Share

Bab 86

Penulis: Danira Widia
Janice baru saja akan berbicara. Namun Jason tiba-tiba menutup mulutnya dengan tangan, lalu mendekat. Sorot matanya yang dalam dan misterius di bawah cahaya bulan, menyiratkan aura yang berbahaya.

Janice berusaha keras untuk melepaskan tangan Jason, tetapi pria itu bergeming. Berhubung kesal, Janice pun menggigit jarinya.

Akan tetapi, Jason hanya mengernyit tanpa melepaskannya. Di luar, tiba-tiba terdengar langkah kaki dan celotehan seseorang. "Siapa itu? Jangan-jangan anak Bu Ivy datang mencuri? Malam-malam begini, dia masih saja mau minta makanan. Dasar nggak tahu diri. Apa dia pantas?"

Kata-kata itu menggores hati Janice. Di rumah Keluarga Karim, dia selalu dianggap sebagai orang luar yang tidak pantas mendapat apa pun.

Janice melepaskan gigitannya, merasa malu, dan menunduk untuk menghindari tatapan Jason. Menyadari pembantu akan masuk, dia memberi isyarat agar Jason melepaskannya.

Jason menahannya, lalu memutarnya pelan dan menekannya di atas meja dapur. Dia terus mendekat hingga
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
joana matakena
apakah jason juga sma sperti janice yg lahir kembali...??
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 87

    Saat Janice masih memikirkan semua hal ini, aroma teh penenang mulai tercium di hidungnya. Dia mendongak dan mendapati secangkir teh hangat sudah berada di depannya. Dengan sedikit terkejut, dia menatap Jason lagi.Pria itu berdiri dengan satu tangan memegang sumpit dan tangan lainnya di saku. Kemeja yang pas badan memperlihatkan garis tubuhnya yang tegap dengan bahu lebar dan pinggang ramping.Meski terlihat santai, ada aura tak bisa didekati yang terpancar dari dirinya. Jason yang berada di hadapannya ini terasa sedikit berbeda dari bayangan yang ada dalam ingatannya.Janice diam-diam meminum teh. Setelah beberapa saat, Jason selesai memasak mi dan menyajikannya di depan Janice."Makanlah," ucap Jason.Janice tersadar kembali. Dia menolak sambil menggeleng, "Nggak perlu, aku sudah nggak lapar." Namun, perutnya malah berkeroncong tepat setelah itu. Janice merasa sangat malu.Jason pun mengangkat alis. Sambil memegang mangkuk, dia bertanya, "Mau aku suapi?"Janice tahu bahwa pria ini s

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 88

    Thomas melaporkan, "Nona Janice, ada masalah. Di ruang VIP, sama sekali nggak ada orang. Pelayan bilang mereka sudah pergi dari dua jam yang lalu.""Siapa yang mengatur pertemuan hari ini?" tanya Janice dengan cemas.Thomas memberi tahu, "Itu ... ibunya Nona Vania, Bu Risma. Katanya, dia mau memperkenalkan klien besar untuk minta maaf padamu.""Minta maaf padaku, tapi malah nggak mengundangku? Apa maksudnya?" ucap Janice. Dia tidak peduli lagi pada kakinya yang sakit dan langsung berdiri.Janice menambahkan, "Cepat hubungi manajer restoran dan minta mereka simpan rekaman CCTV. Apa ada sopir dari Keluarga Karim yang bisa kamu andalkan?""Ada," jawab Thomas.Janice membalas, "Oke, tolong suruh dia mengantarku ke sana.""Baik," jawab Thomas.Setelah menutup telepon, Janice mengenakan mantel. Meskipun tertatih, dia berjalan keluar rumah dengan cepat. Sopir sudah menunggu di sana. Kemudian, mereka langsung menuju restoran.Pada saat yang sama, Norman yang hendak meninggalkan rumah Keluarga

