Perkataan putrinya membuat Yi Fei terdiam. Sebelum dirinya yang berada dalam keadaan telanjang bulat ditunjukkan pada Gao Tian, ia dan penjahat yang membawa dia berada di balik sebuah pohon besar. Yi Fei tidak melihat aksi Gao Tian sebelum hal memalukan itu terjadi.
“Tetapi … Tuan Muda Fang mengatakan. Saudara seperguruannya itu tidak memiliki kekuatan spiritual, Deng Na.”
“Bohong! Maksudku, si Gao Tian itulah yang berdusta,” Deng Na berucap dengan antusias. Kedua matanya melebar.
“Jadi menurutmu, Gao Tian sebenarnya adalah pendekar yang kuat. Namun, dia menutup-nutupinya?”
“Ya, betul. Begitulah kira-kira.”
“Mungkin memang benar begitu,” Yi Fei setuju terhadap pendapat anaknya.
“Ibu jangan membahas hal ini dengan orang lain termasuk ayah, Deng Kai dan Kak De Shu. Ini adalah rahasia kita.”
“Tentu tidak, Deng Na. Kita mesti menjaga privasi Gao Tian,&ldq
“Xuanwu, kami datang untuk mejemputmu!”Pria muda dengan rambut panjang dan wajah ramah lagi tampan itu berkata sembari tersenyum lebar. Agak di belakang dia, ada lelaki lain yang memiliki postur lebih tinggi sedang memegang kompas feng shui.“Semoga saja dia mau untuk ikut bersama dengan kita tanpa mengajukan syarat macam-macam,” kata si jangkung.“Mengapa harus bersyarat? Seharusnya, dia bersyukur karena kita akan melepaskan segelnya,” pria yang tampan membalas perkataan kawannya.“Xuanwu itu terkenal manipulatif. Ia berkuasa atas kerajaan iblis selama seratus tahun. Bisa jadi, tidak segampang itu membujuk dia untuk menuruti apa yang kita inginkan.”Pada mulanya, para dewa di Nirwana menciptakan dunia. Kemudian, memberikannya pada makhluk yang mereka ciptakan seturut dengan rupa mereka. Yaitu: manusia.Melihat bagaimana dewa-dewi mengasihi manusia, sebagian penghuni Nirwana merasa iri. Mereka
Terdengar pintu kamar Gao Tian diektuk dengan halus. Agak terburu-buru karena bisa saja yang mengunjungi dia adalah salah satu anggota dewan atau staf pengajar lain, ia pun segera membukanya.Di balik pintu, berdiri dua orang murid Tujuh Bintang Kejora. Yang satu berperawakan mungil dan yang satu lagi berbadan gemuk.“Zhihao, Guo Li,” sapa Gao Tian.Zhang Zhihao adalah kawan Gao Tian yang bertubuh mungil. Sedangkan Guo Li yang gemuk. Mereka adalah teman-temannya sesama murid tingkat 3 di sana. Dua siswa tersebut bisa dibilang merupakan sahabat-sahabat dekat dia.“Gao Tian, ada tamu untukmu,” kata Guo Li.“Dia adalah pesuruh dari keluarga Deng,” tambah Zhihao.“Keluarga Deng?” heran Gao Tian bertanya.“Ya. Ayo cepat, jumpai dia. Orang itu telah menantimu di ruang tamu,” Zhihao menyarankan.“Ba-baik,” ucap Gao Tian kemudian pergi bersama dengan dua sobatnya.
“Pendekar sekte Tujuh Bintang Kejora. Terlihat dari busana yang anak itu kenakan, betul?” Ding Lam berceletuk masih dengan ekspresinya yang kelihatan ceria.“Kamu langsung menyapa dia,” ucap Ju Jian.“Sekte tertua dan paling kuat di wilayah barat. Bisa jadi, seantero Negeri Pertama. Menarik,” ujar Ding Lam. Senyumnya semakin lebar dan menunjukkan gigi seolah menyimpan arti tertentu.Setelah menurutnya dia sudah berbelanja terlalu banyak, Gao Tian tiba di kediaman keluarga Deng yang berada tidak jauh dari pusat Kota Lembah Merah.Begitu Gao Tian dan pegawai keluarga Deng yang mengantar dirinya tiba di halaman rumah yang cukup besar tersebut, terlihat Deng Lun, Yi Fei, Deng Na dan putranya Deng Kai menyambut dia. Termasuk, Mao De Shu yang merupakan kekasih Deng Na juga ada di situ.“Selamat siang, Tuan Pendekar. Senang berjumpa dengan Anda. Atas kehendak istri dan anak perempuanku, izinkan kami berterima kasi
Deng Lun kembali berbicara, “De Shu akan menunjukkan kemampuan spiritualnya terlebih dahulu. Dia akan memecahkan bongkahan semen tersebut. Setelah itu, giliran kamu,” jelas sang saudagar.Pada saat ayah dari kekasihnya berkata demikian, De Shu menatap pada calon mertuanya dan mengangguk. Setelah itu, dia memandang Gao Tian sembari memamerkan senyum.“Gao Tian …,” Xuanwu melakukan kontak dengan tuan rumahnya.“Ya, Xuanwu?” balas Gao Tian lugu.“Kamu akan menerima tantangan ini, bukan?” senyum Xuanwu tipis tetapi menyimpan makna.“Euh …, aku ingin, tapi …”“Jangan takut untuk menunjukkan kekautan spiritualmu. Orang-orang sombong seperti dua pria ini perlu diberi pelajaran. Ketimbang kamu mengapliaksikan ilmu Ular Sakti Terkutuk pada si De Shu dungu atau paman congkak ini, lebih baik kamu menghantam benda padat, bukan?”“Y-ya …, aku
