Dengan segera, Gao Tian menjulurkan tangan kanan penuh tenaga ke arah Ketua Bayangan Tengkorak. Tembakan kekuatan spiritualnya melesat, lalu mendera musuh. Tangan kiri Gao Tian menyusul, melakukan hal yang serupa.
Wuuush! Wuuush!
Ketua Bayangan tengkorak berusaha menahan energi yang menerpa dirinya dengan kedua tangan. Namun Gao Tian menghentakkan kedua tangannya.
“Ha …!”
Bwussshhh!
“Gyaaakkkhhh …!”
Musuh tidak mampu lagi membendung serangan Gao Tian. Dia berteriak, badannya gemetaran. Sementara Gao Tian melesat mendekat padanya.
“Gulungan 7 Jurus Malaikat Penjaga Neraka. Bab Yang Ketiga: Sentuhan Maut Sang Pencabut Nyawa!”
Telah bernazar untuk mengentaskan Gerombolan Bayangan Tengkorak dan semangatnya mengingat Xiao Mei, juga, menerapkan pesan dari Chang Gong, Gao Tian mendaratkan serangan telapak pada musuh.
“Aaaa … rrrgh …!” Ketua Bayangan ten
Bermaksud berkata dia baik-baik saja, Gao Tian bisa merasakan tubuhnya lemah, kesimbangannya terganggu, hingga ia lunglai. “Gao Tian!” “Kakak …!” Kompak, Xiao Mei dan Min Wu menghampiri Gao Tian dan menahan tubuhnya agar tidak jatuh. Sedikit kocak. Karena, kedua gadis itu sempat berpandangan. Seolah mereka silih berebutan, siapa yang pantas untuk menopang Gao Tian. Telah kembali ke tahtanya, Xuanwu menaruh telapak kanan di dahi. “Sudah kuperkirakan sebelumnya. Dia melakukan semuanya dengan berlebihan. Fisiknya belum siap untuk mengerahkan ilmu spiritual secara intens karena baru memilikinya,” batin dia. “Gao Tian, ada apa denganmu …?” tanya Xiao Mei khawatir. “Bagaimana kamu itu, Xiao Mei. Kamu tidak lihat Kak Gao Tian nyaris pingsan?!” serobot Min Wu galak. “Tentu saja aku melihatnya …, aku bermaksud menanyakan apa yang ia rasakan!” lawan Xiao Mei. “Sudah jelas dia pasti merasa lemas, menurutmu apalagi?!” Min Wu tidak mau kalah. “Teman-teman …, boleh aku meminta air minum?” l
“Maaf, aku sekedar ingin memastikan. Apakah para Gerombolan Tengkorak berbuat sesuatu pada Anda berdua?” Fenglei bertanya pada para sandera. “Terpujilah para dewa, aku dan putriku masih utuh tanpa kurang satu apapun, Tuan Muda Fang,” jawab Yi Fei. “Siapa yang melepaskan kalian, Nyonya, Kakak?” tanya Min Wu. Seketika itu Fenglei menjadi canggung. Pertanyaan yang serupa sempat melintas dalam kepalanya. Akan tetapi, dia tidak mau menyakan hal tersebut. Ia khawatir, Gao Tianlah yang menyelamatkan Yi Fei dan Deng Na. Lalu, Min Wu akan mengetahui bagaimana ternyata, kakak seperguruannya memiliki kekuatan spiritual. “Se-sejujurnya, aku … aku tidak tahu menahu. Karena, yang melepaskan diriku adalah Deng Na,” bingung Yi Fei berucap. Dia memandangi putrinya. Agak keheranan, salah satu rekan Chun Ho turut bertanya. “Memangnya, bagaimana Anda bisa melepaskan diri, Nona?” Sempat kembali memandang ke arah Gao Tian sekilas, Deng Na menjawab, “Agak mengherankan memang. Aku sendiri tidak tahu si
Perkataan putrinya membuat Yi Fei terdiam. Sebelum dirinya yang berada dalam keadaan telanjang bulat ditunjukkan pada Gao Tian, ia dan penjahat yang membawa dia berada di balik sebuah pohon besar. Yi Fei tidak melihat aksi Gao Tian sebelum hal memalukan itu terjadi.“Tetapi … Tuan Muda Fang mengatakan. Saudara seperguruannya itu tidak memiliki kekuatan spiritual, Deng Na.”“Bohong! Maksudku, si Gao Tian itulah yang berdusta,” Deng Na berucap dengan antusias. Kedua matanya melebar.“Jadi menurutmu, Gao Tian sebenarnya adalah pendekar yang kuat. Namun, dia menutup-nutupinya?”“Ya, betul. Begitulah kira-kira.”“Mungkin memang benar begitu,” Yi Fei setuju terhadap pendapat anaknya.“Ibu jangan membahas hal ini dengan orang lain termasuk ayah, Deng Kai dan Kak De Shu. Ini adalah rahasia kita.”“Tentu tidak, Deng Na. Kita mesti menjaga privasi Gao Tian,&ldq