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 89

    Janice mengikuti tanda menuju ruang VIP. Sementara itu, Thomas bantu memapahnya. Sambil melihat sekitar, dia bertanya, "Nona Janice, gimana kalau manajernya tetap nggak mau bantu?"Tak lama kemudian, Janice berhenti di depan pintu VIP. Dengan tekad kuat, dia berujar, "Nggak peduli mau atau nggak, dia tetap harus bantu hari ini!"Kemudian, Janice berjalan ke arah alarm kebakaran dan menekannya keras-keras. Segera, seluruh restoran dipenuhi suara alarm. Semua orang mulai berlari keluar, sementara Janice dan Thomas bergerak ke dalam untuk mencari.Namun, mereka tidak menemukan jejak apa-apa padahal sudah mencari sampai ke ruang VIP paling dalam. Bahkan, tidak ada satu sosok pun yang familier."Nona Janice, tetap nggak ketemu," ucap Thomas dengan cemas.Telapak tangan Janice berkeringat dan tubuhnya mulai lemas. Apakah reinkarnasinya tidak bisa mengubah nasib tragis Ivy dan Zachary?Saat Janice panik, seorang pelayan tiba-tiba keluar dari pintu. Janice segera menghentikannya, lalu menunjuk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 90

    Norman muncul di hadapannya. Setelah menendang manajer, dia mundur dan memberi ruang bagi orang lain untuk berjalan ke depan.Seorang pria berpakaian hitam melangkah masuk. Dia terlihat berbahaya di bawah lampu putih yang dingin, seolah-olah menahan sesuatu. Melihat Janice yang terjatuh, dia pun membantunya berdiri.Kemudian, Janice sontak mengernyit. Telapak tangannya lecet akibat menopang tubuhnya yang jatuh tadi.Pria itu menunduk untuk melihat lukanya, lalu menyindir dengan suara rendah, "Tadi aku ada di rumah, belum mati."Janice menimpali, "Tapi, Ibu dan Paman ...." Dia berusaha melepas tangan Jason untuk masuk ke ruang sampah dan menyelamatkan mereka.Jason memberi isyarat pada Thomas dan Norman untuk masuk lebih dulu. Sementara itu, dia menarik Janice ke belakang sambil memberi tahu, "Dengan kondisi begini, siapa yang bisa kamu selamatkan? Tunggu di sini."Kemudian, Jason memutar cincin di jarinya dan berjalan mendekati manajer. Dia melihatnya dengan tatapan penuh ancaman.Mana

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 91

    Di ujung telepon, Vania tertawa terbahak-bahak."Apa yang kumau? Pantas saja kamu begitu nggak tahu diri. Wanita murahan seperti ibumu tentu nggak tahu cara mendidik anak. Dia mendidikmu jadi wanita yang kerjaannya cuma merayu pria. Masa sebagai Nyonya Keluarga Karim, aku nggak boleh memberimu pelajaran?""Kulihat kamu sangat suka mencuri barang orang. Akan kubuat kamu mengembalikan semuanya! Sekarang kamu sudah tahu rasanya, 'kan? Dasar jalang! Kamu pantas mendapatkannya!"Vania tergelak. Jika memungkinkan, dia pasti sudah menghabisi Janice sekarang juga. Saking marahnya, Vania tidak lagi terlihat elegan seperti biasanya.Janice menunduk, lalu menyahut dengan dingin, "Kamu bicara panjang lebar dari tadi, tapi belum menjawab pertanyaanku. Sebenarnya apa yang kamu mau?""Sederhana saja. Aku mau kamu menolak tawaran Amanda. Setelah itu, aku akan memperlakukanmu dan ibumu dengan baik," jelas Vania sambil mengetukkan jarinya ke ponsel. Nada bicaranya pun dipenuhi ancaman."Vania, aku nggak

