Yoga dan Winola saling menatap. Ekspresi mereka penuh dengan kerumitan. Keduanya merasa bahwa yang ada di depan mereka adalah ilusi, hanya sekadar figur dalam dunia ilusi ini dan sama sekali bukanlah sosok yang nyata. Saat ini, rasanya mustahil untuk bisa keluar dari sini.Winola memandang ke arah Yoga. Sambil menghela napas pelan, dia bertanya, "Kapan sebenarnya kita mulai terperangkap dalam dunia ilusi ini?""Kalau dipikir-pikir, mungkin sejak kita jatuh dari tebing. Saat itu, kamu mulai berubah," jawab Yoga dengan ekspresi sangat serius. Dia mencoba mengingat kejadian sebelumnya dan merasa bahwa segalanya memang dimulai dari saat itu.Wajah Winola agak memerah saat memandang Yoga. Dia membalas, "Sepertinya memang begitu. Kamu benar-benar berubah saat itu ...."Kala itu, Yoga selalu melindunginya, memperhatikan perasaannya, dan bahkan terlihat seperti pria sempurna yang diciptakan khusus untuk dirinya. Namun, mana mungkin Yoga seperti itu?Keduanya tetap terdiam dan berdiri kaku di t
Yoga masih kebingungan. Dia memanggil dengan ragu-ragu, "Tuan Bimo?"Tak disangka, Bimo benar-benar merespons. Dia berujar dengan santai, "Lanjutkan saja, itu bukan urusanku."Yoga bertanya, "Gimana caranya keluar dari sini?""Memangnya kamu mau ke mana?" balas Bimo.Yoga menjawab dengan tegas, "Tentu saja keluar dari dunia ilusi ini!"Bimo menimpali, "Kalian sebenarnya sudah keluar. Saat Aditya dan Regan menghilang, kalian langsung meninggalkan dunia ilusi."Ekspresi Yoga agak berubah, bercampur antara kaget dan bingung. Dia pun bertanya lagi, "Kalau begitu, kenapa kami masih ada di sini dan bukannya kembali ke gua?" "Itu mungkin hadiah kecil dari mereka untukmu. Biar kalian bisa hemat tenaga dan pergi dengan mudah," jawab Bimo.Yoga memaki, "Dasar! Kenapa kamu nggak kasih tahu lebih awal? Kalau begitu, Winola yang ada di depanku ini ....""Ya, dia orang nyata," jawab Bimo singkat."Kamu ...." Yoga langsung terdiam dengan ekspresi canggung. Dia tak kuasa melirik Winola. Ada perasaan
Winola memungut sebuah ponsel dari tanah. Tak salah lagi, itu milik Yoga. Ponsel itu pasti terjatuh ketika mereka berguling-guling tadi.Saat ini, hati Winola dipenuhi rasa malu dan penghinaan. Barulah dia menyadari bahwa pria tadi sebenarnya bukanlah seseorang dari dunia ilusi. Yang lebih parah lagi, dirinya juga tidak berada dalam dunia ilusi. Semua yang terjadi tadi nyata.Winola mengepalkan tangannya erat-erat. Tubuhnya bergetar hebat karena marah. Pandangannya lagi-lagi tertuju pada noda merah yang tertinggal di lantai.Saat ini, pikirannya seolah-olah dihantam. Semua menjadi jelas dalam sekejap dan membuatnya merasa hancur.Winola sontak memaki, "Yoga, dasar bajingan! Kamu membohongiku!"Winola menarik napas dalam-dalam dan berusaha keras untuk mengendalikan amarahnya. Pada akhirnya, dia hanya bisa pergi dari tempat itu.Setelah beberapa waktu berjalan, Winola akhirnya menemukan jalan raya. Dia menghentikan sebuah mobil dan kembali ke rumah Keluarga Bramasta.Sesampainya di rumah
Ini benar-benar luar biasa dan mengejutkan. Yoga bertanya, "Tuan Bimo, kalian sama-sama hidup di masa 1.000 tahun yang lalu. Bisakah kamu memberiku petunjuk tentang mereka?"Namun, Bimo terlihat sedikit tidak senang. Dia membalas, "Apa hubungannya denganku?"Yoga mendesaknya, "Dasar licik, kamu pasti tahu sesuatu. Cepat beri tahu aku!""Aku nggak tahu apa-apa," balas Bimo.Yoga mengejek, "Jangan-jangan mereka pernah mengalahkanmu dan bikin kamu malu, jadi kamu nggak mau membicarakannya?"Bimo langsung berseru, "Omong kosong. Aku ini tak tertandingi di dunia ini. Nggak ada yang bisa mengalahkanku!"Yoga bertanya lagi, "Yakin? Kamu pikir aku nggak bisa merasakan kalau kamu lagi bohong?"Bimo terdiam beberapa saat. Akhirnya, dia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Ya sudah. Dua orang itu memang agak misterius. Mereka datang menemuiku di masa lalu cuma untuk satu hal.""Mereka memberiku sebuah kitab dan bilang bahwa di masa depan, itu akan menyelamatkan nyawaku. Benar saja saat aku t
