Sutrisno dengan hati-hati membawa harta karun yang diberikan kepadanya, kemudian diam-diam mundur. Dia menatapnya seolah-olah itu adalah harta yang tak ternilai dan matanya dipenuhi dengan antusiasme.Dia bahkan tak bisa menahan diri untuk mendekat dan menciumnya. Rasanya menembus sampai ke lubuk hati! Suasana hatinya juga berubah secara drastis. Terutama ketika tiba-tiba pikirannya menjadi linglung, seolah-olah telah memasuki dunia lain.Namun, ada keraguan yang melintas di matanya. Kenapa aroma ini terasa tidak asing? Di mana dia pernah menciumnya?Melihat punggung Sutrisno yang semakin menjauh, Yoga dan yang lainnya hanya bisa menjulurkan kepala untuk memandangnya. Tatapan mereka seolah-olah sedang melihat orang bodoh."Kalau ada hal seperti ini lagi lain kali, ingat beri tahu aku secepatnya," kata Markus sambil melirik kaus kaki yang tersisa, berpikir untuk menambahkan sesuatu di atasnya."Mulai hari ini, setiap malam kamu harus mandi dan cuci kaki. Kalau ketahuan sekali saja kamu
Sutrisno buru-buru menghalangi Yoga. "Dengarkan penjelasanku dulu. Aku nggak punya niat jahat pada Winola ataupun Nadya. Kamu nggak lihat mereka baik-baik saja?""Kenapa memangnya?" sahut Yoga.Sutrisno menghela napas. "Sebenarnya aku punya kesulitan sendiri."Yoga hanya menatapnya dengan tenang, ingin tahu pria ini memainkan tipu muslihat apa.Sutrisno berkata, "Waktu ayahku menghamili ibuku, ibuku dicampakkan seperti sampah. Setelah aku lahir, aku dibawa pulang, tapi nggak punya posisi apa-apa di Keluarga Salim. Aku diperlakukan dengan sangat buruk. Aku berkali-kali hampir mati karena keturunan resmi Keluarga Salim."Nada bicara Sutrisno terdengar penuh emosi. Bahkan, tebersit niat membunuh pada sorot matanya.Yoga bisa merasakan bahwa Sutrisno tidak berbohong. Dia bertanya dengan penasaran, "Kalau begitu, untuk apa kamu datang ke Kota Pawana?""Tentu saja untuk menjadi tameng orang." Sutrisno mengedikkan bahunya sambil tersenyum getir. Kemudian, dia menjelaskan, "Aku nggak berniat m
Keesokan hari, Yoga terbangun karena dering ponselnya."Gawat! Ada tamu tak diundang datang ke perusahaan. Mereka akan mengadakan rapat pemegang saham untuk merebut posisi presdir!"Tanpa perlu dipikirkan, Yoga tentu tahu siapa tamu tak diundang itu. Hanya Farel yang punya nyali sebesar ini.Yoga langsung berangkat ke perusahaan. Setibanya di sana, para pemegang saham telah berkumpul. Farel duduk di kursi utama. Di sampingnya adalah Harsha yang berwajah angkuh."Huh! Ngapain kamu datang? Kamu mau memberi selamat kepada ayahku yang sudah jadi presdir?" cela Harsha sambil mendongak.Seluruh ruang rapat sunyi senyap. Para pemegang saham tidak berani berbicara."Presdir? Jangan mimpi di siang bolong," hina Yoga."Kamu masih nggak mau ngaku? Kami pemegang saham terbesar di Grup Yoga. Kami memegang hak untuk membuat keputusan. Kami yang menentukan siapa presdir perusahaan!" pekik Harsha.Farel mengangkat tangannya untuk menyela ucapan Harsha. Kemudian, dia menghampiri Yoga dan menatapnya den
