Hal ini membuat Wenny sangat senang. Dia membatin, 'Hmph! Yoga sialan. Tadi, dia malah bilang pria ini bukan Pak Kusuma dan nggak membiarkanku duduk di sini. Untung saja aku nggak memercayainya.'Lantaran merasa waktunya sudah tepat, pria berkacamata hitam memutuskan untuk menjalankan rencananya. Dia berbisik, "Nona Wenny, ada hal penting yang ingin kukatakan padamu. Apa aku boleh ganggu waktumu sebentar?"Hal penting? Selain penyakit kakeknya, sepertinya tidak ada lagi hal penting lain di antara mereka. Sampai sekarang, kejadian tentang Dirga dan sekelompok bos besar Kota Terlarang yang kehilangan kesadaran masih dirahasiakan. Jika hal ini disebarkan, masyarakat pasti akan panik.Wenny bertanya, "Apa kamu ingin membahas penyakit kakekku?"Pria berkacamata hitam mengangguk sembari menjawab, "Benar."Wenny berujar, "Kita bicara di ruang awak kabin saja. Ada temanku di sana. Aku bisa meminjam ruangannya sebentar.""Baik," sahut pria itu.Kala mereka berdua hendak pergi, jantung Yoga seke
Akhirnya, Wenny mengumpulkan keberanian untuk memohon, "Yoga, tolong aku ...."Yoga hanya meliriknya sekilas, lalu menimpali, "Untuk apa?""Kamu ...," pekik Wenny dengan kesal. Tidak lama kemudian, dia langsung sadar. Daripada mengharapkan pria berengsek seperti Yoga untuk menolongnya, lebih baik dia menyelamatkan diri sendiri.Pria berkacamata hitam berujar dengan dingin, "Yoga, aku berikan dua pilihan. Pertama, kamu hancurkan fondasimu, lalu serahkan diri. Dengan begitu, aku bisa menjamin keselamatan kalian semua. Jangan khawatir, pemimpinku nggak menginginkan nyawamu. Aku jamin dia nggak akan membunuhmu.""Kedua, aku akan memecahkan jendela. Kita semua akan mati!" sambung pria itu.Mendengar ini, Wenny seketika tersulut amarah. Dia berteriak, "Berengsek! Yoga, ternyata dia menargetkanmu. Kamulah penyebabnya. Kalau terjadi sesuatu pada seluruh penumpang, kamu yang harus bertanggung jawab.""Bajingan! Masalahmu dengan Yoga, hadapi dia saja. Apa hebatnya menyandera wanita ...," cerca W
"Katakan, siapa yang mengutusmu?" tanya Yoga."Jangan harap!" Pria berkacamata hitam masih keras kepala. Dia membalas, "Meskipun harus mati, aku tetap nggak akan memberitahumu.""Bagus." Yoga berujar sambil mencibir, "Kamu pasti pernah dengar Teknik Jarum Hantu dan Sarang Ribuan Serangga, 'kan? Aku nggak tahu berapa lama kamu bisa bertahan."Pria berkacamata hitam seketika merinding. Sebagai ahli bela diri, dia tentu saja pernah mendengar tentang Teknik Jarum Hantu dan Sarang Ribuan Serangga. Keduanya termasuk sepuluh siksaan teratas.Melihat Yoga hendak menyuapkan Sarang Ribuan Serangga ke mulutnya, pria berkacamata sontak putus asa. Dia buru-buru berteriak, "Aku akan katakan. Aku mendapatkan Dekret Dewa Digdaya untuk membunuhmu.""Untung kamu tahu diri," sindir Yoga.Kala ini, para penumpang yang tadinya sangat ketakutan mulai tenang. Mereka mengerumuni pria berkacamata hitam dan menaklukkannya. Sementara itu, beberapa orang berdiri di samping Yoga."Pak Kusuma memang pemberani. Aku