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 92

    Janice berbalik dan bertemu pandang dengan tatapan dingin Jason."Kamu nggak boleh lapor polisi," ucap Jason dengan tegas. Sinar lampu membuat wajahnya makin dingin.Janice mengepalkan kedua tangannya. Bahunya bergetar. Wajahnya pucat pasi. Dia menggunakan seluruh tenaga untuk menahan emosinya, lalu bertanya, "Kenapa? Karena dia dari Keluarga Tanaka? Karena aku pantas mendapat semua ini?""Kenapa aku yang selalu dikorbankan? Sudah berapa kali menderita dibuat kalian ...."Jason hanya diam. Tatapannya terlihat tenang. Janice seperti kehilangan akal sehatnya. Sesudah melontarkan semua itu, dia menunduk menatap sepatu kulit Jason.Janice hanya memakai sepatu olahraga biasa, sedangkan Jason memakai sepatu kulit mahal yang mengilap. Mereka memang ditakdirkan untuk tidak punya hubungan apa pun.Janice tersenyum mengejek diri sendiri yang begitu tidak tahu diri. "Ya sudah, aku nggak bakal lapor polisi. Kuharap kamu nggak menyesali keputusanmu hari ini."Janice merebut kembali ponselnya, lalu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 93

    Janice tidak menanggapi pertanyaan Arya dan langsung menyatakan tujuan kedatangannya. Arya pun tercengang.Sesaat kemudian, Arya bertanya dengan ragu, "Kamu yakin?""Ya.""Oke."Janice pergi setelah mendapat barang yang diinginkan. Arya menutup pintu, lalu menelepon Jason. "Jason, tadi Janice mencariku.""Ya." Jason menyahut dengan tidak acuh.Arya termangu sebelum bertanya, "Kamu sudah menebaknya sejak awal?""Ya.""Heh." Arya bersandar di kursi sambil memutar penanya, lalu bertanya, "Keponakanmu ini nggak mungkin menang darimu. Tapi, kamu nggak takut dia bertindak sembarangan?""Nggak apa-apa." Jason bersikap sangat tenang, seolah-olah semua berada di dalam genggamannya.Arya mencebik dan menimpali, "Ya sudah, itu keponakanmu. Kamu urus sendiri. Tapi, kamu nggak seharusnya mengkhianatiku, 'kan?""Apa maksudmu?""Kamu yang beri tahu dia namaku Yaya? Menyebalkan sekali!""Aku nggak bilang apa-apa kok," jelas Jason.Pena di tangan Arya sontak terjatuh. Dia merasa suhu di ruangannya menj

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 94

    Jason mendongak. Meskipun terlihat tidak peduli, tatapannya tetap menunjukkan rasa posesif. Janice memakai terusan merah dengan ikat pinggang berwarna cokelat. Kulitnya bening, tubuhnya menggoda.Di leher Janice yang putih, terlihat kalung platinum. Cahaya yang samar seolah-olah terpancar dari tubuh Janice. Sungguh memikat.Risma menyadari tatapan Jason terhadap Janice. Dia membanting cangkir tehnya untuk menarik perhatian semua orang.Setelah merapikan selendang sutra di bahunya, Risma menoleh dan tersenyum anggun. Akan tetapi, tatapannya menyorotkan ejekan saat menyapa, "Bu Ivy, kamu sampai repot-repot menyambut kami. Kami nggak mengganggu istirahatmu semalam, 'kan?"Begitu mengungkit tentang semalam, Ivy tak kuasa bergidik dan merasa gugup. Ketika dia hendak berbicara, Janice tiba-tiba menariknya dan membalas tatapan jahat Risma dengan senyuman."Bu Risma dan Vania berpakaian begitu mewah. Keluarga Karim tentu harus menyambut dengan sepenuh hati. Bagaimanapun, Keluarga Karim selalu

Bab terbaru

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 320

    Sebagian besar orang yang hadir di jamuan tersebut baru pertama kali melihat tes narkoba seperti ini, sehingga mereka memandang dengan rasa penasaran. Namun, hanya Vania yang tampak berbeda. Matanya memerah dan dia mulai menangis pelan."Pak, bisa nggak Anda kasih toleransi? Janice masih muda. Kalau masalah ini tersebar, reputasinya akan hancur," ujarnya dengan nada penuh belas kasihan.Polisi tetap menjaga ekspresi tegasnya. "Hukum adalah hukum, tidak seorang pun diizinkan untuk melanggarnya."Begitu mendengar hal itu, beberapa desainer yang sebelumnya berdiri di dekat Janice segera mundur karena takut ikut terseret.Janice mengangkat kepalanya memandang Vania dengan tenang, lalu berkata, "Bu Vania, hasilnya bahkan belum keluar. Kenapa kamu bisa yakin aku pasti bersalah? Kamu punya kemampuan meramal?"Vania sedikit terpaku, lalu buru-buru menghapus air matanya. "Aku cuma khawatir. Aku takut sesuatu terjadi padamu. Maafkan aku kalau aku terlalu ikut campur."Kerumunan mulai memandang J

