Jika ada teman-teman atau guru-guru Gao Tian dari sekte Tujuh Bintang Kejora melihat dia sekarang, mereka pasti tidak akan menyangka. Dia mampu berkespresi seperti itu.
Bukan apa-apa. Paras Gao Tian yang sering sepi ekspresi terlihat begitu dingin. Tatapan matanya begitu dalam. Sebagian anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak saja seolah goyah. Karena, ada aura darah dingin terpancar dari lawan mereka.
“Kitab Ular Sakti Terkutuk, Teknik Pagutan Penakluk Langit Tingkat Ketiga: Taring Pembelah Sukma …!”
Gao Tian kembali berkata. Berbarengan dengan apa yang dirinya ucapkan, ia semakin menekan jari jemarinya yang tengah mencengkeram wajah musuh.
Grrrtk! Grrrtk!
Cairan merah kental tersembur di kepala bagian belakang dua anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak itu. Agak mengerikan. Ternyata, remasan Gao Tian membuat lubang pada bagian belakang kepala mereka.
Tanpa menimbulkan suara, dua orang musuh yang dicengkeram Gao Tian lunglai
“Aku mengingatnya,” sambut Gao Tian.“Jalankan sekarang,” Xuanwu menyarankan. Dia duduk di tahtanya dengan jari jemarinya bertemu satu dengan yang lain di depan wajah.Musuh-musuh Gao Tian yang matanya menyala merah tersebut telah kembali bersiap. Mereka memasang kuda-kuda, kemudian maju ke arah lawan.“Hraaakh …!”“Graaawr …!”Tepat di saat para musuh maju ke arahnya, Gao Tian menggerakkan kedua tangan ke arah mereka semua. Ia melakukannya dengan mengerahkan tenaga pada lengan-lengannya.“Kerahkan juga tenaga fisik pada saat menggunakan kekuatan spiritual, kata Paman Chang Gong,” Gao Tian kembali mengingatkan dirinya sendiri.Pada dasarnya, Tingkat Energi Mental adalah cara mengerahkan kekuatan spiritual sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh penggunananya.Singkatnya, seseorang membayangkan sesuatu dan mewujudkannya menggunakan kekuatan spiritual yang telah dia miliki.Sebagai murid Tujuh Bintang Kejora yang telah menapaki tingkat 3, Gao Tian mengetahui hal itu. Karena, materi tenta
Sosok dua musuh Gao Tian yang menjauh terangkat ke udara dengan sendirinya. Mereka sendiri terheran-heran hingga meronta.Usai dia berkata-kata, Gao Tian kembali bangkit dan langsung memasang kuda-kuda. Ia melebarkan lengannya. Kemudian, menaikkan kedua tangan layaknya tengah mengangangkat beban.Seiring dengan gerakan tangannya, muncul pancaran kekuatan spiritual Gao Tian pada tubuh lawan-lawannya. Visualisasi energi bak asap tersebut merangkak naik meliputi para musuh dari kaki hingga ke kepala.“Aaaa … aaakh …!” erang kedua anggota Gerombolan Bayangan Tengkorak itu.Pemimpin mereka hanya bisa terperangah melihat para bawahannya dibuat tak berdaya oleh Gao Tian. Setelahnya, Gao Tian menghentakkan kedua tangan ke samping.Sontak, dua bajul dengan tata rias wajah tengkorak tersebut terempas dan membentur pilar yang berada di dalam ruangan.Buak!Bluk!Pria-pria tersebut pun jatuh ke atas lantai. Tergol
Dengan segera, Gao Tian menjulurkan tangan kanan penuh tenaga ke arah Ketua Bayangan Tengkorak. Tembakan kekuatan spiritualnya melesat, lalu mendera musuh. Tangan kiri Gao Tian menyusul, melakukan hal yang serupa.Wuuush! Wuuush!Ketua Bayangan tengkorak berusaha menahan energi yang menerpa dirinya dengan kedua tangan. Namun Gao Tian menghentakkan kedua tangannya.“Ha …!”Bwussshhh!“Gyaaakkkhhh …!”Musuh tidak mampu lagi membendung serangan Gao Tian. Dia berteriak, badannya gemetaran. Sementara Gao Tian melesat mendekat padanya.“Gulungan 7 Jurus Malaikat Penjaga Neraka. Bab Yang Ketiga: Sentuhan Maut Sang Pencabut Nyawa!”Telah bernazar untuk mengentaskan Gerombolan Bayangan Tengkorak dan semangatnya mengingat Xiao Mei, juga, menerapkan pesan dari Chang Gong, Gao Tian mendaratkan serangan telapak pada musuh.“Aaaa … rrrgh …!” Ketua Bayangan ten
