Ini benar-benar luar biasa dan mengejutkan. Yoga bertanya, "Tuan Bimo, kalian sama-sama hidup di masa 1.000 tahun yang lalu. Bisakah kamu memberiku petunjuk tentang mereka?"Namun, Bimo terlihat sedikit tidak senang. Dia membalas, "Apa hubungannya denganku?"Yoga mendesaknya, "Dasar licik, kamu pasti tahu sesuatu. Cepat beri tahu aku!""Aku nggak tahu apa-apa," balas Bimo.Yoga mengejek, "Jangan-jangan mereka pernah mengalahkanmu dan bikin kamu malu, jadi kamu nggak mau membicarakannya?"Bimo langsung berseru, "Omong kosong. Aku ini tak tertandingi di dunia ini. Nggak ada yang bisa mengalahkanku!"Yoga bertanya lagi, "Yakin? Kamu pikir aku nggak bisa merasakan kalau kamu lagi bohong?"Bimo terdiam beberapa saat. Akhirnya, dia menghela napas panjang sebelum menjawab, "Ya sudah. Dua orang itu memang agak misterius. Mereka datang menemuiku di masa lalu cuma untuk satu hal.""Mereka memberiku sebuah kitab dan bilang bahwa di masa depan, itu akan menyelamatkan nyawaku. Benar saja saat aku t
Dalam sekejap, semua orang di ruangan itu mulai berbicara. Wajah mereka dipenuhi dengan senyum menjilat. Dalam waktu singkat, sikap mereka terhadap Yoga langsung berubah total.Seperti itulah rencana mereka, memanfaatkan situasi untuk memegang kendali atas Yoga agar dia bekerja untuk Keluarga Bramasta.Yoga mencemooh dengan dingin, "Hmph! Kalian pikir kalian siapa? Masalahku dengan Winola, apa hubungannya sama kalian? Konyol banget!"Yoga sama sekali tidak peduli dan segera berbalik untuk pergi. Mau mengancam dirinya dengan cara ini? Lucu sekali!Tepat saat itu, suara seseorang terdengar dari pintu. "Kalau masalah itu ada hubungannya denganku, berarti itu bisa diselesaikan sesuai keinginanku, 'kan?"Winola melangkah masuk ke ruang tamu dengan langkah tenang. Wajahnya masih membawa jejak amarah, meskipun belum meledak sepenuhnya. Kali ini, dia datang untuk berbicara dengan Yoga dan menyelesaikan semuanya."Eh ... kenapa kamu datang?" tanya Yoga. Matanya membelalak karena terkejut.Winol
"Aku juga kira semua itu cuma ilusi belaka," tambah Yoga dengan santai.Winola mendengus sinis sebelum bertanya, "Ilusi? Bahkan jika itu ilusi, apa kamu sama sekali nggak curiga?"Yoga membalas, "Kalau begitu, memangnya kamu curiga?"Winola sontak memaki, "Dasar bajingan! Kamu sudah menghancurkan kehormatanku dan sekarang malah bertanya balik padaku?""Memangnya kehormatanku nggak dihancurkan olehmu? Ini jelas salah dua-duanya!" ucap Yoga.Mata Winola membelalak karena tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Kini, dia memandang Yoga dengan penuh amarah. Salah dua-duanya? Apa itu bisa dijadikan alasan? Yoga benar-benar pria berengsek.Saat itu, Ayu datang dengan nampan berisi camilan. Dia berbicara sambil tersenyum lembut, "Aduh, aku nggak tahu apakah camilan ini sesuai dengan seleramu. Cobalah dulu!""Makasih, Bibi," balas Winola yang mencoba menahan amarahnya. Dia tidak ingin melibatkan Ayu dalam situasi ini.Namun, Ayu langsung bertanya dengan antusias, "Jangan salahkan
Kabar ini menyebar hampir ke seluruh dunia bela diri kuno, bahkan melibatkan Bimo. Yoga yang awalnya ingin menjelaskan, akhirnya hanya bisa tersenyum getir.Yoga yang tak berdaya pun bertanya, "Kalian datang ke sini cuma untuk membahas ini?""Apa itu masih kurang?" balas Wenny dengan kesal. Raut wajahnya penuh amarah. Kejadian ini sudah hampir mengguncang seluruh lapisan atas dunia.Wenny menambahkan, "Ini menyangkut nadi naga Daruna. Mana boleh dianggap main-main?""Kenapa kamu marah-marah? Apa nggak bisa dibicarakan baik-baik?" tanya Hilda. Dia mendekati Yoga dan menggandeng lengannya dengan penuh perhatian, lalu berujar, "Jangan dimasukkan ke hati, dia cuma lagi nggak enak badan. Kamu pasti paham."Di sisi lain, Yoga kehabisan kata-kata. Apa yang dia pahami? Apakah maksudnya Wenny sedang datang bulan?Wenny yang mendengar perkataan Hilda langsung memandangnya dengan kesal. Dia memarahi, "Waktu datang ke sini, sikapmu nggak begini lho!"Hilda malah membalas, "Apa urusannya denganmu?"