"Omong kosong! Kalau begitu, saham kami ...." Sebelum Harsha selesai berbicara, Yoga menyela, "Saham kalian saham Grup Yoga. Semua data tercatat di sini."Yoga melempar dokumen lain. Itu adalah pendaftaran Grup Yoga. Bukan saja tidak punya kekuasaan untuk merebut aset, tetapi juga punya banyak utang.Begitu melihatnya, Farel dan Harsha sontak merasa pusing. Harsha bertanya, "Sejak kapan ada hal seperti ini? Kenapa utangnya banyak sekali? Utang siapa ini?"Farel benar-benar pusing dibuat Yoga. Nama kreditur di atas adalah Sutrisno. Dia tidak pernah mendengar tentang orang ini."Yoga! Beraninya kamu mempermainkanku!" Farel tentu tahu bahwa semua ini adalah tipu muslihat Yoga. Kini, mereka terjebak dan terlilit utang.Meskipun jumlah utang ini tidak ada apa-apanya bagi Keluarga Husin, mereka tetap malu jika hal ini tersebar."Sudah kubilang, jangan senang terlalu cepat. Kalian nggak seharusnya mengambil barang yang bukan milik kalian. Kalau memaksakan kehendak, kalian yang bakal sial. Ini
Farel hanya datang untuk merebut posisi presdir, tetapi putranya malah terbunuh. Dia tidak bisa menerima hasil seperti ini.Jika Yoga yang membunuh Harsha, Farel pasti akan mengerahkan seluruh pasukan Keluarga Husin untuk membalas dendam.Namun, yang membunuh Harsha adalah Sutrisno, bahkan ini adalah perintah Bimo. Farel yang tidak berdaya hanya bisa membawa jenazah putranya pergi dengan gusar."Kerja bagus," puji Yoga sambil tersenyum. Dia berdiri di depan jendela, menatap Farel dan orang-orangnya pergi."Tentu saja, aku memang bisa diandalkan. Tapi, kamu nggak boleh membocorkan identitasku. Kalau keluargaku tahu, rencanaku bakal terganggu," ujar Sutrisno dengan cemas."Nggak bakal. Farel akan menyalahkanku atas segalanya yang terjadi. Dia akan mencari masalah denganku. Soalnya kamu cuma melaksanakan perintah Tuan Bimo," sahut Yoga.Sutrisno pun merasa lega. Dia membusungkan dadanya dan berkata dengan senang, "Kamu benar."Sikapnya ini seolah-olah menunjukkan bahwa dirinya adalah oran
Yoga menceritakan semua yang terjadi di ruang rapat. Kedua wanita itu tertegun mendengarnya. Mereka merasa semua ini seperti mimpi."Maksudmu, kita bukan cuma mendapat kembali saham kita, tapi mereka juga terlilit utang besar?" tanya Nadya yang terbelalak dengan terkejut. Metode ini terlalu tidak masuk akal, seolah-olah Yoga sudah mengetahui semuanya sehingga membuat persiapan duluan."Pantas saja kamu begitu tenang. Ternyata kamu sudah mengatur semuanya." Karina juga terbelalak mendengar penjelasan Yoga. Semua ini di luar nalar.Karina menanyakan rencana Yoga berkali-kali, tetapi Yoga tidak ingin memberitahunya. Ternyata Yoga menyiapkan semuanya untuk hari ini. Keren sekali!Kedua wanita itu menatap Yoga dengan tatapan penuh kekaguman. Saat berikutnya ... cup! Kedua wanita itu sama-sama mencium pipi Yoga."Yoga, kamu hebat sekali!" puji Nadya dengan ekspresi lembut dan suara merdu. Dia memeluk Yoga dan bersandar di bahunya."Yoga, aku memang nggak salah menilaimu!" Karina tidak mau ka
Anggota Geng Naga berada di sebuah kelab kelas atas. Hanya saja, lokasi kelab ini agak terpencil. Meskipun begitu, ada banyak mobil mewah terparkir di depan. Semua adalah anak orang kaya yang datang untuk bersenang-senang.Yoga memasuki kelab sendirian. Begitu masuk, dia langsung melihat para wanita berpakaian minim mondar-mandir dan melayani para tamu."Tampan, kamu mau kutemani nggak?" Seorang wanita muda cantik tiba-tiba menghampiri dan bersandar di tubuh Yoga."Nggak perlu," tolak Yoga sambil menggeleng."Ngapain malu-malu? Ruang privatmu di mana? Aku akan bawa teman-temanku ke sana." Wanita itu tidak mau menyerah."Aku datang untuk mencari bos Geng Naga," ucap Yoga.Begitu mendengarnya, ekspresi wanita itu langsung berubah. Dia buru-buru melepaskan tangannya, lalu memandang ke sekeliling dan berujar, "Maaf, aku nggak tahu kamu tamu Tuan Sudiro.""Kamu tahu dia di mana?" tanya Yoga."Aku cuma tahu dia di vila yang terletak di belakang kelab. Tapi, aku nggak pernah ke sana," timpal