Bermaksud berkata dia baik-baik saja, Gao Tian bisa merasakan tubuhnya lemah, kesimbangannya terganggu, hingga ia lunglai. “Gao Tian!” “Kakak …!” Kompak, Xiao Mei dan Min Wu menghampiri Gao Tian dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Sedikit kocak. Karena, kedua gadis itu sempat berpandangan. Seolah mereka silih berebutan, siapa yang pantas untuk menopang Gao Tian. Telah kembali ke tahtanya, Xuanwu menaruh telapak kanan di dahi. “Sudah kuperkirakan sebelumnya. Dia melakukan semuanya dengan berlebihan. Fisiknya belum siap untuk mengerahkan ilmu spiritual secara intens karena baru memilikinya,” batin dia. “Gao Tian, ada apa denganmu …?” tanya Xiao Mei khawatir. “Bagaimana kamu itu, Xiao Mei. Kamu tidak lihat Kak Gao Tian nyaris pingsan?!” serobot Min Wu galak. “Tentu saja aku melihatnya …, aku bermaksud menanyakan apa yang ia rasakan!” lawan Xiao Mei. “Sudah jelas dia pasti merasa lemas, menurutmu apalagi?!” Min Wu tidak mau kalah. “Teman-teman …, boleh aku meminta air minum?” l
“Maaf, aku sekedar ingin memastikan. Apakah para Gerombolan Tengkorak berbuat sesuatu pada Anda berdua?” Fenglei bertanya pada para sandera. “Terpujilah para dewa, aku dan putriku masih utuh tanpa kurang satu apapun, Tuan Muda Fang,” jawab Yi Fei. “Siapa yang melepaskan kalian, Nyonya, Kakak?” tanya Min Wu. Seketika itu Fenglei menjadi canggung. Pertanyaan yang serupa sempat melintas dalam kepalanya. Akan tetapi, dia tidak mau menyakan hal tersebut. Ia khawatir, Gao Tianlah yang menyelamatkan Yi Fei dan Deng Na. Lalu, Min Wu akan mengetahui bagaimana ternyata, kakak seperguruannya memiliki kekuatan spiritual. “Se-sejujurnya, aku … aku tidak tahu menahu. Karena, yang melepaskan diriku adalah Deng Na,” bingung Yi Fei berucap. Dia memandangi putrinya. Agak keheranan, salah satu rekan Chun Ho turut bertanya. “Memangnya, bagaimana Anda bisa melepaskan diri, Nona?” Sempat kembali memandang ke arah Gao Tian sekilas, Deng Na menjawab, “Agak mengherankan memang. Aku sendiri tidak tahu si
Perkataan putrinya membuat Yi Fei terdiam. Sebelum dirinya yang berada dalam keadaan telanjang bulat ditunjukkan pada Gao Tian, ia dan penjahat yang membawa dia berada di balik sebuah pohon besar. Yi Fei tidak melihat aksi Gao Tian sebelum hal memalukan itu terjadi.“Tetapi … Tuan Muda Fang mengatakan. Saudara seperguruannya itu tidak memiliki kekuatan spiritual, Deng Na.”“Bohong! Maksudku, si Gao Tian itulah yang berdusta,” Deng Na berucap dengan antusias. Kedua matanya melebar.“Jadi menurutmu, Gao Tian sebenarnya adalah pendekar yang kuat. Namun, dia menutup-nutupinya?”“Ya, betul. Begitulah kira-kira.”“Mungkin memang benar begitu,” Yi Fei setuju terhadap pendapat anaknya.“Ibu jangan membahas hal ini dengan orang lain termasuk ayah, Deng Kai dan Kak De Shu. Ini adalah rahasia kita.”“Tentu tidak, Deng Na. Kita mesti menjaga privasi Gao Tian,&ldq