Yoga berujar dengan kesal, "Mereka nggak akan bisa menemukan nadi naga, apalagi harta rahasia itu. Kenapa kamu nggak mengerti sih?"Yoga merasa percakapan ini benar-benar melelahkan. Sejak tadi, Wenny tak kunjung memahami maksudnya.Wenny membalas, "Kamu ini terlalu sombong. Kamu selalu merasa bisa mengendalikan segalanya. Tapi kali ini, lawanmu adalah empat keluarga besar dunia kultivator kuno dan juga Tuan Bimo. Gimana kamu bisa menghentikan mereka?"Yoga menjawab santai, "Aku nggak pernah bilang mau menghentikan mereka.""Tapi, kamu bicara seolah-olah segalanya ada di bawah kendalimu!" balas Wenny."Karena aku memang nggak bohong," ucap Yoga."Kamu ...." Wenny begitu kesal sampai dadanya naik turun. Dia sudah hampir kehilangan kontrol. Jelas-jelas Yoga yang tidak masuk akal, tetapi kenapa sekarang rasanya justru dirinya yang salah?Hilda yang sejak tadi memperhatikan tiba-tiba menatap Yoga, lalu bertanya dengan penasaran, "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat sangat pe
Dirga dan Kamal saling menatap karena terkejut dengan cara Yoga bertindak. Ini sudah bukan lelucon biasa lagi. Jika empat keluarga besar mengetahui hal ini, yang menunggunya hanya serangan memusnahkan. Konsekuensinya tidak terbayangkan."Hal ini ... lebih baik nggak tahu saja," keluh Kamal dengan sudut bibir yang berkedut."Kalau tahu begini, harusnya dulu nggak bersikeras mengirim mereka," kata Dirga sambil terus menggelengkan kepala dan menghela napas.Wenny dan Hilda terlihat agak canggung dan saling memandang dengan mata membelalak. Mereka juga sadar interogasi ini terlalu tergesa-gesa. Jika mereka bisa merenungkannya lebih teliti, mungkin mereka akan memahami maksud yang tersirat dalam perkataan Yoga."Kakek, apa yang harus kita lakukan? Apa kita mengacaukannya saja?" tanya Wenny dengan volume suara pelan."Sekarang kalian sudah kembali, kita nggak mungkin nggak ada pergerakan sedikit pun. Tapi, ini hanya tipu muslihat saja, jadi nggak perlu terlalu serius. Begini saja. Kalian pim
Yang lainnya melihat Yoga dengan bengong, lalu saling memandang karena harus langsung berangkat begitu saja. Mereka bahkan tidak sempat untuk ragu dan langsung masuk ke mobil untuk mengikuti Yoga.Konvoi panjang yang melaju dengan kecepatan tinggi menjadi pemandangan yang mencolok di Kota Pawana. Hal ini menarik perhatian banyak orang karena sudah lama tidak ada pergerakan sebesar ini.Yoga akhirnya tiba di alamat yang dikirimkan Sutrisno."Berhenti! Siapa kalian?" teriak penjaga lokasi itu yang segera maju untuk menghentikan mereka. Namun, saat melihat konvoi mobil yang berhenti dan ribuan orang yang keluar dari mobil-mobil itu, dia langsung tertegun dan tidak tahu harus menatap ke arah mana. Dia bertanya-tanya mengapa ada begitu banyak orang yang datang ke sana dan kebanyakannya adalah kultivator kuno pula."Beri tahu pemimpin kalian kalau Tuan Bimo beserta Keluarga Kusuma, Keluarga Husin, dan Keluarga Bramasta sudah datang," teriak Yoga."Baik ...," kata penjaga itu, lalu langsung b