“Xuanwu, kami datang untuk mejemputmu!”Pria muda dengan rambut panjang dan wajah ramah lagi tampan itu berkata sembari tersenyum lebar. Agak di belakang dia, ada lelaki lain yang memiliki postur lebih tinggi sedang memegang kompas feng shui.“Semoga saja dia mau untuk ikut bersama dengan kita tanpa mengajukan syarat macam-macam,” kata si jangkung.“Mengapa harus bersyarat? Seharusnya, dia bersyukur karena kita akan melepaskan segelnya,” pria yang tampan membalas perkataan kawannya.“Xuanwu itu terkenal manipulatif. Ia berkuasa atas kerajaan iblis selama seratus tahun. Bisa jadi, tidak segampang itu membujuk dia untuk menuruti apa yang kita inginkan.”Pada mulanya, para dewa di Nirwana menciptakan dunia. Kemudian, memberikannya pada makhluk yang mereka ciptakan seturut dengan rupa mereka. Yaitu: manusia.Melihat bagaimana dewa-dewi mengasihi manusia, sebagian penghuni Nirwana merasa iri. Mereka
Terdengar pintu kamar Gao Tian diektuk dengan halus. Agak terburu-buru karena bisa saja yang mengunjungi dia adalah salah satu anggota dewan atau staf pengajar lain, ia pun segera membukanya.Di balik pintu, berdiri dua orang murid Tujuh Bintang Kejora. Yang satu berperawakan mungil dan yang satu lagi berbadan gemuk.“Zhihao, Guo Li,” sapa Gao Tian.Zhang Zhihao adalah kawan Gao Tian yang bertubuh mungil. Sedangkan Guo Li yang gemuk. Mereka adalah teman-temannya sesama murid tingkat 3 di sana. Dua siswa tersebut bisa dibilang merupakan sahabat-sahabat dekat dia.“Gao Tian, ada tamu untukmu,” kata Guo Li.“Dia adalah pesuruh dari keluarga Deng,” tambah Zhihao.“Keluarga Deng?” heran Gao Tian bertanya.“Ya. Ayo cepat, jumpai dia. Orang itu telah menantimu di ruang tamu,” Zhihao menyarankan.“Ba-baik,” ucap Gao Tian kemudian pergi bersama dengan dua sobatnya.
“Pendekar sekte Tujuh Bintang Kejora. Terlihat dari busana yang anak itu kenakan, betul?” Ding Lam berceletuk masih dengan ekspresinya yang kelihatan ceria.“Kamu langsung menyapa dia,” ucap Ju Jian.“Sekte tertua dan paling kuat di wilayah barat. Bisa jadi, seantero Negeri Pertama. Menarik,” ujar Ding Lam. Senyumnya semakin lebar dan menunjukkan gigi seolah menyimpan arti tertentu.Setelah menurutnya dia sudah berbelanja terlalu banyak, Gao Tian tiba di kediaman keluarga Deng yang berada tidak jauh dari pusat Kota Lembah Merah.Begitu Gao Tian dan pegawai keluarga Deng yang mengantar dirinya tiba di halaman rumah yang cukup besar tersebut, terlihat Deng Lun, Yi Fei, Deng Na dan putranya Deng Kai menyambut dia. Termasuk, Mao De Shu yang merupakan kekasih Deng Na juga ada di situ.“Selamat siang, Tuan Pendekar. Senang berjumpa dengan Anda. Atas kehendak istri dan anak perempuanku, izinkan kami berterima kasi
Deng Lun kembali berbicara, “De Shu akan menunjukkan kemampuan spiritualnya terlebih dahulu. Dia akan memecahkan bongkahan semen tersebut. Setelah itu, giliran kamu,” jelas sang saudagar.Pada saat ayah dari kekasihnya berkata demikian, De Shu menatap pada calon mertuanya dan mengangguk. Setelah itu, dia memandang Gao Tian sembari memamerkan senyum.“Gao Tian …,” Xuanwu melakukan kontak dengan tuan rumahnya.“Ya, Xuanwu?” balas Gao Tian lugu.“Kamu akan menerima tantangan ini, bukan?” senyum Xuanwu tipis tetapi menyimpan makna.“Euh …, aku ingin, tapi …”“Jangan takut untuk menunjukkan kekautan spiritualmu. Orang-orang sombong seperti dua pria ini perlu diberi pelajaran. Ketimbang kamu mengapliaksikan ilmu Ular Sakti Terkutuk pada si De Shu dungu atau paman congkak ini, lebih baik kamu menghantam benda padat, bukan?”“Y-ya …, aku
Sunyi. Semua orang yang berada di situ mulai dari para anggota keluarga Deng hingga karyawan mereka juga De Shu termasuk orang yang mengantar Gao Tian terdiam. Tatkala, tidak ada satu pun beton yang dihantam tamu mereka patah atau hancur.“Hmph …!” De Shu bermaksud terkekeh tapi dengan sengaja dia menahannya.“Aku pikir, kamu adalah pendekar yang tangguh, Gao Tian. Sayang sekali. Kau tidak jadi mendapat hadiah 5 tael emas dariku,” ucap Deng Lun.“Ah, ya. Maaf, tuan-tuan, nyonya dan nona. Kekuatan spiritualku memang belum seberapa,” ujar Gao Tian. Dia menjauh dari tumpukan beton.Meninggalkan tempat dia berdiri, Deng Lun maju ke arah tumpukan semen. “Bagaimana kamu itu. Sini, biar aku ajarkan cara—"Krrrk …!Tinggi hati, Deng Lun bermaksud untuk menunjukkan kemampuannya pada Gao Tian. Namun lantas, terdengar suara retakan dari tumpukan semen berbentuk persegi tersebut.De Sh