Dalam sekejap, semua orang di ruangan itu mulai berbicara. Wajah mereka dipenuhi dengan senyum menjilat. Dalam waktu singkat, sikap mereka terhadap Yoga langsung berubah total.Seperti itulah rencana mereka, memanfaatkan situasi untuk memegang kendali atas Yoga agar dia bekerja untuk Keluarga Bramasta.Yoga mencemooh dengan dingin, "Hmph! Kalian pikir kalian siapa? Masalahku dengan Winola, apa hubungannya sama kalian? Konyol banget!"Yoga sama sekali tidak peduli dan segera berbalik untuk pergi. Mau mengancam dirinya dengan cara ini? Lucu sekali!Tepat saat itu, suara seseorang terdengar dari pintu. "Kalau masalah itu ada hubungannya denganku, berarti itu bisa diselesaikan sesuai keinginanku, 'kan?"Winola melangkah masuk ke ruang tamu dengan langkah tenang. Wajahnya masih membawa jejak amarah, meskipun belum meledak sepenuhnya. Kali ini, dia datang untuk berbicara dengan Yoga dan menyelesaikan semuanya."Eh ... kenapa kamu datang?" tanya Yoga. Matanya membelalak karena terkejut.Winol
"Aku juga kira semua itu cuma ilusi belaka," tambah Yoga dengan santai.Winola mendengus sinis sebelum bertanya, "Ilusi? Bahkan jika itu ilusi, apa kamu sama sekali nggak curiga?"Yoga membalas, "Kalau begitu, memangnya kamu curiga?"Winola sontak memaki, "Dasar bajingan! Kamu sudah menghancurkan kehormatanku dan sekarang malah bertanya balik padaku?""Memangnya kehormatanku nggak dihancurkan olehmu? Ini jelas salah dua-duanya!" ucap Yoga.Mata Winola membelalak karena tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kini, dia memandang Yoga dengan penuh amarah. Salah dua-duanya? Apa itu bisa dijadikan alasan? Yoga benar-benar pria berengsek.Saat itu, Ayu datang dengan nampan berisi camilan. Dia berbicara sambil tersenyum lembut, "Aduh, aku nggak tahu apakah camilan ini sesuai dengan seleramu. Cobalah dulu!""Makasih, Bibi," balas Winola yang mencoba menahan amarahnya. Dia tidak ingin melibatkan Ayu dalam situasi ini.Namun, Ayu langsung bertanya dengan antusias, "Jangan salahkan
Kabar ini menyebar hampir ke seluruh dunia bela diri kuno, bahkan melibatkan Bimo. Yoga yang awalnya ingin menjelaskan, akhirnya hanya bisa tersenyum getir.Yoga yang tak berdaya pun bertanya, "Kalian datang ke sini cuma untuk membahas ini?""Apa itu masih kurang?" balas Wenny dengan kesal. Raut wajahnya penuh amarah. Kejadian ini sudah hampir mengguncang seluruh lapisan atas dunia.Wenny menambahkan, "Ini menyangkut nadi naga Daruna. Mana boleh dianggap main-main?""Kenapa kamu marah-marah? Apa nggak bisa dibicarakan baik-baik?" tanya Hilda. Dia mendekati Yoga dan menggandeng lengannya dengan penuh perhatian, lalu berujar, "Jangan dimasukkan ke hati, dia cuma lagi nggak enak badan. Kamu pasti paham."Di sisi lain, Yoga kehabisan kata-kata. Apa yang dia pahami? Apakah maksudnya Wenny sedang datang bulan?Wenny yang mendengar perkataan Hilda langsung memandangnya dengan kesal. Dia memarahi, "Waktu datang ke sini, sikapmu nggak begini lho!"Hilda malah membalas, "Apa urusannya denganmu?"