"Berhenti!" Seorang pria botak berwajah galak membawa bawahannya menyerbu ke arah Yoga. Sebelum dia sempat berbicara, Yoga sudah menendangnya. Pria itu pun terpental jauh dan muntah darah. Situasi ini membuat para pengawal ketakutan dan tidak berani mendekat."Bocah ini sudah gila ya? Beraninya dia menerobos masuk tempat Geng Naga. Dia sengaja ingin membuat onar?""Benar-benar nggak takut mati! Dia nggak tahu kehebatan Geng Naga? Dia nggak bakal bisa melihat matahari lagi besok!""Tuan Sudiro bukan orang yang bisa diusik. Sepertinya akan ada pertunjukan seru sebentar lagi."Para tamu bergosip. Ekspresi mereka dipenuhi ejekan. Mereka sudah tidak sabar untuk menonton pertunjukan seru.Yoga tidak menghiraukan semua ini. Dia tiba di depan vila. Saat ini, seorang pria bertubuh kekar dan berkaus hitam dengan gambar naga emas di atasnya, berjalan keluar. Di belakangnya adalah belasan anak buahnya yang memegang golok. Wajah mereka semua terlihat sangat galak."Tuan, bocah ini yang membuat keka
Saat melihat orang-orang di belakang, mata Prajna dan yang lainnya langsung membelalak. Tatapan mereka terlihat terkejut dan gelisah."Bukankah orang-orang ini ... dari Keluarga Husin?""Gawat, mereka datang secepat ini. Bahkan membawa begitu banyak orang.""Orang itu juga ada, pasti dia yang bilang pada mereka. Kali ini kita sepertinya sudah salah melepaskan orang itu."Semua orang mengeluh dan melampiaskan ketakutan mereka. Mereka merasa tidak ada peluang untuk menang melawan orang-orang dari Keluarga Husin."Bos ...." Semua orang hanya bisa menatap pada Yoga dan menaruh harapan mereka pada kekuatan Yoga. Bagaimanapun juga, mereka semua mengandalkan kekuatan Yoga untuk sampai di sini."Tuan, orang ini yang membunuh orang-orang dari Keluarga Teungku," kata Hardi yang langsung marah saat melihat Yoga dan segera menunjuknya. Ekspresinya yang marah sampai menggertakkan gigi, seolah-olah ingin mengoyak Yoga sampai berkeping-keping."Hehe!" Girbet melirik Yoga dengan sikap yang meremehkan
"Manusia hantu?" Ekspresi Girbet langsung terlihat meremehkan dan penuh dengan kebencian.Orang-orang di belakangnya langsung saling memandang dan mendengus.Bagi empat keluarga besar, manusia hantu ini dianggap sebagai kelompok yang menjijikkan. Siapa pun yang berteman dengan mereka sama saja merendahkan martabatnya sendiri."Huh. Sampah seperti ini juga bisa membunuh orang juga? Jadi, kamu lebih parah daripada sampah ini?" sindir Girbet."Aku ...." Hardi terbata-bata dengan ekspresi yang sangat muram. Bagaimanapun juga, Keluarga Husin adalah tuan dari Keluarga Teungku. Mereka adalah bawahan seumur hidupnya, sehingga Hardi tidak berani membantah."Ayo pergi. Aku kebetulan sedang senggang, nggak ada salahnya melihat-lihat. Memukul anjing juga harus melihat siapa tuannya. Orang itu pasti mati," kata Girbet dengan santai, lalu langsung membawa orang-orangnya untuk mengejar."Orang itu sepertinya belum bermutasi, mungkin baru saja dibuang ke sini. Kalau kamu yang turun tangan, kamu pasti
