Dengan napas terengah-engah, Widi mengeluarkan kartu bank dari sakunya dan berkata, "Se ... sebaiknya kamu cepat kabur dari sini. Mereka semua bawahan Pak Irfan. Kamu bukan lawan mereka. Ini tabungan yang kusimpan selama bertahun-tahun. Kamu bisa menggunakannya untuk melindungi diri."Yoga menyeka keringat di dahi Widi, lalu berucap, "Kak Widi, ini aku. Kamu sudah lupa padaku? Aku Yoga!"Begitu mendengar nama ini, tubuh Widi tak kuasa gemetar. Dia menatap Yoga dengan tidak percaya. Setelah memastikan pria ini memang Yoga, air matanya langsung berderai."Maaf, kamu salah orang. Aku nggak kenal yang namanya Yoga ...." Widi tiba-tiba berbalik dan pergi. Kehidupannya sungguh kacau sekarang. Dia merasa malu jika bertemu dengan kenalan lamanya.Yoga segera menariknya dan berkata, "Kak Widi, jangan menangis. Aku tahu kamu melakukan semua ini karena dipaksa. Maaf kalau aku terlambat. Kamu dan Paman Aiman pasti sangat sengsara. Tenang saja, aku akan membantu kalian. Siapa pun yang berani menind
Saat mendekat, Yoga langsung tahu bahwa orang itu adalah Aiman. Yoga merasa sangat sedih. Dia tidak bisa membayangkan betapa menderitanya Aiman saat ini. Pakaian Aiman sangat kumal dan wajahnya tampak suram. Namun, Aiman tidak memedulikan teriknya panas matahari dan tetap berusaha mencari tempat yang pas untuk diam-diam melihat putrinya di acara pernikahan.Widi menangis. Dia bergegas menghampiri Aiman dan memanggil, "Ayah."Melihat Widi datang, Aiman langsung panik. Dia bertanya, "Widi, untuk apa kamu datang ke sini?"Widi menjawab, "Ayah, hari ini Wani menikah. Kenapa kamu nggak masuk?"Aiman berusaha menutupi kebenarannya dari Widi. Dia berucap, "Aku cukup melihatnya dari luar. Aku nggak mau merepotkan mereka."Widi bertanya lagi, "Ayah, apa Pak Irfan yang nggak mengizinkanmu masuk?"Aiman tidak menyangkalnya. Dia menjelaskan, "Widi, ini bukan salah Pak Indra. Latar belakang Ayah nggak bagus. Wani akan malu kalau aku masuk. Kalau para kerabat tahu ayah Wani itu bekas tahanan, kelak
Dirga berkata, "Oke. Kelak Kota Terlarang itu rumahmu. Aku akan segera utus orang untuk mengantar medali agung kepadamu. Sudahlah, lebih baik aku sendiri yang mengantarnya saja."Dirga merasa dirinya untung besar karena menukar medali agung yang tidak berguna dengan 2 butir pil tingkat tujuh.Satpam tertawa dan mengomentari, "Kamu nggak usah sok hebat. Mana mungkin orang sepertimu bisa mendapatkan medali agung Daruna?"Yoga mengancam, "Cepat minggir. Kalau nggak, kamu akan menanggung akibatnya."Satpam menimpali tanpa sungkan sedikit pun, "Haha. Memangnya aku akan menanggung akibat apa kalau mencegat bekas tahanan ...."Sebelum selesai bicara, Yoga langsung menampar satpam itu dengan kuat. Aiman dan Widi menjadi gugup. Semua orang tahu Irfan sangat melindungi bawahannya. Irfan pasti tidak akan melepaskan Yoga jika tahu Yoga memukul bawahannya.Aiman berkeringat dingin. Dia menyarankan, "Yoga, lebih baik kamu segera kabur ...."Yoga menghibur, "Paman Aiman, tenang saja. Apa pun yang ter
Wani berkata dengan ekspresi lega, "Yoga, aku nggak menyangka bisa bertemu kamu lagi."Yoga menimpali, "Kak Wani, kamu nggak usah menikah lagi. Aku datang untuk bawa kamu pulang."Wani merasa sedih karena dia tahu melarikan diri dari Irfan sangat sulit. Irfan menyergah, "Hei, kamu ini memang nggak tahu diri! Rasakan akibatnya!"Selesai bicara, Irfan hendak menampar Yoga. Wani yang ketakutan berucap, "Yoga, hati-hati ...."Gerakan Yoga lebih cepat. Dia juga melayangkan tamparannya ke wajah Irfan. Suara tamparan yang nyaring bergema di tempat itu. Irfan terpental dan menghantam sebuah vas. Dia terus memuntahkan darah.Semua orang di tempat terkesiap. Mereka merasa Yoga pasti mati hari ini karena berani memukul Irfan di wilayah kekuasaannya.Wani juga terbengong-bengong. Dia terus memikirkan cara untuk membantu Yoga terlepas dari masalah. Namun, dia tidak menemukan cara apa pun untuk menolong Yoga. Masalah yang ditimbulkan Yoga terlalu besar.Irfan mengerahkan seluruh tenaganya untuk bang