Yoga berujar dengan kesal, "Mereka nggak akan bisa menemukan nadi naga, apalagi harta rahasia itu. Kenapa kamu nggak mengerti sih?"Yoga merasa percakapan ini benar-benar melelahkan. Sejak tadi, Wenny tak kunjung memahami maksudnya.Wenny membalas, "Kamu ini terlalu sombong. Kamu selalu merasa bisa mengendalikan segalanya. Tapi kali ini, lawanmu adalah empat keluarga besar dunia kultivator kuno dan juga Tuan Bimo. Gimana kamu bisa menghentikan mereka?"Yoga menjawab santai, "Aku nggak pernah bilang mau menghentikan mereka.""Tapi, kamu bicara seolah-olah segalanya ada di bawah kendalimu!" balas Wenny."Karena aku memang nggak bohong," ucap Yoga."Kamu ...." Wenny begitu kesal sampai dadanya naik turun. Dia sudah hampir kehilangan kontrol. Jelas-jelas Yoga yang tidak masuk akal, tetapi kenapa sekarang rasanya justru dirinya yang salah?Hilda yang sejak tadi memperhatikan tiba-tiba menatap Yoga, lalu bertanya dengan penasaran, "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat sangat pe
Yoga merasa sangat puas. Setelah itu, dia berbalik dan meninggalkan tempat tersebut. Tak lama kemudian, dia menemui Sutrisno dan memintanya untuk mengatur penjemputan Ayu serta yang lainnya.Sebagai salah satu dari empat keluarga besar, Keluarga Salim seharusnya tidak kesulitan untuk menjemput orang dari dunia bela diri kuno. Apalagi, para penjaga gerbang yang sebelumnya menghalangi jalan telah dibunuh oleh Yoga. Kini, tak ada lagi yang berani menghalangi jalannya.Yang lebih penting adalah pertempuran hari ini telah mengguncang seluruh dunia kultivator kuno. Nama Yoga langsung menyebar luas. Semua orang tak henti-hentinya membicarakan betapa kuatnya dia.Keluarga Husin dan Keluarga Kusuma benar-benar tercengang saat mendengar hasil pertempuran. Entah bagaimana memikirkannya, tidak ada yang menyangka bahwa Yoga mampu menekan empat kultivator raja sekaligus seorang diri.Dalam sekejap, banyak orang gelisah dan ketakutan. Mereka mulai berpikir, apakah mereka pernah menyinggung Yoga sebel
"Dia ... berhasil menahannya?" Leluhur dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin luar biasa terkejut. Jantung mereka berdebar kencang, bahkan sulit untuk menyembunyikan rasa gugup.Mereka sama-sama berada di tingkat kultivator raja, tetapi kenapa pemuda ini bisa sekuat itu? Ini sungguh di luar nalar"Barang bagus." Tepat pada saat itu, Yoga mengerahkan energi sejatinya dan menyelimuti dua harta pusaka yang sebelumnya digunakan lawan.Pada saat yang sama, petir dari langit tiba-tiba menyambar turun. Dalam sekejap, sambaran petir itu langsung memutuskan hubungan antara dua harta pusaka itu dengan pemiliknya."Pfft!" Dua kultivator raja itu muntah darah di tempat. Energi mereka terguncang hebat. Mereka bahkan nyaris kehilangan keseimbangan. Serangan balik dari harta pusaka itu menghantam mereka keras. Sungguh mengerikan."Mana mungkin begini? Bahkan, Jam Penciptaan pun nggak bisa menghadapinya? Dia ini ... sebenarnya berada di tingkat apa?""Seorang kultivator raja sekuat ini? Ini nggak mas