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 319

    Tak ingin memprovokasi pelaku, polisi tidak menyebutkan langsung soal narkoba. Namun, semua orang di ruangan itu mengerti maksudnya.Mendengar itu, Amanda terkejut dan langsung menggeleng keras. "Nggak mungkin! Pasti ada kesalahan."Sebelum polisi sempat menjelaskan lebih jauh, sebuah suara tiba-tiba menyela, "Ada apa ini? Kenapa ribut sekali?"Itu suara Vania.Begitu masuk, dia tampak terkejut melihat Amanda. "Bu Amanda, ternyata Anda juga di restoran ini. Eh? Di mana Janice? Ke mana dia?"Polisi yang mendengar bahwa ada orang yang tidak hadir langsung merasa khawatir. Mereka tahu bahwa pengguna barang terlarang sering bertindak di luar kendali, dan jika orang tersebut pergi, itu bisa membahayakan orang lain.Salah satu polisi segera bertanya dengan tegas, "Siapa lagi yang nggak ada di sini? Sekarang dia ada di mana? Kalau kalian nggak jujur, kalian akan dianggap melindungi pelaku dan itu adalah tindak pidana."Amanda mengerutkan alisnya dengan kesal dan melirik ke arah Vania.Vania b

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 318

    Janice terdiam, bingung dengan maksud Jason. Kata-katanya terdengar seperti sedang meminta pengakuan atau status hubungan. Namun, mana mungkin ada status seperti itu di antara mereka?Orang yang paling dicintai Jason adalah Vania, sedangkan Janice hanyalah alat yang dia gunakan. Bagi Jason, Janice adalah seseorang yang bisa dia korbankan kapan saja.Hati Janice terasa sesak. Dengan suara dingin, dia berkata, "Aku lupa, kamu adalah pamanku."Mendengar itu, mata Jason menyipit, emosinya bergolak seperti gelombang yang dalam. Akhirnya, dia kehilangan kesabaran. Dia menekan belakang kepala Janice dan kembali mencium bibirnya dengan kasar.Napas mereka bertaut dan dia sepenuhnya kehilangan kendali. Dia tidak memberi Janice sedikit pun ruang untuk melawan. Sampai Ketika Janice kehilangan seluruh tenaganya dan hanya bisa pasrah membiarkan Jason mengambil alih, suara lirih keluar dari tenggorokannya."Mm ...."Jason terengah-engah memeluk pinggang Janice erat-erat. Dengan suara serak, dia berk

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 317

    Melalui jaket yang menutupi tubuhnya, Janice mendengar suara pukulan yang menghantam tubuh, diikuti oleh suara tulang yang patah atau terpelintir.Klang! Pisau bedah jatuh ke lantai.Marco bahkan tidak sempat mengeluarkan suara sebelum tubuhnya ambruk ke lantai. Tali yang mengikat keempat anggota tubuh Janice segera dilepaskan. Tubuhnya yang lemas diangkat dalam pelukan seseorang.Saat tubuhnya digerakkan, jaket yang menutupi wajahnya melorot. Akhirnya, Janice melihat wajah pria yang memeluknya.Jason.Wajahnya sama seperti bayangan di pikirannya ... dingin tanpa ekspresi, tetapi mata itu penuh dengan amarah yang membara dan menyiratkan aura membunuh yang pekat.Dengan sisa kekuatannya, Janice perlahan mengangkat tangannya untuk menyentuh wajah Jason. Dia berkata dengan suara lemah, "Kamu datang menyelamatkanku ...."Sebelum kata-katanya selesai, tangannya jatuh lemas, dan dia pingsan.Jason merasakan sesuatu menyusup ke hatinya, tetapi auranya tetap dingin dan tajam. Dia menatap Marco