Ashila juga menimpali dengan semangat, "Wenny, apa kabar? Kamu baru kembali dari Provinsi Sadali?"Wenny mengangguk seraya menyahut, "Benar. Aku baru turun dari pesawat. Kak Ashila, apa yang kamu lakukan di bandara?"Ashila membalas, "Aku sedang menjemput bosku. Pak Kusuma, pemilik Perusahaan Farmasi Hansa.""Apa?" Wenny bertanya dengan kaget, "Kak Ashila, Pak Kusuma itu bosmu? Sejak kapan kamu bekerja untuknya?""Belum lama ini, aku baru ganti pekerjaan dan bekerja di Perusahaan Farmasi Hansa. Sekarang, aku menjadi penanggung jawab Perusahaan Farmasi Hansa di Ibu Kota," jawab Ashila.Wenny berujar dengan senang, "Bagus sekali. Kak Ashila, apa aku boleh ikut menjemput Pak Kusuma?"Ashila bertanya dengan penasaran, "Wenny, kalau aku dengar dari nada bicaramu, apa kamu juga pernah mendengar tentang Pak Kusuma?""Tentu saja!" Wenny menimpali dengan ekspresi bangga, "Jujur saja, aku dan Pak Kusuma sangat berjodoh. Dulu saat perusahaanku mengalami krisis, Pak Kusuma yang membantuku menyelam
"Kenapa aku merasa Pak Kusuma terus menghindariku, ya?" tanya Wenny.Ashila menghibur, "Tenang saja, kita akan mengadakan pesta sambutan untuk Pak Kusuma malam ini. Kita pasti bertemu dengannya nanti."Wenny seketika dipenuhi antusiasme. "Benar, aku pasti bisa bertemu Pak Kusuma hari ini."Yoga menaiki mobil, bersiap-siap pergi ke Kota Terlarang untuk mengobati Dirga. Tidak lama sesudah naik, dia ditelepon oleh sebuah nomor asing."Halo, siapa ini?" tanya Yoga."Halo, Pak Yoga. Aku sekretaris pribadi Pak Karno. Panggil saja aku Buana. Pak Karno yang menyuruhku meneleponmu," sahut orang di ujung telepon.Sekretaris pribadi Karno jelas bukan sembarang orang. Buana berhak memberikan saran atas semua keputusan yang dibuat oleh Karno. Bahkan di beberapa rapat besar, Buana dapat menggantikan Karno membuat keputusan.Jabatan Buana lebih rendah sedikit daripada Dirga. Akan tetapi, karena Buana terus melayani Karno, statusnya terlihat berada di atas Dirga sedikit.Yoga bertanya dengan penasaran
Yoga membalas, "Oke."Begitu mendengar suara ini, Ashila dan Wenny termangu. Kenapa suara ini terdengar begitu familier, bahkan mirip dengan suara Yoga? Keduanya tidak berpikir terlalu banyak. Lagi pula, suara pria dewasa hampir sama.Ashila berkata, "Pak, aku sudah mengatur pesta malam di aula lantai paling atas untuk menyambut kedatanganmu. Kuharap kamu bisa ikut serta malam ini. Semua staf akan hadir.""Oke." Yoga mengiakan dengan culas lagi.Ashila dan Wenny merasa sangat senang. Ashila berujar, "Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu istirahatmu lagi. Sampai ketemu malam ini."Keduanya berjalan pergi dengan pelan. Sementara itu, Yoga yang merasa lelah pun berbaring untuk istirahat. Energinya terkuras banyak karena peluru itu. Meskipun tidak terluka, tubuhnya justru sangat lelah.Yoga tidur sampai pukul 7.30 malam. Dia terbangun karena panggilan telepon Buana. Buana berujar, "Pak, aku sudah dalam perjalanan ke tempatmu. Aku akan tiba sejam lagi. Apa ada barang yang ingin kamu bawa
"Sobat, cuma kamu yang bisa menjilat wanita sampai seperti ini. Benar-benar nggak tahu malu.""Astaga, kamu pria paling muka tebal yang pernah kutemui.""Nona Wenny cantik dan pintar, banyak pria yang mengejarnya. Siapa kamu? Berani sekali kamu mengincarnya.""Biar kuperingatkan, segera tinggalkan tempat ini dan jangan ganggu Nona Wenny. Kalau nggak, kami nggak akan sungkan-sungkan padamu."Yoga melirik semua orang itu dan merasa sangat kecewa. Dia berkata, "Pantas saja, kinerja kantor di ibu kota menjadi yang terburuk beberapa tahun ini. Justru aneh kalau prestasi kalian bagus."Begitu ucapan ini dilontarkan, semua orang sontak murka."Berengsek, berani sekali kamu mengutuk kami!""Cepat minta maaf! Kalau nggak, jangan harap bisa meninggalkan tempat ini hari ini!""Satpam, blokir semua pintu keluar. Hari ini, dia nggak boleh keluar sebelum minta maaf!"Para satpam segera menghalangi pintu. Beberapa staf pria bahkan menyingsingkan lengan baju dan memasang postur siap berkelahi. Sementa