"Matilah!" Empat kultivator raja mengerahkan senjata ajaib mereka dan langsung melancarkan serangan.Dalam sekejap, langit seakan-akan runtuh. Bumi bergetar dan suasana menjadi mengerikan. Udara di sekitar dipenuhi dengan tekanan yang menyesakkan.Meskipun orang-orang di sekitar berdiri cukup jauh, mereka tetap bisa merasakan perubahan ini dengan jelas. Tatapan mereka penuh keterkejutan. Mereka hanya bisa terpaku menyaksikan pertempuran yang belum pernah mereka lihat seumur hidup."Meskipun Yoga berbakat luar biasa, dia pasti nggak punya harapan untuk bertahan hidup kali ini!" Begitulah yang ada di benak semua orang. Mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Hanya saja pada saat ini, terdengar suara keras. Tiba-tiba, kilatan petir muncul dan menyelimuti tubuh Yoga. Cahaya petir itu berkilauan luar biasa dan terlihat seperti zirah yang menyala dengan sinar terang."Ini ... apa sebenarnya yang terjadi?""Petir bisa digunakan seperti ini? Mustahil!""Apa yang dia latih? Kenapa kekuatan
"Ternyata kamu seorang kultivator raja juga?" tanya keempat kultivator raja itu dengan ekspresi yang berubah dan tatapan yang aneh. Dengan kekuatan yang begitu luar biasa, Yoga sudah bisa berjalan dengan bebas di dunia kultivator kuno. Apalagi orang ini memiliki hubungan darah dengan mereka, ini adalah sebuah kesempatan yang langka bagi keluarga mereka."Bukankah kalian ingin membunuhku? Ayo maju," teriak Yoga dengan petir yang menyambar-nyambar dan aura yang kuat memenuhi ruangan itu."Yoga, kamu adalah keturunan dai Keluarga Kusuma. Kalau sekarang kamu berlutut untuk minta maaf dan menyerah, aku akan menerimamu kembali ke Keluarga Kusuma," kata salah satu kultivator raja Keluarga Kusuma dengan dingin."Ibumu adalah anggota Keluarga Husin. Asalkan kamu bersedia mengabdi pada Keluarga Husin, aku akan menerimamu dan ibumu kembali ke Keluarga Husin," teriak salah satu kultivator raja Keluarga Husin dengan lantang.Saat ini, kedua keluarga itu sudah bisa melihat kekuatan Yoga, mereka tent
Yoga memegang kepala Samsul dan Timothy dengan kedua tangannya, lalu menghantamkannya ke lantai dengan keras.Bang!Samsul dan Timothy tergeletak di lantai dengan tubuh yang berlumuran darah dan tulang patah. Mereka memang masih hidup, tetapi hanya bisa bernapas saja. Mereka menatap Yoga dengan tatapan yang terkejut dan tidak percaya karena mereka benar-benar tidak menyangka Yoga akan begitu kuat. Hanya dalam beberapa saat saja, Yoga sudah berhasil mengalahkan mereka."Kalian masih belum cukup layak melawanku," kata Yoga dengan nada dan tatapan yang dingin. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan berbalik dan pergi.Saat sudah berada di luar pintu, Yoga melihat ke sekeliling yang sudah dipenuhi dengan orang-orang. Sebagian orang itu berasal dari Keluarga Kusuma dan Keluarga Husin, sedangkan sisanya adalah orang yang datang ke sana untuk menyaksikan pertempuran itu."Karena kalian sudah datang, keluarlah," teriak Yoga dengan lantang.Kerumunan orang itu langsung tertegun seje
"Omong kosong. Sejak kapan kami bersekongkol dengan manusia hantu? Selain itu, kamu bilang dia ini Yoga?" tanya Samsul dengan ekspresi terkejut dan menatap Yoga dengan bengong.Suasana hati orang-orang dari Keluarga Kusuma menjadi rumit dan tatapan mereka menjadi makin tajam. Bagaimanapun juga, Yoga adalah sosok yang sudah membuat Keluarga Kusuma di dunia bela diri kuno rugi besar. Namun, sekarang orang ini ternyata berdiri di depan mereka dalam keadaan hidup."Huh! Nggak perlu banyak omong kosong. Serahkan Yoga atau kalian akan menjadi musuh Keluarga Husin," teriak Timothy dengan dingin."Kamu berani mengancamku? Keluarga Husin ternyata makin berani," kata Samsul dengan ekspresi dingin dan menggertakkan giginya. Sebagai sesama salah satu dari empat keluarga besar, dia tidak menerima Keluarga Husin berani mengancam Keluarga Kusuma.Saat ini, ekspresi semua orang yang berada di sana terlihat tegang dan suasana itu terasa makin panas.Tepat pada saat itu, Yoga kembali berulah dan berkata