Sunyi. Semua orang yang berada di situ mulai dari para anggota keluarga Deng hingga karyawan mereka juga De Shu termasuk orang yang mengantar Gao Tian terdiam. Tatkala, tidak ada satu pun beton yang dihantam tamu mereka patah atau hancur.“Hmph …!” De Shu bermaksud terkekeh tapi dengan sengaja dia menahannya.“Aku pikir, kamu adalah pendekar yang tangguh, Gao Tian. Sayang sekali. Kau tidak jadi mendapat hadiah 5 tael emas dariku,” ucap Deng Lun.“Ah, ya. Maaf, tuan-tuan, nyonya dan nona. Kekuatan spiritualku memang belum seberapa,” ujar Gao Tian. Dia menjauh dari tumpukan beton.Meninggalkan tempat dia berdiri, Deng Lun maju ke arah tumpukan semen. “Bagaimana kamu itu. Sini, biar aku ajarkan cara—"Krrrk …!Tinggi hati, Deng Lun bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya pada Gao Tian. Namun lantas, terdengar suara retakan dari tumpukan semen berbentuk persegi tersebut.De Sh
Apa yang dikatakan Ju Jiang membuat wajah tampan lagi ceria Ding Lam melongo ke arah rekannya. Sebab, ia terheran-heran. Kemudian, dia bertanya.“Begitukah? Mengapa bisa seperti itu?” tanya Ding Lam polos.Sejurus, Ju Jiang terdiam memandang pada Ding Lam. Ia menyantap hidangannya, barulah dia berbicara. “Bisa saja orang itu tidak melakukan apa-apa …”“Lalu bagaimana caranya dia dapat mengesktrasi Xuanwu …?” Ding Lam kembali bertanya lalu asyik makan.“Mungkin karena orang itu memiliki pancaran energi spiritual ilmu hitam yang sangat tinggi. Kalau demikian, ia sama sekali tidak perlu menjalankan ritual apapun. Dia mampu menerobos segel tersebut, lantas bertemu entitas Xuanwu. Keduanya menjalin perjanjian … entah apa yang terjadi selanjutnya.”Pada saat temannya memaparkan, Ding Lam kembali terpekur memandangi Ju Jiang yang memiliki raut dingin. Sementara, tangannya bermaksud menga
“Setelah menaklukkan kelompok pengganggu keamanan kemarin, Nona tentu merasa senang Tuan Chun Ho bisa menemani Anda sepanjang tengah hari ini,” Yimu berujar pada junjungannya.Dengan langkah anggun, Xiao Mei mendekat pada ranjangnya, kemudian berbaring di situ. “Untuk beberapa jam, aku menikmati berbincang dengan Chun Ho. Tetapi setelah santap siang bersama tadi, aku juga jadi bertanya-tanya. Kapan mereka akan pulang,” rengut Xiao Mei menanggapi dayangnya.Yimu dibuat terkikik-kikik oleh Xiao Mei. Dia menatap bangga pada sosok cantik yang tengah berbaring tidak juah dari dirinya tersebut.“Toh Anda sudah seharian bersama Tuan Gao Tian kemarin, Nona. Atau … Anda belum puas berada di sisinya?” kelakar Yimu malu-malu. Ia menutup mulut dengan telapak tangan.Apa yang diucapkan salah satu pengasuh sekaligus pengawalnya tersebut membuat Xiao Mei mendelik ke arah Yimu. Asistennya tersebut merundukkan tubuh tanda memberi
Pada saat orang-orang itu tengah mengantre, seorang pria datang dan berbicara pada seseorang yang bertugas untuk mengatur alur keluar masuk. Berbisik sejenak, sang petugas mengantar orang itu ke bagian belakang bangunan.Di dalam pondok tersebut, tampak seseorang pria tua dengan busana kelabu tengah berbicara dengan tamunya. Ia memiliki rambut panjang yang telah memutih, begitu pula janggut dan kumisnya.“Guru, terima kasih telah membantuku untuk memberikan saudaraku yang sombong itu kesusahan. Warisan kakek kami seharusnya dibagi rata. Tetapi, dia malah ingin menguasai semuanya,” ucap si tamu. Dia menyodorkan kantong uang pada sang guru.“Terima kasih sama-sama, Tuan. Aku hanya melakukannya sesuai permintaanmu,” balas lelaki setengah baya tersebut.Laki-laki yang bertugas mengatur tamu masuk. Dia menyapa lembut pada pria tua yang disebut ‘guru’ itu, kemudian mendekat. Petugas itu membisikkan sesuatu singkat saja.