Buana berkata dengan sopan, "Pak Kusuma, maaf sudah membuatmu lama menunggu. Kita sudah bisa berangkat sekarang."Pemandangan ini membuat semua orang tercengang. Buana memanggil Yoga dengan sebutan Pak Kusuma! Ternyata, pria yang mereka anggap sebagai penjilat Wenny adalah bos mereka! Bagaimana mungkin?Ketika teringat pada perilaku barusan, mereka ingin sekali mencari tempat untuk bersembunyi. Terutama Ashila, dia bahkan ingin bunuh diri sekarang. Lelucon macam apa ini?Yoga berkata, "Buana, tunggu sebentar. Ada masalah yang harus kutangani di sini.""Baik." Buana mengiakan. Orang bodoh sekalipun tahu bahwa Yoga akan balas dendam. Jadi, mereka mulai memohon."Pak, kami benar-benar minta maaf. Kami sudah meremehkanmu sebelumnya. Kami memang bodoh. Tolong ampuni kami untuk kali ini saja.""Kami tulus meminta maaf padamu, Pak. Tolong beri kami kesempatan sekali lagi."Yoga menyahut dengan dingin, "Kesempatan nggak datang begitu saja, semua tergantung pada kemampuan kalian sendiri."Yoga
Tak lama kemudian, semua orang segera bergerak kembali dan mengendalikan formasinya. Kali ini, benang-benangnya bergerak dengan makin kuat dan rapat, sehingga para Pelindung Kebenaran dan orang-orang empat keluarga besar yang terbelah menjadi dua bertambah makin banyak. Mereka semua menjadi korban mengenaskan dengan tubuh berserakan dan darah mengalir di mana-mana.Bahkan para penyintas dari kejadian itu pun merinding karena ketakutan. Mereka segera melarikan diri ke segala arah karena takut menjadi korban dari formasi ini.Tak lama kemudian, medan pertempuran menjadi kosong dan hanya tersisa sepuluh tetua serta lima jenderal besar yang mengepung Yoga. Benang-benang itu juga masih terus bergerak dan terus menghantam ke arahnya.Sebuah benang yang sangat tipis melayang karena tertiup angin dan langsung menyerang ke arah kening Yoga. Namun, dia tetap tenang dan hanya bergeser sedikit ke samping.Plak!Terdengar suara keras dan sebuah jurang yang dalam pun terbentuk di samping Yoga. Ini a
Dalam sekejap, seluruh tempat itu berubah menjadi seperti neraka dengan bau amis darah dan kekejaman di mana-mana. Terlihat sangat mengerikan saat satu per satu tubuh terpotong oleh benang hitam itu. Makin banyak benang yang bergerak dengan tidak teratur dan memotong ke segala arah, tidak ada seorang pun bisa menghindar. Meskipun dewa yang datang, mereka juga akan tewas.Di salah satu deretan bangunan, Winola dan Sutrisno sedang berdiri di depan jendela dan melihat pemandangan itu dengan ketakutan. Ekspresi mereka terlihat sangat muram dan wajah mereka pucat pasi. Tidak ada yang menyangka semuanya akan menjadi begitu mengerikan.Winola tiba-tiba berkata, "Aku akhirnya mengerti kenapa Tuan Bimo menyuruh kita datang ke sini."Sutrisno menambahkan, "Ternyata dia ingin melindungi kita. Kalau kita berada di medan perang, kita pasti sudah mati."Winola kembali berkata, "Harus diakui, Tuan Bimo memang bijak. Bukan hanya memperhatikan kita, dia juga ingin melindungi kita."Sutrisno menghela na