Satu kalimat dari Yoga langsung memicu ketidakpuasan dari tiga keluarga besar lainnya. Semua orang tercengang dan memelototi Yoga dengan tatapan yang sangat marah. Mereka hanya bisa membenci Yoga yang sudah membuka mulut. Bukankah ini sama saja dengan mempertaruhkan semuanya?Namun, orang-orang ini tidak tahu Yoga dan Sutrisno sebenarnya telah bersekongkol."Tolong sampaikan rasa terima kasihku pada niat baik Tuan Bimo. Keluarga Salim merasa tidak pantas menerima ini," kata Sutrisno sambil menghela napas dan ekspresinya terlihat sedih. Setiap kata-katanya mengisyaratkan betapa sulitnya Keluarga Salim dalam menemukan lokasi harta karun ini.Yoga langsung mengalihkan pandangannya kepada tiga keluarga besar lainnya dengan maksud yang sangat jelas."Aku ... Keluarga Bramasta juga bersedia memberikan sumber daya sebagai tanda terima kasih untuk jerih payah Keluarga Salim," kata Winola. Dia tidak ingin menjadi orang yang terakhir, sehingga dia langsung menyerahkan beberapa sumber daya.Setel
Dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata, benang-benang itu segera mengurung Yoga. Yoga pun tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri lagi."Hahaha. Bagus. Biar kamu melihat kematianmu sendiri, pasti akan sangat menakutkan, 'kan? Tempat ini akan menjadi kuburanmu, matilah!" kata Farel sambil mengendalikan benang-benang itu untuk terus menyusut.Krak krak krak krak.Benang-benang itu makin kencang dan bahkan memotong gunung dan dinding-dindingnya. Seluruh makam pun mulai berguncang, seolah-olah akan hancur total.Yoga bertanya, "Kamu benar-benar nggak punya cara ya?"Bimo menjawab, "Aku pernah mendengar orang itu punya bakat yang luar biasa dan tegas dalam membunuh, jadi nggak ada orang yang bisa selamat dari teknik Jaring Langit Bumi ini."Yoga kembali berkata, "Kalau aku mati dan tubuhku hancur, kesempatanmu untuk menguasaiku pun akan hilang."Bimo langsung terdiam, sepertinya perkataan Yoga ini menyentuh titik kelemahannya. Setelah terdiam cukup lama, dia akhirnya hanya b
"Kamu bisa menghindar sekali, tapi kamu pikir kamu bisa menghindar dari semua serangan berikutnya?" kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dan penuh semangat. Dia yakin serangan ini bisa membunuh Yoga."Ini benar-benar merepotkan," kata Yoga sambil mengernyitkan alisnya karena tidak menyangka orang ini bisa mendapatkan kesempatan seperti ini. Bukan hanya bisa menjadi kultivator jenderal, Farel juga memiliki teknik seperti ini. Apakah Farel ini anak beruntung yang legendaris? Dia menyipitkan mata dan berpikir hari ini dia harus membunuhnya meskipun Farel adalah protagonisnya.Boom!Aura dalam tubuh Yoga terus meningkat dan perlahan-lahan menuju level kultivator jenderal. Seluruh lorong itu seolah-olah akan dihancurkan kekuatan yang luar biasa itu. Dinding-dinding runtuh dan berbagai benda di dalamnya terlempar jauh.Pada saat itu, ekspresi Farel terlihat sangat terkejut, lalu matanya membelalak dan menatap Yoga dengan bingung. Tingkat kekuatan yang terpancar dari Yoga membuat Farel be
