“Hanya karena Tika nggak sengaja menabrak dan merusak makam Keluarga Kusuma, Yoga si baj*ngan itu malah menyakiti Tika,” ujar Gatot. “Dia mematahkan kedua tangan dan tiga tulang rusuk Tika … Huhuhu, sulit untuk memastikan apakah Tika masih bisa selamat atau nggak?”Tentu saja, seperti itulah ‘fakta’ yang diceritakan Tika kepada Gatot. Setelah mengatakan semuanya, Tika langsung jatuh pingsan.Gatot tidak tahu, Tika tidak akan pernah bangun lagi.“Bagaimana mungkin?” teriak Karina dengan terkejut. “Bagaimana mungkin Yoga bisa melakukan hal sekeji itu? Sekalipun dia adalah Raja Agoy yang Perkasa, dia nggak boleh melanggar hukum.”“Raja Agoy yang Perkasa apaan?” Ambar langsung mengumpat. “Yoga itu bukan Raja Agoy yang Perkasa. Dia hanya tameng dari Raja Agoy yang Perkasa! Raja Agoy yang Perkasa tahu kalau ada orang yang mencoba membunuhnya. Itu sebabnya dia menyuruh Yoga untuk menggantikannya menghadiri acara makan malam.”“Benarkah?” Wajah Karina tampak ragu-ragu.“Tentu saja benar. Raja
“Hanya saja, kamu nggak berpengalaman. Itu sebabnya kamu mengalami kerugian”“Dasar nggak tahu malu!” Karina menggertakkan giginya dan memaki.Reza menggebrak surat perjanjian utang di atas meja. “Jangan banyak bicara. Cepat kembalikan 400 miliar itu padaku!”Dengan adanya surat perjanjian utang ini, ditambah dengan kehadiran Pak Jarot, Karina tahu jika dirinya sudah tidak bisa lagi mengelak.“Beri aku waktu lima hari. Aku akan membayar 400 miliar itu tanpa kurang satu sen pun,” kata Karina.“Maaf, aku juga sedang kekurangan uang. Aku nggak bisa memberikan waktu selama itu,” balas Reza. “Lagi pula, meskipun aku setuju, belum tentu pak Jarot juga akan setuju.”Karina menatap Pak Jarot. “Pak Jarot, bolehkah aku bertanya padamu? Apa kamu juga ingin ikut campur dalam masalah ini?”“Secara logika, aku memang nggak berhak ikut campur dalam masalah ini,” jawab Pak Jarot. “Tapi, Reza baru saja bergabung dengan Asosiasi Perdagangan Kota. Jadi, aku harus ikut campur dalam masalah ini. Saat ini,
Namun, Yoga sudah tidak sanggup lagi untuk menjelaskan. Dia juga malas untuk melakukannya.Jika Karina peduli padanya, dia pasti sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sejak dahulu.Yoga tersenyum sedih. “Terserah kamu mau bilang apa. Tolong minggir. Jangan halangi aku untuk melakukan sesuatu.”Yoga mendorong Karina dengan kejam. Kemudian, dia berjalan menghampiri Pak Jarot.“Yoga!” Karina menjadi sangat marah. “Aku benar-benar sudah salah menilaimu.”“Hehehe,” Yoga terkekeh.Melihat Yoga hendak menghampiri Pak Jarot, Karina ingin menghentikannya. Namun, Ambar dan Gatot menahannya.“Biarkan saja dia, Karina.”“Kalau dia ingin mati, biarkan saja dia mati. Biar Pak Jarot yang mengurusnya. Hal ini juga akan menyelamatkan kita dari masalah.”“Tapi …” kata Karina.“Tutup mulutmu!” bentak Ambar.Yoga berjalan selangkah demi selangkah mendekati Pak Jarot. Tatapannya penuh dengan niat membunuh.”Pak Jarot mencibir. “Yoga, aku sudah bilang kalau kita akan segera bertemu lagi. Kemarin, kam