“Xuanwu, kami datang untuk mejemputmu!”Pria muda dengan rambut panjang dan wajah ramah lagi tampan itu berkata sembari tersenyum lebar. Agak di belakang dia, ada lelaki lain yang memiliki postur lebih tinggi sedang memegang kompas feng shui.“Semoga saja dia mau untuk ikut bersama dengan kita tanpa mengajukan syarat macam-macam,” kata si jangkung.“Mengapa harus bersyarat? Seharusnya, dia bersyukur karena kita akan melepaskan segelnya,” pria yang tampan membalas perkataan kawannya.“Xuanwu itu terkenal manipulatif. Ia berkuasa atas kerajaan iblis selama seratus tahun. Bisa jadi, tidak segampang itu membujuk dia untuk menuruti apa yang kita inginkan.”Pada mulanya, para dewa di Nirwana menciptakan dunia. Kemudian, memberikannya pada makhluk yang mereka ciptakan seturut dengan rupa mereka. Yaitu: manusia.Melihat bagaimana dewa-dewi mengasihi manusia, sebagian penghuni Nirwana merasa iri. Mereka
Terdengar pintu kamar Gao Tian diektuk dengan halus. Agak terburu-buru karena bisa saja yang mengunjungi dia adalah salah satu anggota dewan atau staf pengajar lain, ia pun segera membukanya.Di balik pintu, berdiri dua orang murid Tujuh Bintang Kejora. Yang satu berperawakan mungil dan yang satu lagi berbadan gemuk.“Zhihao, Guo Li,” sapa Gao Tian.Zhang Zhihao adalah kawan Gao Tian yang bertubuh mungil. Sedangkan Guo Li yang gemuk. Mereka adalah teman-temannya sesama murid tingkat 3 di sana. Dua siswa tersebut bisa dibilang merupakan sahabat-sahabat dekat dia.“Gao Tian, ada tamu untukmu,” kata Guo Li.“Dia adalah pesuruh dari keluarga Deng,” tambah Zhihao.“Keluarga Deng?” heran Gao Tian bertanya.“Ya. Ayo cepat, jumpai dia. Orang itu telah menantimu di ruang tamu,” Zhihao menyarankan.“Ba-baik,” ucap Gao Tian kemudian pergi bersama dengan dua sobatnya.
“Sembarangan bagaimana maksudmu?!” balas si nenek cuek.Dia terlihat tersenyum lega malahan girang. Seolah, dia merasa puas. Karena, selesai melakukan tugasnya dengan baik. Sudah mulai bungkuk, dia masih berjalan penuh kepercayaan diri. Malahan, gagah walau lambat.“Nenek menyebut pendekar muda Bintang Kejora itu sebagai Tuan Muda Gao di hadapan Nona Su dan Tuan Muda Fang. Aku hanya khawatir, mereka berdua merasa tersinggung karena ada rakyat biasa yang disebut demikian,” ujar sang cucu lagi.“Rakyat biasa? Dia bukan warga sipil, cucuku. Tuan Muda Gao merupakan saudara sumpah mereka sejak ribuan tahun. Tak mungkin mereka merasa demikian. Lagi pula, anak itu memang adalah seorang Gao!”Walau merasa neneknya bertingkah agak aneh, sang cucu tersenyum jenaka. Menurut dia, neneknya memang melakukan hal yang lucu.“Bagaimana bisa Nenek merasa yakin bahwa dia adalah seorang Gao?” tanya si cucu. Wajahnya menjadi kocak karena ingin mencandai neneknya.“Wajahnya. Aku dapat memastikan. Pahatan t
Tiba-tiba kedengaran suara seorang ibu tua memanggil-manggil. Semestinya, orang yang pantas untuk dipanggil demikian adalah Fang Fenglei atau Lai Chun Ho.Akan tetapi secara mengejutkan, ibu tua yang mulai bongkok itu berjalan buru-buru mendekat pada Xiao Mei dan Gao Tian.“Tuan Muda …!”Sebetulnya Gao Tian juga Xiao Mei telah mendengar suara ibu tua tersebut memanggil-manggil. Akan tetapi, keduanya mengira ia memanggil si Kakak Pertama.Namun ternyata, ia mendatangi Gao Tian hingga meraih dan menarik baju murid Tujuh Bintang Kejora tersebut.“Tuan Muda Gao …!”Sontak, Gao Tian menoleh ke belakang. Wanita tua yang ia terka mungkin sudah berada di atas 80 tahun malahan mungkin 90-an itu menatap tersenyum padanya.Bukan senyum biasa. Dia memandang Gao Tian bak melihat cucunya sendiri, begitu penuh welas asih bahkan riang.“Tuan Muda Gao, aku sudah melihatmu dari kejauhan sejak tadi, ini
