Yoga terdiam.Bimo kembali berkata, "Kalau bisa menemukan satu sisik naga, itu tetap akan sangat berharga."Pada saat itu, Winola yang melihat Yoga sedang melamun segera menggoyang Yoga dengan cemas."Kamu dengar, 'kan? Benar-benar ada harta karun di sini, kita harus mencari cara untuk menemukannya," desak Winola."Kamu lihat saja tempat ini, ada begitu banyak orang yang sudah mati. Kamu pikir kita benar-benar bisa menemukannya?" tanya Yoga kembali."Setidaknya kita sudah mencobanya," jawab Winola dengan tegas sambil menatap Yoga.Yoga hanya bisa menghela napas dan berkata, "Kalau begitu, kita coba terus jalan sampai akhir saja."Winola yang merasa sangat bersemangat langsung mengikuti Yoga pergi. Mereka berjalan sangat jauh melewati tempat yang pernah dikunjungi Yoga sebelumnya, tetapi tetap terdapat banyak mayat yang berserakan di tanah.Awalnya, mayat terlihat berserakan di mana-mana, tetapi makin sedikit saat keduanya berjalan makin jauh. Melihat itu, Yoga menyadari mungkin mereka
Winola sama sekali tidak menghiraukan perkataan Yoga dan langsung berlari menuju takhta hitam itu. Sementara itu, prajurit kerangka terus mengejar di belakangnya tanpa henti.Yoga menghela napas dengan tak berdaya. Jika mati di sini, semuanya akan kacau. Dia segera melangkah maju dan menendang salah satu prajurit kerangka itu.Bang!Kekuatan yang besar itu langsung membuat prajurit kerangka itu hancur dan tulang-tulangnya berserakan ke mana-mana. Namun, justru karena tindakan ini, seluruh perhatian prajurit kerangka itu langsung beralih pada Yoga. Tak lama kemudian, mereka satu per satu mengangkat pedang panjang mereka dan menebas ke arah Yoga secara liar.Ekspresi Yoga tetap tenang dan terus menendang satu per satu prajurit kerangka itu. Meskipun prajurit kerangka itu terlihat menyeramkan, gerakan mereka sangat lambat dan sama sekali bukan tandingannya. Saat terus menyerang mereka, dia merasa ada sesuatu yang aneh karena mereka sepertinya tidak ada habisnya.Saat ini, Winola sudah sam
Setelah merenungkannya dengan serius, Yoga merasa ucapan Bimo itu masuk akal juga."Baiklah, ayo kita pergi," saran Yoga. Dia pun membawa Winola pergi dari tempat itu."Aku boleh melihat sisik naga itu?" tanya Winola dengan nada cemas dan menatap Yoga dengan hati-hati."Ambil saja," kata Yoga yang tidak terlalu peduli sambil melemparkan sisik naga itu pada Winola. Tadi dia sudah memeriksa sisik itu cukup lama, tetapi tidak menemukan arti atau tujuan dari sisik itu.Winola juga mengamati sisik hitam itu cukup lama, tetapi tetap tidak menemukan petunjuk apa pun.Tiba-tiba terdengar suara aneh dari kegelapan di depan mereka. Seperti suara langkah kaki, tetapi terdengar seperti suara logam yang berbenturan juga. Perasaan mencekam perlahan-lahan merayap."Apa itu?" tanya Winola yang merasa ketakutan dengan hati-hati dan secara refleks memeluk lengan Yoga."Nggak peduli apa pun itu, kita hadapi saja," kata Yoga dengan penuh percaya diri dan dingin.Seiring dengan cahaya senter yang menyinari