Pak Jarot berlumuran darah. Tulangnya banyak yang patah. Dia tergeletak di lantai tanpa daya dan memuntahkan darah.Darah tersebut juga bercampur dengan serpihan organ dalam tubuhnya.Adegan tersebut membuat keluarga Karina merasa merinding. Yoga tidak pernah membalas pukulan ataupun kata-kata kasar di rumah mereka. Mereka selalu mengira jika Yoga itu lemah dan tidak bisa apa-apa. Siapa sangka jika ternyata Yoga begitu berani dan kejam. Kekuatannya juga begitu luar biasa.Jika Yoga membalas sedikit saja, jika tidak mati, mereka pasti akan menjadi cacat, bukan?Yoga pasti memiliki tekad yang begitu kuat, hingga mampu menahan diri selama lima tahun penuh.Pak Jarot sendiri juga ketakutan setengah mati. Dia terus-menerus membanggakan kekuatannya. Namun, pada akhirnya Pak Jarot menyadari jika dirinya masih begitu meremehkan Yoga.Siapa sebenarnya baj*ngan satu ini?Yoga memanggul Pak Jarot layaknya anjing yang sudah mati dan melangkah keluar.Karina kembali ke akal sehatnya dan berteriak d
“Ayahku pernah memberitahuku. Kalau aku mendapat masalah yang nggak bisa aku selesaikan, aku bisa menghubungimu. Kamu akan membantuku untuk sekali saja.”Ayah Karina pernah menyelamatkan nyawa Pak Halim. Sebagai balas budi, Pak Halim berjanji untuk membantu keluarga mereka sekali saja secara cuma-cuma.Selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah rela menyia-nyiakan kesempatan yang diperoleh dengan susah payah ini.Sekarang, Karina ingin menggunakan kesempatan ini untuk menolong Yoga.“Sebutkan waktu dan lokasinya,” kata Pak Halim.Di sisi lain, Yoga membawa Pak Jarot. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian, mereka sampai di sebuah lahan kosong.Yoga menghentikan mobilnya dan berkata dengan acuh tak acuh, “Kamu kenal Tika dan kakaknya yang bernama Ronny Maryadi itu, ‘kan?”Pak Jarot buru-buru menyangkalnya. “Nggak … aku nggak kenal …”Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Yoga langsung menarik telinga Pak Jarot kuat-kuat, hingga mengucurkan darah.“Aduh!” Pak J
Setelah memutuskan telepon, Pandu mengirimkan selembar foto pada Yoga. Itu adalah foto seorang wanita. Wanita di dalam foto itu berambut kusut dan berwajah kotor, pakaiannya juga sangat lusuh sehingga dia terlihat bagaikan seorang pengemis. Wajah dan tangannya dipenuhi dengan luka, sedangkan sudut bibir dan hidungnya terdapat luka gigitan yang jelas. Tampangnya terlihat sangat menyedihkan.Wanita itu sedang memikul dua ember kayu besar di pundaknya yang terlihat berat sehingga tubuhnya yang kecil nan kurus terlihat meringkuk. Dari belakang, dia terlihat seperti seorang nenek-nenek. Sementara itu, ember yang dipikulnya dipenuhi dengan kotoran manusia.Yoga mengumpat dalam hati, lalu memecahkan kaca depan mobil dengan tinjunya. Ekspresinya dipenuhi dengan penderitaan yang sangat kental. Wanita di foto itu tidak lain adalah adik kandungnya, Lili. Pada usia yang seharusnya merupakan usia terbaik seorang wanita, dia malah menjalani hidup yang begitu menyedihkan dan harus mencari nafkah de
Nadya berkata, “Semoga saja. Oh iya, kelak jangan panggil aku Bu Nadya lagi. Langsung panggil aku dengan sebutan Nadya saja.”“Oke,” jawab Yoga. Begitu Yoga keluar dari kantornya, Nadya langsung mengeluarkan ponselnya. Setelah ragu sejenak, dia akhirnya menelepon seseorang dan berkata, “Paman, aku setuju untuk menggabungkan Grup Magani dengan bisnis keluarga. Tapi, aku punya satu syarat ....”Setelah selesai menelepon, Nadya pun tersenyum getir. Dia tidak menyangka dirinya yang selama ini sangat membenci pria akan mengorbankan segalanya demi seorang pria.Malam itu, seluruh tokoh inti dari web gelap yang bersembunyi di segala penjuru dunia seperti tentara bayaran di atas tingkat S dan sebagainya berkumpul, lalu pergi ke Daruna bersama. Jumlah mereka mencapai puluhan ribu orang.Situasi yang abnormal ini segera membuat negara-negara di seluruh dunia merasa waspada dan mengamatinya dengan hati-hati. Terutama Daruna, para pejabat tinggi Daruna langsung mengadakan rapat dan mengeluarkan 1