"Apa?" Semua orang yang berada di tempat itu terkejut dan ekspresi mereka terlihat sangat muram."Siapa mereka?" tanya Samsul dengan nada dingin."Mereka ... adalah orang-orang dari Keluarga Husin," jawab bawahan itu.Dalam sekejap, ekspresi semua orang menjadi muram. Mereka saling memandang dengan mengernyitkan alis karena merasa gelisah."Ini .... Kamu orang dari Keluarga Husin ya?" tanya Samsul yang tiba-tiba menoleh dan menatap Yoga dengan mata yang bersinar.Pada saat itu, Yoga baru perlahan-lahan berdiri dengan ekspresi bangga, lalu tersenyum dingin dan berkata dengan tenang, "Aku rasa aku nggak perlu menyembunyikan identitasku lagi, aku adalah Olga Husin.""Dasar bajingan! Jadi kamu ini orang dari Keluarga Husin, ternyata semua ini adalah konspirasi dari Keluarga Husin," teriak Samsul dengan marah."Benar. Sekarang kalian sudah tahu pun nggak ada gunanya lagi, nggak ada yang bisa menyelamatkan kalian. Bersiaplah untuk mati," teriak Yoga dengan lantang dan aura yang menekan.Kata
Di bawah arahan pemimpin pengawal itu, Yoga dibawa ke sebuah tempat yang terbuka. Sudah ada tiga puluhan ahli yang berdiri tegak di sana dan menatap Yoga dengan ekspresi serius. Sementara itu, seorang paruh baya sedang duduk di kursi dan menunggu dengan tenang."Aku Samsul dari Keluarga Kusuma. Kamu orang dari Rumah Lelang Diseto yang menjual besi hitam?" tanya Samsul sambil mengamati Yoga dari atas ke bawah dengan tatapan yang tajam karena dia merasa ada yang tidak beres dengan pria yang seluruh tubuhnya tertutup ini. Aura di tubuh pria ini tidak terasa seperti orang tua, melainkan seorang pemuda.Sementara itu, tatapan Samsul yang tajam membuat Yoga merasa tidak nyaman.Yoga menjawab, "Benar, aku orangnya."Samsul berkata, "Barang yang kamu inginkan sudah siap. Kalau sudah setuju, kita bisa mulai bertransaksi sekarang."Yoga berkata, "Baiklah, tapi aku harus memeriksa barangnya dulu."Samsul pun menganggukkan kepala sebagai isyarat pada bawahannya.Tak lama kemudian, anggota Keluarga
Yoga berdiri tegak dengan aura penuh wibawa. Ekspresinya serius saat berbicara demikian. Kata-katanya langsung membuat Sutrisno tertegun.Ini ... ini pasti hanya bercanda, 'kan? Sutrisno bahkan merasa seperti sedang berkhayal. Seandainya orang lain yang mengatakan hal itu, dia pasti sudah marah. Namun sayangnya, orang yang mengatakannya adalah Yoga.Dalam suasana tegang ini, sebuah suara jernih tiba-tiba terdengar. "Kalau begitu, aku besok bisa melakukan apa?" Suara itu berasal dari seorang wanita yang melangkah masuk dari pintu. Sosoknya anggun dan menawan. Itu adalah Winola.Sutrisno langsung tersentak. Matanya membelalak tak percaya ketika bertanya, "Kamu ... sudah dengar semuanya?""Ya." Winola tidak berniat menyangkalnya. Dia pun mengangguk ringan. Dia telah mendengar cukup banyak, bahkan bisa menebak bahwa Yoga pasti sedang merencanakan sesuatu untuk besok.Terutama saat mendengar rencana Yoga untuk mengguncang dunia kultivator kuno. Di dalam hatinya, semangatnya menggebu-gebu. D