Bukankah Yoga hanya memiliki kekuatan seorang kultivator prajurit? Tidak mungkin, ini pasti tidak mungkin.Saat ini, Yoga kembali mendekat dan menatap Farel dengan ekspresi yang datar.Hanya dengan gerakan kecil ini saja, Farel langsung terkejut hingga tubuhnya bergetar dan mundur beberapa langkah. Perasaan ketakutan ini membuat ekspresinya menjadi makin muram dan menggertakkan giginya dengan kuat. Dia berpikir dia tidak boleh seperti ini karena dia bukan kultivator prajurit lagi, melainkan seorang kultivator jenderal. Mengapa dia harus takut pada Yoga?Saat terus meyakinkan dirinya, emosi Farel makin meningkat dan amarah di hatinya makin membara. "Kamu hanya mengandalkan ada harta karun saja. Kalau nggak, kamu pasti bukan tandinganku."Setelah mengatakan itu, Farel pun tidak menahan dirinya lagi. Energi yang sangat kuat di seluruh tubuhnya langsung menyembur keluar dan menerjang depan sampai pakaiannya pun berkibar."Kecuekan manusia adalah hal yang paling konyol dan juga penyebab keg
"Seharunya nggak ada masalah, perasaanmu pasti salah. Pasti begitu," kata Sutrisno dengan tatapan penuh ketakutan dan menatap lorong yang dalam itu dengan bengong. Dia juga tidak percaya bisa terjadi perubahan yang begitu mengerikan. Bagaimana bisa Farel itu mencapai kultivator jenderal?Mata Winola bergetar dan ekspresinya terlihat panik. Dia tidak bisa menahan diri lagi, sehingga segera berbalik dan pergi."Kamu mau ke mana?" tanya Sutrisno yang terkejut dan segera menahan Winola agar tidak pergi."Lepaskan aku! Lepaskan aku! Aku harus pergi mencari dia, harus sekarang juga," kata Winola yang merasa gelisah dan cemas hingga memberontak dengan panik. Dia tidak bisa menerima fakta dia harus bersembunyi, sedangkan Yoga harus menghadapi risiko sendirian. Saat itu, hatinya benar-benar merasa kacau."Kamu gila ya? Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan? Apa ada gunanya kamu pergi ke sana? Itu adalah kekuatan kultivator jenderal, kamu hanya akan mati dan menjadi beban Yoga," teriak Sutrisno
Sutrisno dan Winola langsung menganggukkan kepala, lalu segera berlari ke ruang makam di depan.Tanpa adanya beban yang mengganggu, pandangan Yoga perlahan-lahan beralih ke arah Farel. Kali ini, tempat ini akan menjadi tempat untuk mengakhiri dendam antara dia dan Farel."Serang!" teriak Yoga sambil mengentakkan kakinya dan langsung menyerang. Aura yang tajam di sekitar pun menghantam tubuhnya, tetapi hanya pakaiannya yang koyak-koyak. Sementara itu, tubuhnya sendiri tetap seperti semula, tidak terluka sedikit pun."Apa-apaan ini? Kamu pakai senjata ajaib tingkat jumantara sebagai pelindung?" tanya Farel yang langsung terkejut. Selain itu, dia tidak bisa memikirkan alasan lain. Bagaimana mungkin serangannya yang begitu kuat malah tidak melukai Yoga sedikit pun?"Huh! Untuk apa aku pakai benda seperti itu?" kata Yoga dengan cuek. Kekuatan fisiknya sudah mencapai tingkat yang tidak bisa dipahami oleh orang biasa. Bagaimana mungkin kekuatan seorang kultivator jenderal bisa menyakitinya?