Semua orang segera membujuk Yoga karena merasa sangat cemas. Merasa sangat ketakutan, khawatir Hardi benar-benar akan kembali dan menyampaikan pesan itu pada Keluarga Husin. Melihat bayangan Hardi yang makin menjauh dan hampir menghilang dari pandangan mereka, mereka pun gelisah sampai tidak bisa berdiri dengan tenang."Aku memang sengaja membiarkan dia pulang. Cepat atau lambat aku akan mengendalikan Keluarga Husin dan membuat mereka tunduk padaku. Kalian takut? Meskipun takut, kalian tetap harus berdiri dengan tegak," kata Yoga dengan nada datar sambil menatap semua orang dengan tenang. Aura yang menekan pun perlahan-lahan menyebar ke sekitar dan ekspresinya dingin serta penuh tekad.Prajna dan yang lainnya langsung tertegun sejenak dan tidak bisa berkata apa-apa. Tidak ada satu pun dari mereka yang menyangka sikap Yoga akan begitu tegas seperti ini. Melihat sikapnya yang begitu, mereka hanya bisa menutup mulut dan tidak mencoba untuk membujuknya lagi.Namun, dalam hati Prajna dan ya
"Dari mana datangnya keberanianmu ini sampai berani begitu angkuh?" kata Hardi dengan sudut bibir yang berkedut dan ekspresi yang sangat jijik. Dia menatap Yoga dengan tajam dan penuh dengan niat membunuh.Orang-orang di sekitar Hardi semuanya menyerbu dan bersiap untuk membunuh Yoga.Prajna dan yang lainnya juga tidak mungkin hanya diam dan melihat Yoga dihina.Namun, saat Prajna dan yang lainnya hendak bergerak, Yoga berkata dengan tenang dan tersenyum dingin, "Biar aku saja."Setelah datang ke dunia kultivator kuno, Yoga belum pernah melawan orang-orang di tempat ini. Dia masih tidak tahu apakah kekuatan mereka yang ada di sini berbeda dengan dirinya.Melihat situasinya, Prajna dan yang lainnya juga berhenti bergerak lagi dan segera mundur. Mereka menunggu untuk menonton pertunjukan karena orang yang sudah berani menyinggung Yoga sama saja mencari mati.Tepat pada saat itu, orang-orang dari Keluarga Teungku di sekitar sudah berdiri di depan Yoga dan langsung melayangkan serangan-ser
Siapa yang tidak menyukai dunia yang normal?Namun, pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang."Berani-beraninya manusia hantu ini muncul di siang bolong seperti ini. Kalian semua ingin mati ya?"Terlihat sekelompok orang yang perlahan-lahan keluar dan mendekati Yoga dan yang lainnya. Mereka mengenakan serangan yang sama yang terlihat mewah dan indah. Satu per satu mengamati Yoga dan yang lainnya dengan ekspresi yang sangat angkuh."Eh? Ada satu di sini yang masih belum bermutasi jadi manusia hantu. Sungguh langka!""Bagus sekali. Tangkap dia dan lempar ke area terlarang. Kita lihat bagaimana dia berubah menjadi manusia hantu.""Aku dengar prosesnya agak lambat. Bagaimana kalau kita langsung mengirimnya ke area yang lebih dalam?"Semua orang tertawa terbahak-bahak dan terus menyindir. Mereka semua menatap Yoga dengan penuh semangat dan membuat ekspresi Yoga langsung menjadi muram."Bos, apa yang aku katakan nggak salah, 'kan? Kemunculan kita pasti akan membuat mereka merasa ng
Yoga melihat ke sekeliling, lalu menyipitkan matanya. Dia bisa merasakan ada sebuah kutukan yang sangat kuat muncul di wilayah di depannya. Ada kekuatan yang sulit untuk dijelaskan di dalam kutukan itu yang bisa memengaruhi tubuh manusia.Yoga berkata, "Ternyata ini adalah kekuatan yang kalian terima selama ini."Saat mengatakan itu, tatapan Yoga terlihat penuh dengan belas kasihan. Para manusia hantu itu semuanya tadinya adalah manusia, tetapi mereka didesak dan dikucilkan sampai terpaksa datang ke area terlarang ini. Pada akhirnya, mereka malah menjadi orang yang terkutuk.Prajna membalas, "Bos, apa kutukan ini bisa dihilangkan?"Semua orang menatap Yoga dengan penuh harapan karena mereka semua berharap bisa kembali seperti semula.Namun, Yoga tetap menggelengkan kepala, lalu berkata dengan nada yang muram, "Kekuatan dari kutukan ini terlalu hebat, bahkan aku pun hanya bisa menahannya dengan susah payah."Ekspresi Prajna dan yang lainnya langsung menjadi muram dan perlahan-lahan menu