Johan memperingati Nadya, “Nadya, kali ini, aku akan menolongnya. Tapi, kamu harus menjauhinya kelak. Kalau nggak, anak bau kencur sepertinya pasti akan membawa bencana bagimu lagi.”Nadya menjawab, “Aku akan mempertimbangkannya.”Pada saat ini, ada konvoi mobil yang melaju mendekat lagi dari arah yang berlawanan dan berhenti di depan Grup Magani. Skala konvoi mobil ini sama sekali tidak kalah meriah dari konvoi mobil Johan.Mobil yang memimpin di paling depan itu adalah mobil Maybach. Kemudian, Karina dan seorang pria tua berpakaian tradisional turun dari mobil itu.Yoga mengerutkan keningnya dan bergumam, “Buat apa dia kemari?”Karina berjalan masuk ke Grup Magani bersama pria tua berpakaian tradisional itu, lalu menyapa Nadya, “Permisi, Bu Nadya. Aku datang untuk mencari Yoga.”Nadya hanya mengangguk pelan. Kemudian, Karina menatap Yoga dan berkata, “Yoga, maaf. Semalam, aku sudah salah paham terhadapmu tentang masalah Tika.”“Nggak apa-apa,” jawab Yoga dengan acuh tak acuh.Sifat d
Setelah menerima telepon, Yoga langsung datang ke tempat di mana Ayu berada. Ketika melihat Farel ada di sampingnya, dia langsung terlihat kesal. Apa yang dilakukan orang itu di sini?"Nak, kamu jelaskan saja rahasia Pil Ketenangan Jiwa padanya," ucap Ayu dengan suara kecil sambil menunduk. Ada rasa sedih dan keraguan di dalam hatinya."Kamu dengar, 'kan? Yoga, lebih baik kamu kasih tahu rahasianya. Kalau nggak, akan ada lebih banyak orang yang terseret karena hal ini," ujar Farel dengan nada dingin. Tatapannya penuh ejekan dan ketidakpedulian terhadap Yoga."Kamu ... mau tahu rahasia Pil Ketenangan Jiwa?" tanya Yoga dengan ekspresi agak berubah. Aura membunuh mulai terpancar dari dirinya.Rahasia Pil Ketenangan Jiwa memang diinginkan oleh banyak orang. Selain Keluarga Kusuma, sekarang bahkan Keluarga Husin juga ingin ikut campur?Farel membalas dengan angkuh, "Cepat kasih tahu, supaya aku nggak perlu cari Lili lagi.""Apa?" tanya Yoga. Dia langsung terlihat sangat marah dengan mata be
Ucapan Farel mengejutkan semua orang di sana."Apa? Kenapa dia bisa nggak tahu? Apa ayahnya juga nggak tahu?" tanya Luna dengan kaget."Aku nggak yakin Arjuna tahu atau nggak, tapi Yoga sudah pasti nggak tahu. Masalah ini sudah pernah menggemparkan dunia bela diri kuno sebelumnya. Biarpun begitu menghebohkan, tetap nggak ada yang tahu rahasianya," jelas Farel sambil menggeleng."Sial, sepertinya satu-satunya jalan adalah mencari Arjuna. Gimana kita bisa mendapatkan rahasia Pil Ketenangan Jiwa ini?" gumam Luna sambil mengernyit."Nggak ada yang bisa memastikan apakah Arjuna masih hidup atau sudah mati. Keberadaannya juga menjadi misteri. Gimana kita bisa mencarinya?" ucap Farel dengan cuek sambil mengangkat bahunya. Dia sudah pernah memikirkan berbagai kemungkinan yang ada sebelumnya."Sialan! Gimana sekarang?" ucap Luna sambil menghela napas frustrasi."Tenang, serahkan saja padaku. Tapi, aku punya syarat. Kalau rahasia Pil Ketenangan Jiwa benaran didapatkan, 70% manfaatnya harus diber