"Apa hebatnya kultivator prajurit itu? Tapi, kamu nggak perlu tahu soal itu, kamu hanya perlu tahu kamu akan mati di sini," kata Yoga dengan aura membunuh yang menyebar dan perlahan-lahan mendekati Farel dengan langkah yang sangat berat."Kamu berani membunuhku?" teriak Farel dengan marah dan mata yang membelalak."Kenapa kalau aku membunuhmu?" kata Yoga dengan senyuman yang menyindir."Ibumu pun nggak berani menyentuhku, kamu malah berani membunuhku? Kalau dia tahu, kamu pasti akan menerima akibatnya. Apalagi kalau Keluarga Husin yang tahu masalah ini, ibumu akan mendapat masalah," ancam Farel dengan segera. Seperti sebelumnya, Yoga sebenarnya bisa membunuhnya. Namun, Ayu menghentikannya, sehingga Yoga tidak bisa bergerak.Namun, Yoga tiba-tiba tertawa terbahak-bahak. Dia menunjuk pada Sutrisno dan berkata sambil tersenyum, "Keluarga Salim yang merupakan salah satu dari empat keluarga besar di dunia kultivator kuno pun kamu berani membunuh. Bukankah tadi kamu sendiri yang mengatakan a
Yoga menunjuk ke satu arah dan berkata dengan tenang, "Sudah mati. Pergi lihat saja sendiri, sekalian ikut mati di sana.""Apa?"Farel menjadi makin marah karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu dan memerintahkan kultivator prajurit lainnya, "Bunuh dia!"Ekspresi kultivator prajurit itu menjadi serius dan merasa sangat tegang. Dia menatap Yoga, tetapi dia tidak bisa melihat dengan jelas kekuatan lawannya itu. Seolah-olah ada lapisan kabut tipis yang menyelimuti sosok Yoga."Kamu nggak mungkin bisa membunuh mereka. Hari ini aku akan melihat sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi," kata kultivator prajurit itu dengan dingin dan langsung menyerang Yoga. Tidak ada yang percaya Yoga memiliki kekuatan untuk melawan seorang kultivator prajurit."Huh!" Yoga tersenyum dingin dan tatapannya terlihat menyindir. Menghadapi serangan lawan, dia tidak menghindar dan hanya berdiri di tempat dengan diam. Seolah-olah, dia sengaja menunggu lawannya menyerang."Matilah!" teriak kultivator prajurit
Farel tersenyum dengan sangat sombong. Dia mengira Sutrisno dan Winola bisa datang ke sini karena melarikan diri. Sementara itu, Yoga sudah ditangkap dan dibunuh dengan kejam oleh tiga kultivator prajurit itu."Farel, aku ini tuan muda Keluarga Salim, kamu cari mati atau ingin membawa bencana bagi Keluarga Husin?" kata Sutrisno dengan nada dingin dan melangkah maju. Bagaimanapun juga, Keluarga Salim adalah keluarga nomor satu di dunia kultivator kuno, sehingga Keluarga Husin tidak bisa menandingi reputasi dan kekuatan mereka. Dia tidak percaya Farel ini berani membunuhnya."Huh! Ini adalah ruang rahasia, kenapa kalau kamu mati? Tempat ini sudah seperti dunia yang terpisah, nggak ada orang yang akan tahu kalau kamu mati. Bukan hanya kamu, Keluarga Bramasta juga begitu. Semuanya harus mati di sini," kata Farel sambil tertawa terbahak-bahak dengan sangat liar. Kata-katanya yang dingin membuat suasana di seluruh makam ini penuh dengan aura membunuh.Ekspresi Sutrisno dan Winola langsung me
"Jangan menahan diri lagi! Selama orang ini nggak mati, kita semua nggak akan tenang!"Sekejap kemudian, ketiga kultivator prajurit itu serentak menyerang Yoga dengan penuh amarah dan kebencian. Wajah mereka memancarkan kemarahan yang meluap-luap. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan niat membunuh.Namun, kekuatan Yoga saat ini sudah mencapai puncak kultivator jenderal tahap jumantara. Dia hanya tinggal selangkah lagi untuk menembus ke tingkat kultivator raja, bahkan bisa dibilang satu kakinya sudah berada di sana. Mana mungkin ketiga kultivator prajurit ini bisa menjadi lawannya?Dengan tenang, Yoga mengangkat tinjunya yang memancarkan kilatan petir terang. Listrik memelesat ke segala arah.Hanya dengan satu pukulan, ketiganya langsung terpental keras ke tanah. Kekuatan penghancur yang dahsyat itu membuat mereka muntah darah. Tubuh mereka dipenuhi luka-luka yang begitu mengerikan hingga membuat siapa pun bergidik ngeri.Ketiga kultivator prajurit itu menatap Yoga dengan wajah penuh k