Sangat jelas, perbedaannya hanya pada lokasi. Yoga menyeringai dingin dan menunjukkan ekspresi penuh kejutan.Yoga menarik napas dalam-dalam, lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya. Setelah membukanya, terlihat seekor serangga kecil berwarna putih di dalamnya.Yoga meletakkan serangga itu di tanah. Serangga kecil itu perlahan merangkak keluar, lalu mengangkat kepalanya sedikit, seolah-olah sedang memanggil sesuatu.Tak lama kemudian, terdengar suara langkah-langkah yang mendekat. Siluet-siluet mulai bermunculan satu per satu, lalu berkumpul di tempat itu.Di antara kerumunan itu, pemimpinnya adalah Prajna. Begitu melihat Yoga, ekspresinya berubah drastis. Dia bertanya dengan kaget, "Bos, kamu benar-benar datang?" Tatapan terkejut mereka terus mengamati Yoga, seakan-akan tidak percaya apa yang mereka lihat."Ya," jawab Yoga dengan tenang. Suaranya datar tanpa emosi.Yoga telah menanamkan serangga anak di tubuh mereka sebelumnya. Dengan serangga induk putih di tangannya, dia d
Setelah selesai membaca sebuah buku, Yoga perlahan menutupnya. Matanya berkilat dengan ekspresi penuh tanda tanya. Dia terdiam, sementara pandangannya tertuju pada halaman pertama buku itu.Tiba-tiba, suara Bimo terdengar kembali di pikirannya. Dia bertanya, "Gimana perasaanmu setelah membaca?""Sulit diungkapkan ... tapi aku merasa ada sesuatu yang nggak beres!" ucap Yoga.Itulah yang dirasakan Yoga. Sejarah dunia kultivator kuno yang diklaim sudah berlangsung ribuan tahun hanya diceritakan secara sepintas. Banyak peristiwa penting bahkan sama sekali tidak disebutkan. Semua yang tercatat terkesan terlalu biasa, seperti tidak ada apa-apa.Hal ini membuat Yoga merasa, ada banyak hal yang sengaja disembunyikan dari sejarah tersebut. Dia pun merenungkan kata-kata Bimo yang terus terngiang di pikirannya. Apa yang Yoga lihat hanyalah apa yang mereka izinkan untuk dia lihat!"Sudahlah, nggak usah baca lagi!" Yoga akhirnya membuat keputusan itu sambil menghela napas kecil. Dia merasa kecewa.
Yoga memberi tahu, "Aku lagi berada di vila Sutrisno. Untuk sementara, seharusnya nggak akan ada bahaya."Winola mengingatkannya, "Tapi kamu tetap harus berhati-hati. Ingat baik-baik, jangan biarkan besi hitam itu terlihat lagi. Kalau nggak, kamu akan menghadapi lebih banyak bahaya."Yoga bertanya dengan serius, "Menurutmu, apa tiga barang itu bisa ditemukan dengan mudah?""Di mana ada hadiah besar, pasti ada orang yang berani mengambil risiko. Harusnya bisa ditemukan! Jangan terlalu khawatir, aku juga akan membantumu mencarinya secepat mungkin!" ucap Winola."Makasih," jawab Yoga dengan tulus.Kemudian, Winola bertanya, "Apa Tuan Bimo datang?"Yoga menjawab dengan samar, "Dia bisa datang." Jawaban ini penuh arti, tidak langsung mengiakan tetapi juga tidak membantah.Winola bertanya dengan penuh harap, "Kalau begitu ... bisakah kamu memintanya untuk datang?"Bagaimanapun, Winola pernah meminta hal ini kepada Yoga sebelumnya saat masih di dunia bela diri kuno. Jika Bimo bisa datang, dia