Yoga tersenyum sinis dan menatap kerumunan orang di depannya dengan dingin, lalu mengangkat kepalanya dengan ekspresi angkuh. Jubahnya yang berkibar meskipun tidak ada angin membuatnya terkesan santai, tetapi berwibawa. Aura kuat yang misterius tiba-tiba memancar dari tubuhnya, sehingga orang-orang di sekitarnya makin waspada dan mengawasi setiap gerakannya."Bimo, jangan kira kamu sudah menang karena membawa orang untuk menyerang kami.""Kami sudah mempersiapkan tempat ini sepenuhnya untuk menghadapi kemungkinan kamu datang ke sini.""Kamu ini sama saja mencari mati sendiri. Lihat saja bagaimana kami membunuhmu."Dalam sekejap, semua orang yang berada di sana menjadi sangat bersemangat dan tertawa terbahak-bahak.Saat ini, Yoga mengernyitkan alis dan mengamati sekelilingnya. Dia menyadari ada ancaman yang terus mendekat, seolah-olah memang ada yang tidak beres."Ayo mulai aktifkan formasi!" teriak seseorang dengan lantang.Sepuluh tetua dan lima jenderal itu pun langsung bergerak. Mer
"Benda berharga yang bisa diambil? Maksudnya, kami disuruh merampok?" tanya Sutrisno dengan ekspresi yang berubah, tidak percaya dengan apa yang didengarnya."Benar, mana mungkin kami bisa melakukan hal seperti ini. Bukankah seharusnya kita bertarung melawan musuh?" kata Winola yang terlihat bingung dan sangat penasaran.Keduanya menatap Yoga dengan tajam karena ingin tahu dengan jawabannya.Namun, Yoga sebenarnya mengatakan itu hanya demi menyingkirkan keduanya, mana mungkin ada jawaban untuk pertanyaan mereka. Pada akhirnya, dia mengernyitkan alis dan berkata setelah berpikir sejenak, "Mungkin saja dia memperhatikan kalian, jadi ingin memberi kalian kesempatan untuk berprestasi."Mendengar perkataan itu, ekspresi Sutrisno dan Winola terlihat sangat terkejut. Kemungkinan untuk berprestasi ini bukannya mustahil.Winola langsung berkata, "Benar. Tuan Bimo pasti melihat potensi kita, jadi ingin membimbing kita."Sutrisno menambahkan, "Memang ada kemungkinannya. Kalau begitu, kita harus b
"Di mana Tuan Bimo sekarang?" tanya seseorang dengan segera saat Yoga memberikan perintah."Tuan Bimo selalu bertindak dengan hati-hati, teliti, dan sulit untuk ditebak. Aku juga nggak tahu dia ada di mana sekarang," jawab Yoga dengan tenang.Semua orang saling memandang dengan ekspresi tak berdaya, hanya bisa mulai bergerak.Winola bertanya, "Tuan Bimo ... kapan dia berbicara denganmu?"Sutrisno juga bertanya, "Benar. Bukankah tadi kamu selalu bersama kami?"Keduanya maju dengan ekspresi bingung dan memperhatikan Yoga. Mereka sudah bersama dengan Yoga sejak tadi, tetapi tidak terlihat sosok Bimo di sekitar."Tuan Bimo punya kemampuan transmisi suara sejauh ribuan mil, jadi wajar saja kalian nggak mendengarnya," jawab Yoga sambil menunjuk kepalanya, lalu menggelengkan kepala dengan tak berdaya. Dia merasa kedua orang ini benar-benar terlalu santai.Pada saat itu, orang-orang dari empat keluarga besar sudah berpencar dan mengelilingi Gunung Lorta. Setelah itu, mereka bergerak mendekat k
Yoga kembali menyerang. Dia langsung menghabisi dua jenderal yang tersisa. Tubuh mereka terjatuh ke tanah. Darah mengalir deras dan mewarnai tanah dengan warna merah pekat.Suasana di tempat itu berubah menjadi sangat sunyi hingga hanya keheningan yang tersisa. Semua orang menatap Yoga dengan kagum sekaligus gentar. Sorot mata mereka penuh semangat juang yang berkobar."Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!""Hidup Tuan Bimo!"Dalam sekejap, mereka dipenuhi semangat yang meluap-luap. Orang-orang itu berteriak dengan penuh kegembiraan. Semua Pelindung Kebenaran telah dihabisi tanpa tersisa.Menurut mereka, Bimo benar-benar mengubah situasi pertempuran dengan begitu mendominasi. Pada momen ini, semua orang merasakan tekanan yang sangat kuat darinya."Ayo, pergi ke Gunung Lorta! Hancurkan markas Pelindung Kebenaran!" Dengan hanya satu kalimat dari Yoga, semua orang di tempat itu menjadi sangat bersemangat. Mereka mengangguk penuh antusias dan percaya diri.Di mata mereka, Bimo begitu kuat h