Pada saat yang sama, di Kediaman Kusuma."Jadi ini Pil Ketenangan Jiwa? Apa rahasia yang tersembunyi di dalamnya?" tanya Luna sambil menatap dingin pria yang berlutut di bawah."Aku juga nggak tahu. Dia hanya memberiku pil itu tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti ingin menjadikanku tumbal!" sahut pria itu dengan raut muram. Dia berlutut ketakutan di sana.Pria yang diberikan Pil Ketenangan Jiwa oleh Yoga ini baru mau pergi ketika orang-orang Keluarga Kusuma tiba-tiba mengadangnya. Dia seketika tahu bahwa situasinya tidak baik."Begitu banyak orang yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi kenapa dia hanya memberikannya padamu?" tanya Luna lagi sambil mengernyit. Dia mengamati Pil Ketenangan Jiwa itu dengan ekspresi bingung."Aku benaran nggak tahu. Aku nggak bohong!" ucap pria itu dengan panik. Dia sudah berusaha menjelaskan semuanya, tetapi lawan bicara sama sekali tidak mau percaya.Situasi pria ini memang mencurigakan. Sebab, dia adalah orang pertama yang diberikan Pil Ketenangan J
Yoga menatap pria di depannya dengan alis berkerut dan ekspresi muram. Setelah beberapa saat, akhirnya dia menghela napas. Sepertinya pria itu tidak berbohong."Kalau kamu mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa, apa kamu akan memberikannya ke Keluarga Kusuma?" tanya Sutrisno ingin tahu."Nggak, kebanyakan dari kami yang sudah mendengar kabar ini memutuskan untuk mendapatkan Pil Ketenangan Jiwa sendiri, baru mencari tahu rahasianya. Kami tahu Keluarga Kusuma nggak mungkin membagikan jawabannya," ujar pria itu dengan ekspresi kaku.Yoga mengernyit. Sepertinya semua masalah kali ini adalah ulah Keluarga Kusuma ...."Aku punya ide," bisik Sutrisno di telinga Yoga.Yoga tertegun sejenak usai mendengar ide Sutrisno. Keduanya saling memandang, memutuskan dalam diam bahwa ide itu cukup bagus."Karena kamu begitu menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, aku akan berikan padamu!" ucap Yoga sambil menyerahkan sebutir Pil Ketenangan Jiwa pada pria itu."Hah? Apa?" gumam itu sambil menatap Yoga dengan raut tidak
Sutrisno terdiam menatap Yoga. Apa pria itu ingin memperdaya dirinya? Yoga benar-benar tidak tahu malu. Dia berencana untuk membuat dirinya menanggung semua bahaya!Sutrisno berucap, "Kalau memang ada rahasia, katakan langsung padaku. Kalau nggak ada, jangan mempermainkanku begini.""Mungkin memang ada rahasianya. Kamu cari saja sendiri!" balas Yoga.Sutrisno terdiam. Yoga ini mudah saja bicara. Akhirnya, Sutrisno menghela napas dan berkata, "Baiklah ...."Satu masalah selesai. Namun, Yoga masih harus menyelamatkan Nadya. Yoga membalas pesan dari nomor asing tadi.[ Aku akan memberimu Pil Ketenangan Jiwa. Tapi, kalau Nadya sampai celaka, kamu akan mati! ]Balasan dari orang itu segera datang.[ Taruh Pil Ketenangan Jiwa itu di meja bar Hotel Okane. ]Yoga berkendara menuju hotel itu dan meletakkan Pil Ketenangan Jiwa di tempat yang ditentukan.Pesan lain masuk ke ponsel Yoga.[ Kamu bisa pergi sekarang. Nadya ada di kamar 301 Hotel Pater! ]Yoga tersenyum sinis saat membaca pesan itu.