Boom!Yoga mengayunkan satu telapak tangan ke depan dan mengeluarkan kekuatan dahsyat yang langsung meledak. Semua kerangka di depannya langsung hancur berkeping-keping dan berserakan di tanah.Melihat semua itu, Yoga mengernyitkan alis dan menatap ke depan dengan dingin. Kerangka-kerangka di aula sebelumnya ternyata bisa hidup kembali seperti semula. Jika kerangka-kerangka ini juga seperti itu, situasinya akan menjadi sangat sulit.Namun, apa yang dikhawatirkan selalu terjadi. Tulang-tulang yang berserakan di tanah kembali berkumpul dan perlahan-lahan membentuk kerangka yang baru. Kerangka itu memegang senjata dan terus mengayunkannya ke arah Yoga."Gawat. Kerangkanya begitu banyak, apa kita masih bisa melarikan diri dari sini?" tanya Winola dengan cemas dan ketakutan."Bagaimanapun juga, kita tetap harus mencari cara melarikan diri," jawab Yoga dengan nada muram. Setelah mengatakan itu, dia langsung menarik Winola ke belakangnya dan berniat untuk menghadapi semuanya sendirian.Namun,
Muncul dua pria di hadapan Yoga dan Winola, yang satu berpakaian hitam dan yang satunya lagi berpakaian putih. Wajah kedua pria itu tidak terlihat jelas, tetapi punggung keduanya memberikan kesan yang sangat kokoh.Yoga dan Winola pun tertegun dan tatapan mereka terlihat terkejut karena muncul dua orang yang hidup."Apa yang harus kita lakukan?" bisik Winola di telinga Yoga.Yoga mengernyitkan alis dan menatap kedua pria itu dengan tajam. Dia tiba-tiba teringat sesuatu dan berkata dengan nada muram, "Nggak perlu takut, mereka nggak bisa mendengar kita. Ini mungkin hanya sebuah formasi.""Apa?" seru Winola dengan terkejut dan seluruh tubuhnya bergetar. Dia mengira kata-katanya akan membuat kedua pria itu langsung menyadari keberadaan mereka, tetapi tidak terjadi apa-apa. Kedua pria itu tetap menatap ke arah pintu gua dengan tenang dan tidak bergerak sedikit pun."Formasi? Formasi apa?" tanya Winola dengan panik."Ini hanya kilas balik saja," jawab Yoga dengan nada muram.Sebelum Winola
"Siapa kedua orang ini?" tanya Yoga sambil tertegun dan menatap kedua pria itu dengan bengong. Dari diri mereka, dia bisa merasakan sebuah aura yang belum pernah dirasakannya. Itu adalah percaya diri yang seolah-olah mereka menguasai dunia."Apa yang sebenarnya mereka ingin lakukan? Hanya untuk membuat orang mengambil sisik naga ini? Tapi, kenapa harus disembunyikan di sini?" tanya Winola yang juga makin bingung setelah melihat pemandangan itu. Dia bahkan merasa semua ini terlalu rumit."Kalau ini adalah rencana, aku rasa tujuan mereka sudah tercapai," kata Yoga dengan nada muram dan tatapannya terlihat serius. Dia merasa dirinya sudah menjadi pion dalam permainan kedua pria itu karena sisik naga itu memang ada di tangannya.Winola bertanya, "Bagaimana kalau kita pergi saja? Kita kembalikan saja benda ini, terlalu berbahaya. Orang-orang ini sudah merencanakannya sejak lama, bahkan sampai sekarang."Yoga membalas, "Kita masih terjebak dalam ingatan sisik naga ini, kita masih nggak bisa
Yoga terkejut dan merasa ada yang tidak beres. Pada saat itu, seluruh gua dan gunung tiba-tiba runtuh total. Batu-batu berjatuhan dan semuanya runtuh.Pada detik berikutnya, Yoga tiba-tiba membuka matanya dan menarik napas dalam-dalam. Dia baru menyadari dia tidak berada di dalam gua, melainkan di sebuah ladang yang luas.Winola juga membuka pintunya dan ekspresinya berubah. Keduanya berpelukan dengan sangat erat dan dekat, terlihat sangat akrab."Kita ... nggak mati?" tanya Winola dengan sangat senang dan menatap Yoga dengan bersemangat.Saat itu, Yoga dan Winola saling menatap dengan wajah yang sangat dekat. Saat melihat ke dalam mata masing-masing, mereka melihat bayangan satu sama lain di dalam mata mereka. Situasi itu terasa sangat ambigu."Kamu .... Cepat lepaskan aku!" teriak Winola buru-buru dengan wajah yang memerah dan secara refleks menundukkan kepala."Aku nggak menyentuhmu, kamu yang harusnya melepaskan aku," kata Yoga dengan santai.Mendengar perkataan itu, Winola yang ba