Suasana di medan perang mendadak menjadi sangat sunyi. Tatapan dingin Yoga tertuju pada tiga jenderal yang tersisa. Ketiganya merasakan ketakutan yang luar biasa, seolah-olah mereka berdiri di tepi jurang maut.Mencabik tangan dan kaki? Apa Yoga berniat menyiksa mereka sampai mati? Pikiran ini membuat mereka makin cemas. Ketiga jenderal itu tidak lagi tenang. Mereka ingin berbicara, tetapi ketakutan mengunci mulut mereka."Dimulai dari kamu," ujar Yoga tiba-tiba sambil menunjuk salah satu dari mereka."Aku?" Jenderal yang ditunjuk itu gemetar hebat. Wajahnya pucat pasi, sementara bibirnya bergetar tanpa henti.Yoga menatapnya dengan ekspresi yang datar. Dia bertanya dengan nada penuh tekanan, "Katakan, di mana markas kalian?"Jenderal itu menjawab dengan suara penuh ketegangan, "Aku ... aku bakal kasih tahu kamu! Markas kami ada di dalam Gunung Lorta!""Kamu bisa-bisanya berkhianat? Cari mati!"Dua jenderal lainnya memelotot penuh amarah. Mereka sulit percaya bahwa salah satu dari mere
Saat ini, energi yang dilepaskan Yoga makin mengamuk. Kekuatan yang dia miliki terus meningkat dan mencapai level yang luar biasa. Kilatan petir tiba-tiba menyambar, seolah-olah merespons kekuatannya dan langsung menghantam tubuh Yoga.Suara ledakan yang menggema membuat semua orang secara refleks menutup telinga dan mata mereka. Serangan ini membuat mereka merasakan teror yang luar biasa. Bahkan tanah di bawah mereka bergetar hebat, seolah-olah seluruh gunung bergoncang.Dari kejauhan, Winola dan Sutrisno mengarahkan pandangan tajam mereka ke arah sana. Alis mereka berkerut dalam-dalam. Mereka berdua bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa."Petir itu ... kenapa rasanya seperti Yoga?" tanya Winola dengan penasaran."Apa mungkin ... ini adalah ajaran dari Tuan Bimo pada Yoga?" ujar Sutrisno yang coba menebak kemungkinan lain."Mungkin saja ...." Winola akhirnya mengangguk dan menerima kemungkinan tersebut. Bagaimanapun, Bimo adalah sosok yang sangat kuat. Bukan hal aneh jika dia mengaj
Dalam sekejap, suasana di medan perang makin tegang. Rasa gelisah makin menjalar di antara semua orang. Bagaimanapun juga, tidak ada yang ingin mati.Mereka datang ke sini hanya untuk membantu Bimo membasmi para Pelindung Kebenaran. Namun sekarang, mereka justru dihadapkan pada situasi yang begitu mencekam."Bunuh!" Para Pelindung Kebenaran makin bersemangat bertarung. Semangat juang mereka sudah makin membara. Pada saat itu, hampir semua orang bisa melihat betapa brutal dan nekatnya para Pelindung Kebenaran.Yoga memandang semua itu dengan tenang. Dia menyaksikan perubahan di medan perang. Tatapannya tajam, tetapi sikapnya tetap acuh tak acuh."Bimo, kamu mulai takut, 'kan? Ini adalah Formasi Domain Darah!""Begitu formasi ini diaktifkan, bahkan kamu yang legendaris 1.000 tahun lalu pun nggak akan mampu mengatasinya!""Formasi kuno ini diciptakan khusus untuk melawan para ahli hebat seperti dirimu. Kamu nggak akan punya peluang kali ini!"Kelima jenderal itu berbicara dengan sombong.