Di luar vila.Sutrisno yang baru masuk mobil tertegun sejenak saat melihat Yoga masih di kursinya."Sudah selesai?" tanya Yoga dengan datar."Ya. Ada yang aneh. Apa barusan kamu naik ke atas untuk mengobrol dengan Nadya?" tanya Sutrisno balik."Mengobrol apa?" tanya Yoga bingung."Aku merasa ada seseorang di atas. Terus juga ada suara-suara aneh, seperti ada yang bergulat sama Nadya. Kukira itu kamu," ujar Sutrisno sambil tersenyum canggung.Bibir Yoga berkedut-kedut. Dia lantas mendongak dan memandang ke lantai atas vila. Firasat buruk hinggap di hatinya.Bertepatan dengan itu, semua orang Keluarga Wibowo berlarian keluar. Mereka memandang sekeliling dengan panik."Nadya! Di mana kamu?""Jawab kami! Kamu di mana?""Nadya! Jangan marah. Jangan kabur dari rumah!"Orang-orang Keluarga Wibowo berteriak lantang dengan ekspresi gugup. Mereka menyadari Nadya menghilang setelah naik ke lantai atas dan tidak menemukan siapa pun di sana.Yoga menyipitkan mata. Kilat curiga melintas di sana. Jan
"Ini bukan hal baru. Dulu, ada banyak orang di dunia kultivator kuno yang menginginkan Pil Ketenangan Jiwa, tapi mereka semua mati," ucap Yoga dengan tenang."Kalau begitu, mungkin rumor itu ada benarnya. Buktinya, orang-orang sudah menginginkannya sejak dulu," kata Sutrisno sambil menggeleng dengan sentimental.Yoga memikirkan masalah ini dengan ekspresi serius. Kemudian, dia bertanya dengan dingin, "Siapa yang menyebarkan rumor itu?"Jika informasi ini tersebar ke makin banyak kultivator kuno, mereka pasti akan terus mengusik Yoga dan orang-orang di sekitarnya. Ini jelas adalah sebuah potensi ancaman."Siapa yang tahu? Tapi, rumor nggak mungkin muncul tanpa alasan. Apa Pil Ketenangan Jiwa benaran menyimpan rahasia untuk menguasai dunia?" tanya Sutrisno. Dia menatap Yoga dengan antusias, berharap bisa mendengar kebenarannya."Apa kamu pernah lihat orang yang berhasil menguasai dunia?" balas Yoga sambil memelototinya. Pertanyaan Sutrisno terasa sangat menggelikan di telinganya.Sutrisn
Yoga menginjak pria itu sambil menatapnya dengan dingin. Jika dia mengerahkan sedikit tenaganya, tubuh orang ini akan luluh lantak di tanah."Aku datang sendiri, nggak ada yang mengutusku," ucap pria itu dengan gugup."Oke, mana adikku?" tanya Yoga lagi."Di parit sana, aku nggak menyentuhnya," jelas pria itu dengan cepat.Yoga mengangkat pria itu dengan satu tangan dan melangkah menuju parit. Tak lama, dia menemukan Lili di sana dalam keadaan terikat."Uhmm ... uhm!" Mulut Lili disumpal kain. Begitu melihat Yoga, dia terlihat sangat gembira."Jangan takut. Selama aku di sini, kamu nggak akan kenapa-kenapa," hibur Yoga sambil mengambil kain yang menyumpal mulut Lili dan melepas ikatan talinya."Kak, kukira aku nggak akan pernah bertemu denganmu lagi. Huhuhu ...," kata Lili sambil berlinang air mata.Yoga membelai rambut adiknya. Matanya berkilat dingin saat dia bertanya pada pria di tanah, "Katakan, apa tujuanmu?""Aku dengar kalau Pil Ketenangan Jiwa menyimpan rahasia untuk menguasai
Dalam sekejap, Yoga sudah tiba di mal.Setelah menemukan toko yang disebut, Yoga melihat Karina yang sedang menangis di tempat duduk. Begitu melihat Yoga, Karina langsung menerjang ke arahnya sambil terisak-isak."Hiks, hiks. Aku nggak tahu apa yang terjadi. Dia menghilang di kamar pas. Aku nggak menemukannya di mana-mana, dia nggak ada di mal ini!" Karina menangis tersedu-sedu di pelukan Yoga."Jangan khawatir. Aku sudah di sini, 'kan? Serahkan saja padaku." Yoga menghibur. Dia tidak percaya bahwa manusia dapat menghilang begitu saja di hadapannya."Um. Kamu harus menemukan Lili!" ujar Karina dengan merasa bersalah sambil mengusap matanya.Setelahnya, Yoga pun pergi ke kamar pas yang dimaksud dan mulai memeriksa tempat itu. Tidak ada bekas perlawanan, jadi adiknya pasti bukan diculik.Namun, Yoga merasa bingung harus memeriksanya dari mana karena kamar pas yang kosong melompong itu juga tidak memiliki kamera pengawas."Kamu sudah mencari di seluruh mal?" Yoga memastikan sekali lagi."