Dewa Digdaya puas dengan inisiatif putranya. Azhar kuat dan cerdas, dia pasti sanggup menyelesaikan misi ini.Dewa Digdaya berujar sambil tersenyum, "Azhar, kamu memang nggak pernah mengecewakanku. Baiklah, misi ini kuserahkan padamu. Ingatlah untuk menjaga keselamatan."Azhar menyahut, "Tunggulah kabar baik dariku, Ayah. Aku nggak akan mengecewakan Ayah." Usai berkata begitu, Azhar segera berangkat menjalankan tugas.Setelah Azhar pergi, seorang pelayan mendekat dengan tergopoh-gopoh dan melapor, "Dewa Digdaya, ada seorang ahli bela diri di luar yang ingin bertemu denganmu.""Siapa?" tanya Dewa Digdaya.Pelayan itu menjawab, "Dia berkata kalau namanya Arnos dari Pulau Neraka."Arnos! Dewa Digdaya segera berkata dengan mata berbinar, "Cepat persilakan dia masuk!"....Yoga kembali ke pondok nadi obat dan lanjut memurnikan pil tingkat delapan. Berkat nadi obat, semua berjalan dengan lancar. Yoga juga menggunakan Pil Peremajaan dan Pil Tujuh Indra sebagai semacam penyubur. Bahan obat tin
Yoga mendorong Ambar ke tepi dan berjalan menuju UGD dengan langkah-langkah lebarnya.Seorang perawat yang berjaga di depan pintu UGD segera menghentikan Yoga dan berkata, "Berhenti! UGD bukan tempat yang bisa dimasuki sembarang orang."Yoga berkata padanya, "Minggir, aku harus masuk untuk menyelamatkan Karina.""Nggak bisa! Ruangan di dalam berada dalam keadaan steril. Kamu bisa membunuh pasien kalau masuk ke dalam," ujar perawat tadi sambil memblokir pintu UGD.Yoga menarik perawat itu menjauh tanpa basa-basi. Tahu bahwa dirinya tidak mampu menghentikan Yoga, perawat itu akhirnya mengalah dan berkata, "Berhenti, tahan dulu sebentar! Kalau kamu memang ingin masuk, ganti ke pakaian sterilku dulu. Kalau nggak, aku nggak bisa membiarkanmu masuk."Setelah menenangkan diri sejenak, Yoga melepas mantelnya. Dia memakai pakaian steril perawat tadi, lalu segera masuk ke UGD.Perawat itu mengulum senyum licik yang tidak kentara. Usai mendapatkan mantel Yoga, dia buru-buru berjalan ke luar rumah
Gupta merasa separuh jiwanya seolah melayang saat terhempas.Yoga berkata kepada Helen, "Cepat suntikkan adrenalin ke pasien.""Baik," jawab Helen segera menyuntikkan adrenalin ke tubuh Karina. Sementara itu, Yoga juga melakukan akupunktur untuk menyelamatkan nyawa Karina. Setelah usaha yang dilakukan oleh mereka berdua, Karina akhirnya melewati masa kritis. Saat ini, kondisinya mulai stabil.Helen menyeka keringat di dahinya sembari berucap, "Akhirnya dia tertolong. Terima kasih, ya."Yoga membalas, "Aku yang seharusnya berterima kasih padamu."Saking merasa kesal, Gupta berseru dengan raut wajah muram, "Kamu sudah menerobos ke UGD tanpa izin dan memukuli dokter bedah! Aku akan memenjarakanmu!"Yoga membalas dengan dingin, "Memangnya kamu pantas menjadi dokter? Kamu membahayakan nyawa orang lain untuk mendapatkan kekayaan. Kejahatanmu sangat besar. Kamu yang seharusnya mendekam di penjara!"Selesai melontarkan perkataannya, Yoga hendak menghubungi Danesh untuk memintanya menyelidiki t
Gupta membatin, 'Sial! Sebenarnya seberapa besar kekuasaan Yoga sampai bisa mendatangkan Kemiliteran Provinsi dan Badan Keamanan Nasional?'Gupta akhirnya ketakutan. Dia menangis sembari memohon, "Aku sudah tahu kesalahanku. Pak Yoga, aku mohon berikan aku kesempatan untuk berubah ...."Yoga tidak menggubrisnya, melainkan berbicara kepada pasukan penegakan hukum, "Hukum dia dengan tegas. Kalau berani meringankan hukumannya, kalian juga akan dihukum.""Baik!" sahut pasukan penegakan hukum.Sekujur tubuh Gupta gemetaran. Bau urine menyeruak memenuhi ruangan. Gawat. Kali ini, nyawanya mungkin tidak akan terselamatkan. Akhirnya Gupta dibawa pergi.Direktur rumah sakit itu berkata kepada Helen, "Helen, aku barusan mendapatkan pemberitahuan dari Lembaga Medis Provinsi Sadali. Saat ini, posisi direktur di sana sedang kosong. Mereka ingin kamu memegang jabatannya. Terimalah jabatan itu."Helen sontak tercengang saat mendengar ini. Dia tidak menyangka hanya dengan bertelepon, Yoga bisa mempromo
