memangnya kamu percaya sama omongannya?”Nadya hanya tersenyum getir. Sebenarnya, dia juga tidak begitu yakin.Seusai mengoleskan obat, yang tersisa hanyalah penantian yang panjang. Selama proses menunggu, kabar buruk mengenai Grup Magani datang silih berganti.“Ternyata kekuatan Keluarga Wijaya jauh lebih hebat dari bayanganku. Saat ini, situasi Grup Magani benar-benar parah b
Begitu bangun, kata pertama yang diucapkan Lili ternyata adalah “Kakak Ipar”. Oleh karena itu, Yoga pun merasa agak cemburu. Dia buru-buru mendekat dan berkata dengan semangat, “Lili, aku Kak Yoga. Akhirnya kamu sadar juga. Baguslah!”Lili bertanya dengan lemah, “Kak, yang mana ... kakak iparku ....”Setelah mendengar pertanyaan Lili, Yoga pun terdiam. Kemudian, Nadya buru-buru melangkah maju dan menjawab, “Lili, aku ini kakak iparmu.”Lili menggenggam tangan Nadya dengan susah payah sambil berkata, “Ka ... Kakak Ipar, ke ... keponakanku diberi nama Dhana Kusuma saja ....”“Dhana ... artinya kemakmuran ya? Oke, namai dia Dhana saja,” jawab Nadya.“Kak, aku ngantuk banget ...,” ujar Lili dengan lemah.Yoga menjawab, “Lili, tidurlah. Jangan khawatir, Kakak akan terus menemanimu. Kalau kamu sudah pulih total, Kakak akan membawamu pulang.”Setelah itu, Lili pun tidur dengan nyenyak. Berhubung telah menerima guncangan yang terlalu besar, dia membutuhkan banyak waktu untuk tidur agar bisa le
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn
Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai
Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."