Yoga dan Winola saling menatap. Ekspresi mereka penuh dengan kerumitan. Keduanya merasa bahwa yang ada di depan mereka adalah ilusi, hanya sekadar figur dalam dunia ilusi ini dan sama sekali bukanlah sosok yang nyata. Saat ini, rasanya mustahil untuk bisa keluar dari sini.Winola memandang ke arah Yoga. Sambil menghela napas pelan, dia bertanya, "Kapan sebenarnya kita mulai terperangkap dalam dunia ilusi ini?""Kalau dipikir-pikir, mungkin sejak kita jatuh dari tebing. Saat itu, kamu mulai berubah," jawab Yoga dengan ekspresi sangat serius. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya dan merasa bahwa segalanya memang dimulai dari saat itu.Wajah Winola agak memerah saat memandang Yoga. Dia membalas, "Sepertinya memang begitu. Kamu benar-benar berubah saat itu ...."Kala itu, Yoga selalu melindunginya, memperhatikan perasaannya, dan bahkan terlihat seperti pria sempurna yang diciptakan khusus untuk dirinya. Namun, mana mungkin Yoga seperti itu?Keduanya tetap terdiam dan berdiri kaku di t
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k
Dalam sekejap, suasana di sekitar mereka menjadi tegang dan mencekam. Udara terasa begitu berat, seperti ditindih sesuatu yang menakutkan.Yoga dan yang lainnya segera menoleh ke arah suara itu dan memandang orang-orang yang baru tiba. Begitu melihat bahwa itu adalah tiga orang kultivator prajurit, mereka langsung mengernyit."Kalian balik lagi?" Yoga dan yang lainnya terkejut. Perlu diketahui, kemunculan sisik hitam sebelumnya yang menyelamatkan mereka dari serangan para kerangka. Fakta bahwa tiga orang ini berhasil sampai di sini pasti berkaitan dengan ledakan besar barusan."Farel di mana? Kenapa dia nggak bareng kalian?" tanya Yoga sambil menatap mereka dengan tenang."Hmph! Membunuhmu cukup dengan kami bertiga. Bersiaplah untuk mati!" ucap salah satu dari mereka dengan dingin sambil langsung menyerang Yoga.Winola dan Sutrisno langsung tertegun. Raut wajah mereka menunjukkan ekspresi kaget. Mereka tidak menyangka, para kultivator prajurit ini begitu tegas dan langsung mengejar mer
Semua orang segera bergerak maju karena ingin melihat apa yang tersembunyi di depan. Pada saat yang sama, mereka menemukan sebuah lubang yang dalam di tanah. Itu tepat di lokasi tempat para kerangka tadi berada."Gawat! Mayat Yoga dan yang lainnya nggak ada!" seru Farel. Dia langsung merasakan bulu kuduknya berdiri, seolah menyadari sesuatu.Ketika yang lain melihat situasi itu, mereka juga merasa ngeri dan heran. Di momen itu juga, mereka semua menyadari bahwa Yoga pasti telah melarikan diri."Mana mungkin? Kenapa mereka nggak mati?""Apakah kerangka-kerangka itu sengaja menghindari Yoga dan yang lainnya?""Sialan! Yoga pasti sudah pergi ke tempat lain. Kita nggak boleh membiarkan dia mendapatkan harta karun itu!"Semua orang mulai panik dan marah. Kalau Yoga berhasil menemukan harta itu, siapa yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya?Farel segera memberi perintah sebelum berbalik dan masuk ke dalam lubang, "Kalian kejar Yoga! Aku akan masuk ke dalam lubang ini!"Para kultivator p