"Sudah, tapi cara ini membutuhkan bahan obat tingkat delapan," timpal Hagi."Aku sudah menyiapkan bahan obat tingkat delapan. Kemarilah," ucap Yoga.Di ujung telepon, Hagi merasa sangat lega. Beberapa waktu yang lalu, bahan obat tingkat enam adalah benda legendaris yang sulit didapatkan. Namun sekarang, Yoga malah bisa membuat bahan obat tingkat delapan. Benar-benar luar biasa.Setelah melihat Yoga mengakhiri panggilan, Ambar bertanya, "Yoga, kamu mau menyembuhkan kanker Karina?"Yoga mengangguk.Jujur saja, Ambar tidak yakin bahwa Yoga bisa menyembuhkan kanker. Akan tetapi, dia tidak punya pilihan lain selain membiarkan Yoga mencobanya.Ambar berucap, "Yoga, kalau kamu bisa menyembuhkan kanker paru-paru Karina, aku akan mengizinkan kalian menikah lagi tanpa meminta mahar darimu. Tapi, kamu jangan coba-coba menginginkan aset keluargaku. Kalian tetap harus membuat perjanjian pranikah."Yoga tidak menggubris ucapan Ambar, melainkan berbalik masuk ke ruang operasi. Dia mengingatkan, "Jang
Beberapa hari ini, Nadya sibuk mengurus pesanan Ekstrak Akar Nertera sampai harus begadang dan bekerja lembur. Kadang-kadang, dia bahkan tidak sempat makan. Ketika sedang sibuk, tiba-tiba ada akun tidak dikenal yang mengirimkan surel kepadanya. Judul surelnya adalah "Bukti Yoga Berselingkuh".'Apa-apaan ini? Yoga berselingkuh?' batin Nadya. Meskipun tidak percaya, jantungnya berdegup kencang. Dia membuka surel itu dengan tangan gemetaran. Isi surelnya adalah tangkapan layar obrolan Karina dan Yoga.[ Yoga, bagaimana dengan rencana kita? ][ Semua persiapan sudah siap, hanya tersisa satu hal terakhir. Sekarang, Nadya sudah jatuh cinta padaku. Nggak lama lagi, aku akan mendapatkan seluruh asetnya. Tiba saatnya, kita akan menjadi orang terkaya di Kota Pawana. ][ Bagus sekali. Setelah kamu mendapatkan asetnya, kita akan menikah. Nanti aku juga akan mengusir Nadya dari Provinsi Sadali supaya dia nggak mengusikmu. Kamu nggak akan sedih, 'kan? ][ Bagiku, Nadya cuma wanita bodoh. Kalaupun ka
Nadya memiliki akrofobia yang parah. Namun sekarang, dia tidak memedulikan ketinggian ini karena kekecewaan yang sangat dalam."Selamat tinggal!" gumam Nadya sambil hendak melompat.Pada saat yang menegangkan, tiba-tiba seseorang muncul dan meraih tangan Nadya. Orang itu adalah Azhar. Dia diam-diam menjentikkan jarinya. Kemudian, telur belatung melayang dari kukunya dan masuk ke mata Nadya. Ini adalah Racun Amor. Orang yang terkena Racun Amor akan terobsesi dengan pemberi racun, bahkan sampai rela mengorbankan nyawanya sendiri.Nadya berusaha melepaskan diri sambil berseru, "Lepaskan aku! Jangan pedulikan aku! Aku mau mati!"Azhar membujuk, "Nona, kamu masih muda. Kenapa kamu bisa berpikiran sempit? Aku yang sakit parah saja sedang berjuang untuk hidup. Orang sehat seperti dirimu seharusnya menjalani hidup dengan baik."Nadya masih berusaha melepaskan diri. Dia menimpali, "Jangan ikut campur. Biarkan aku mati."Azhar menghela napas, lalu berujar, "Aku nggak akan melepaskanmu apa pun ya
Kalau tidak meniduri Nadya, Azhar akan menyesal seumur hidup. Dia pergi ke kamar mandi, lalu menelepon Dewa Digdaya. "Ayah, misi sudah selesai. Aku sudah mendapatkan bahan obat tingkat delapan dan pil tingkat tinggi."Dewa Digdaya tertawa terbahak-bahak, lalu memuji, "Hebat! Anakku memang bisa diandalkan. Kamu nggak pernah mengecewakanku. Alangkah baiknya kalau bisa memancing Yoga datang ke ibu kota dan memaksanya membuat pil tingkat tinggi untukku."Azhar menimpali, "Mudah saja, Ayah. Serahkan saja padaku."Dewa Digdaya yang merasa senang membalas, "Oke, aku tunggu kabar baik darimu."Azhar kembali ke restoran, lalu berkata kepada Nadya, "Nadya, orang tuaku tersentuh mendengar kamu membantuku mendapatkan obat penyelamat. Mereka ingin berterima kasih kepadamu secara langsung. Jadi, apa kamu bersedia ikut aku pulang ke Ibu Kota?"Nadya bertanya dengan semangat, "Benaran? Aku boleh ikut kamu pulang ke Ibu Kota?"Azhar tersenyum dan menyahut, "Tentu saja. Kita langsung berangkat setelah m