Menurut Xiao Mei, kehadiran Fenglei justru bakal menjadi penetralisir kencan dia dengan Gao Tian. Ia bisa menyembunyikan dari Chun Ho bahwa sebetulnya dia dan si Bintang Kejora sudah membuat janji makan siang bersama terlebih dahulu.Pengakuan Gao Tian membuat Xiao Mei tersenyum. “Tidak mengapa. Biar Kakak Pertama ikut bersama kita,” kata dia ceria.“Sebetulnya …, aku berjanji akan mentraktir dia. Karena, paman dan bibimu memberiku upah yang lumayan …”“Tidak perlu kau mentraktir Kakak Pertama. Biar aku saja yang membayarnya nanti!” Xiao Mei menyerobot kata-kata Gao Tian.“Ya sudah, berarti aku yang akan membayar bagianmu,” sambut Gao Tian mengusulkan dengan tersenyum cerah. Akan tetapi, Xiao Mei malah cemberut.“Aku yang mengajakmu untuk makan siang bersama sebagai imabalan kamu dapat memusnahkan roh jahat malam itu, Gao Tian. Jadi, tidak usah kau mengeluarkan uang buatku!” sergah Xiao Mei galak.Gao Tian hanya bisa menurut pada gadis bangsawan yang ada di hadapannya. Xiao Mei memand
Serasa melihat dewi yang turun dari langit, Chun Ho tersenyum pada Xiao Mei penuh keterkaguman, lantas dia berucap, “Kau cantik sekali hari ini.”Dipuji oleh Chun Ho, Xiao Mei malah agak kikuk. Nyaris saja dia menkuk wajah karena tak mampu menyembunyikan demi siapa dia tampil paripurna sedemikian rupa.Meski begitu, sang putri Su terpaksa tersenyum anggun, lalu membalas, “Aku adalah seorang putri Su. Sudah seharusnya aku tampil seperti ini.”“Xiao Mei …, apakah … kamu ada kesibukan?” tanya Chun Ho bagai ragu pada wanita yang tengah disanding-sandingkan oleh keluarganya dengan dirinya tersebut.Ingin rasanya Xiao Mei ‘mengusir’ Chun Ho dengan menyampaikan bahwa hari itu ia memiliki janji. Akan tetapi, Xiao Mei tahu. Diam-diam di ruang sebelah, ayah dan ibunya pasti menyimak.Memang benar. Su Yu Ping dan Liao Bi berusaha menyimak obrolan anak perempuan mereka dengan Chun Ho.Terpaksa, Xiao Mei menjawab pertanyaan si Kesatria Bukit Elok. “Sebetulnya, aku berencana untuk keluar memang …”
Begitu ucap Pendeta Fu setelah Zi Qi menyampaikan apa yang terjadi saat mereka berhadapan dengan Ruo Gang. Sang pendeta berkata lagi.“Namun setidaknya, ia tidak seperti ingin menunjukkan bahwa dirinya telah memiliki kekuatan spiritual atau juga tanda-tanda memberontak pada sekte atau apapun. Setidaknya, itu merupakan pertanda bahwa didikan kalian dipegang teguh dengan sangat baik oleh dia.”“Terpujilah para dewa apabila ajaran kami tertanam dalam dirinya,” sambut Tan Guan Ming. “Kemudian semalam, sepertinya ia sudah mengusir roh jahat dalam gua tersebut. Itu berarti, dia menggunakan kekuatan spiritualnya untuk kebajikan.”Semalam, Gao Tian telah melaporkan dan mendapat rekomendasi dari Xiao Mei. Bahwa, insiden supranatural Raja Kalajengking Iblis atau disebut ‘teror hantu kalajengking’ telah diselesaikan. Lucunya, Gao Tian mengaku bahwa ternyata, roh jahat itu takut pada jimat yang diberikan Zi Qi.Terang saja, para gurunya langsung tahu. Gao Tian yang berhasil mengalahkan kalajengki
“Ha…?”Lucu. Gao Tian yang berpembawaan kalem melongo melihat sosok wanita yang ada di hadapannya. Bukan apa-apa, Huanzu saat itu muncul tanpa berpakaian sedikitpun.Kulit putih dan tonjolan-tonjolan pada tubuhnya terekspos. Rambutnya tertata cantik dengan aksesoris indah pada kepalanya. Dia mengenakan anting-anting berbandul hijau.Bibirnya berwarna hijau cerah, bahkan kuku-kuku baik tangan maupun kaki Huanzu juga berwarna hijau.“Hai, adik kecil, bagaimana. Apakah kamu suka melihatku?” ucap Huanzu. Dia berpose dengan menekuk sebelah lutut, sementara berkacak pinggang.Sebagai laki-laki sejati, sudah barang tentu tubuh Gao Tian bereaksi melihat pemandangan indah yang ada di hadapannya.Akan tetapi, ia sadar. Yang dia lihat merupakan sosok roh jahat wanita. Selain itu hingga saat ini, mungkin hanya tubuh indah Xiao Mei yang merupakan wujud yang sangat ideal baginya.Terutama saat itu, Gao Tian sedang merasa riang. Nanti siang, dia akan makan bersama dengan Xiao Mei. Sehingga, dia tida