Aiman melanjutkan, "Yoga, kamu tenang saja. Meskipun cacat, aku masih punya senjata mematikan. Aku bisa membereskan Irfan dan bawahannya. Biarkan aku yang balas dendam sendiri hari ini."Yoga tentu bisa menebak pemikiran Aiman. Senjata mematikan yang dimaksud Aiman adalah fondasi bela dirinya yang sudah rusak. Aiman pasti berniat mati bersama Irfan.Yoga meyakinkan, "Paman Aiman, percaya padaku sekali saja."Aiman dan kedua putrinya saling bertatapan. Pikiran mereka sangat kalut. Mereka bukan tidak percaya kepada Yoga, tetapi Irfan terlalu kuat. Keluarga Kusuma yang berada di puncak kejayaan saja tidak sanggup melawan Irfan. Apalagi, sekarang Keluarga Kusuma sudah terpuruk.Anggota Aliansi Keadilan berbondong-bondong masuk ke hotel. Lokasi acara pernikahan pun dipenuhi dengan bawahan Irfan, begitu pula bagian luar hotel. Para tamu acara pernikahan tercengang melihat situasi ini. Mereka tahu Irfan sangat hebat. Namun, tidak disangka Irfan bisa memanggil begitu banyak orang. Irfan benar-
Pasukan Imperial tunduk kepada Yoga! Mereka adalah pasukan yang khusus melindungi para tokoh hebat di Kota Terlarang. Jangan-jangan, Yoga punya kedudukan yang setara dengan tokoh hebat di Kota Terlarang? Bisa-bisanya keluarga Aiman mengenal tokoh hebat seperti Yoga! Hal ini benar-benar di luar dugaan!Aiman yang tersadar dari keterkejutannya menangis terharu dan berucap, "Yoga, kalau ibumu tahu, dia pasti akan merasa bangga kepadamu. Orang tua yang hebat pasti akan melahirkan anak yang hebat juga. Kata-kata ini memang benar."Yoga memerintah, "Tahan semua anggota Aliansi Keadilan!""Siap!" sahut Emran. Para Pasukan Imperial langsung bertindak untuk menangkap anggota Aliansi Keadilan.Kala ini, semua anggota Aliansi Keadilan ketakutan setengah mati. Mereka benar-benar tidak menyangka hari ini mereka akan ditangkap oleh Pasukan Imperial. Para anggota Aliansi Keadilan berusaha kabur, termasuk Irfan.Yoga berkelebat dan mencegat Irfan. Dia menendang Irfan hingga terjatuh di lantai. Sementa
Irfan merasa putus asa. Dia tahu dirinya pasti tidak bisa selamat lagi hari ini. Irfan berucap dengan suara bergetar, "Aku terima kalau memang harus mati di tanganmu. Tapi, aku mohon jangan siksa aku."Yoga menimpali dengan dingin, "Kamu mau langsung mati? Jangan harap."Irfan yang panik bertanya, "Apa ... apa yang ingin kamu lakukan?" Irfan bahkan tidak bisa mati. Dia tidak berani membayangkan apa yang akan dialaminya nanti.Yoga menyahut, "Sudahlah. Aku akan memberimu kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Kalau kamu membantuku, mungkin aku nggak akan menyiksamu."Irfan segera bertanya, "Kamu mau aku bantu apa?"Yoga bertanya balik, "Beri tahu aku, siapa yang menyuruhmu untuk mempersulit keluarga Aiman?"Yoga curiga kemungkinan besar Keluarga Sumargo yang menyuruh Irfan untuk menyiksa keluarga Aiman. Irfan menjawab, "Nggak ada yang menyuruhku berbuat seperti ini. Alasannya hanya karena mereka berutang uang kepadaku sehingga aku mempersulit mereka."Yoga mengancam, "Aku sudah memberimu
Aiman tentu tidak memercayainya. Dia menganggap Yoga hanya melebih-lebihkan ucapannya demi menghibur dirinya.Namun, Dirga memercayai ucapan Yoga. Dia memahami Yoga dan tahu bahwa Yoga tidak akan berbohong. Kalaupun Yoga memang melebih-lebihkan ucapannya, Dirga yakin Yoga pasti masih punya Pil Tujuh Indra.Dirga bertanya, "Yoga, apa kamu masih mau medali agung? Kamu tukar saja dengan Pil Tujuh Indra. Aku akan beri kamu diskon kalau kamu ambil lebih banyak medali."Lagi pula, modal untuk pembuatan medali agung hanya senilai jutaan. Jadi, menukar Pil Tujuh Indra dengan medali agung benar-benar menguntungkan.Yoga mengangguk dan menyahut, "Aku butuh 9 medali agung lagi."Sepuluh senior Aula Haima harus mendapatkan medali agung. Meskipun medali ini tidak cukup untuk menebus penderitaan yang mereka alami selama ini, setidaknya Yoga merasa lebih tenang.Dirga langsung menyetujuinya, "Nggak masalah. Aku akan memberimu diskon. Kamu hanya perlu menukarnya dengan 4 butir Pil Tujuh Indra."Aiman