“Oh, itu …, anu … euh …”Pertanyaan Xiao Mei membuat Gao Tian gugup. Saat itulah si putri Su menyadari. Gao Tian kemungkinan ingin menyampaikan sesuatu. Akan tetapi, hambanya di Balai Riung Kejora Merah tersebut kemungkinan merasa kikuk dengan para anak buahnya yang ada di sana.“Hhhh…!” Xiao Mei menghela napas halus, kemudian meraih tangan Gao Tian dan membawa pengawalnya itu menjauh dari yang lain. “Apa yang mau kau katakan kepadaku?” tanya Xiao Mei pada Gao Tian dengan ekspresi galaknya.“Ak-aku baru saja bertarung dengan roh jahat, Xiao Mei,” ungkap Gao Tian.Dia tidak bisa berbohong pada Xiao Mei, terkeculai mengenai Xuanwu yang berada dalam dirinya. Sehingga sekarang, Gao Tian menyampaikan yang sejujurnya pada Xiao Mei tentang apa yang dirinya alami.Sedangkan Xiao Mei terang saja tertegun dengan apa yang dikatakan oleh Gao Tian. “K-kamu … dapat bertarung dengan roh jahat?!” Xiao Mei berusaha memastikan.“Begitulah, Xiao Mei,” Gao Tian menjawab lugu.Sekarang Xiao Mei tertegun.
Dari salah satu benteng kastil kelaurganya, Xiao Mei hanya bisa melihat samar-samar. Ada hewan yang menurutnya mirip dengan kalajengking. Ia tidak mengetahui, orang yang sedang berhadapan dengan makhluk tersebut adalah Gao Tian.“Siapkan 1 regu pasukan untuk ikut denganku ke atas sana. Tidak usah terburu-buru. Karena sepertinya, ada orang yang sedang menghadapi … entah sosok apa itu,” titah Xiao Mei pada para anak buahnya.“Siap, Nona Su!” sambut bawahan sang putri.Kembali pada Gao Tian. Menaklukkan Raja Kalajenging Setan sesuai keinginan Xuanwu tidaklah mudah. Dia harus bersabar. Pengerahan kekuatan spiritualnya pun mesti sangat terukur.Sebab salah-salah, bisa saja kalajengking jadi-jadian itu malah musnah. Jika sudah demikian, Xuanwu tidak akan bisa lagi menyerap roh jahat itu.“Lantas kapan kalajengking ini mulai menyerah? Yang mererpotkan adalah serangan tembakan energi yang berasal dari buntutnya itu. Tampak berbahaya!” batin Gao Tian.Berusaha untuk sabar, Gao Tian terus mengg
Sambil terkaget-kaget karena sepertinya dia bertemu dengan junjungannya, wanita serba hijau bernama Huanznu itu terus melangkah menuju tahta Xuanwu.“Aku … aku sendiri tidak tahu. 10 tahun yang lalu, aku disegel di sini menggunakan sebuah batang bambu oleh Pendeta Fu. Konon aku baru dapat lepas 5 tahun lagi. Tapi barusan, anak ini …”Huanzu tidak meneruskan kata-katanya. Ia memikirkan sesuatu yang sepertinya juga terlintas dalam pikiran Xuanwu.“Gao Tian. Anak itu mampu melepaskan segel dengan hanya menyentuhnya? Bagaimana mungkin?” batin Xuanwu. Lantas, dia berkata pada Huanzu. “Barusan … kekuatan spiritual yang ia kerahkan … berasal darimu, bukan?”“Aku rasa begitu, Tuan Xuanwu,” Huanzu terus berjalan. Sekarang ia meniti tangga platform tempat pimpnannya berada.“Kamu sama sekali tidak mengerahkannya, bukan?”“Tentu tidak, Tuan. Dia dapat mengambilnya sendiri, untuk apa aku repot-repot?”Sementara bertanya jawab dengan Huanzu, Xuanwu terus berpikir. “Tunggu, tunggu. Ada yang salah d