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 316

    Melihat Marco yang semakin mendekat, Janice berusaha keras untuk meronta. Namun, tubuhnya tetap tak dapat digerakkan. Bahkan ketika dia mencoba menjatuhkan dirinya dari kursi, tubuhnya tetap tak bergeser sedikit pun.Tanpa tergesa-gesa, Marco berhenti di depannya, lalu berjongkok. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh wajah serta punggung Janice dengan penuh kesadaran."Benar-benar kulit yang sempurna. Nggak heran hargamu jauh lebih mahal daripada yang lain. Tenang saja, aku akan berhati-hati."Kulit?Janice terkejut dan matanya membelalak. Dengan susah payah, dia membuka mulut dan tergagap, "Ku ... kulit apa? Ha ... harga apa?"Setelah mengatakan itu, rasanya dia telah menghabiskan seluruh tenaganya. Tubuhnya langsung terkulai di lantai, tak mampu bergerak lagi.Mendengar pertanyaannya, Marco sepertinya teringat sesuatu yang membuatnya semakin bersemangat. Tangannya bergerak dengan gelisah, sulit menahan kegembiraannya. Tiba-tiba, dia membungkuk lebih dekat ke Janice, dengan senyum yan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 315

    Perasaan di dalam tubuh Janice seperti roller coaster. Dia tahu perumpamaan itu tidak masuk akal, tetapi pikirannya terus berpikir seperti itu. Sensasi itu terasa nyaman sekaligus aneh.Marco menatap Janice dengan saksama, lalu berkata, "Apakah rasanya menyenangkan? Nyaman, bukan? Kamu jauh lebih sesuai dengan kriteriaku dibandingkan yang ada di foto."Foto?Kriteria?Apa maksudnya?Janice tidak punya waktu untuk berpikir lebih jauh. Dia hanya melihat Marco membuka tas yang sudah diletakkan sebelumnya di ruangan itu dengan puas.Ketika Janice melihat isi tas tersebut, rasa takut menyelimutinya. Dia berusaha keras untuk melawan, tetapi tubuhnya tetap sulit dikendalikan. Sementara itu, Marco mendekatinya dengan senyum lebar dan membawa barang-barang dari dalam tasnya.....Di ruang jamuanAcara penyambutan Jason diatur oleh saudara sepupu Anwar yang juga merupakan penanggung jawab tambang saat ini. Menurut urutan keluarga, Jason harus memanggil mereka sebagai paman kelima dan keenam.Beg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 314

    Tempat jamuan makan dipindahkan ke sebuah restoran yang lebih mewah, dengan tingkat privasi yang jauh lebih baik. Begitu memasuki ruangan, suasana mewah tersebut langsung terasa.Di dalam ruang privat, sebuah meja panjang dihias dengan sangat elegan dan berkelas.Amanda masuk terlebih dulu untuk menyapa beberapa tamu asing dengan mencium pipi, lalu duduk dengan sopan dan ramah.Janice mengikutinya dengan tenang dari belakang. Namun, baru berjalan beberapa langkah, seorang pria tinggi tiba-tiba muncul dan mengadang jalannya."Hai, Nona," sapa pria itu.Mendengar suara itu, Janice mengangkat pandangannya dan terkejut melihat salah satu desainer favoritnya.Marco.Namanya sangat tradisional dan umum di Idali. Namun, desain-desainnya terkenal karena inovasi dan daya tariknya yang kuat. Kabarnya, semua karya Marco terinspirasi oleh "dewi inspirasi"-nya, yang menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang setia dalam masalah perasaan.Janice merasa terhormat disapa oleh Marco. Saat dia bersiap

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 313

    Anwar mengangkat pandangannya, dan tatapannya sudah mengatakan segalanya. Pelayan itu tertegun sejenak, lalu segera menunduk dan menyanggupi perintahnya.....Sore hariJanice mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang lebih sederhana dan sopan, riasannya juga sangat tipis, membuat penampilannya tampak rendah hati dan bersih.Bagaimanapun, dia hanya karyawan Amanda. Janice tidak ingin mencuri perhatian. Saat hendak berangkat, notifikasi di ponselnya menunjukkan sebuah topik yang sedang trending.[ Jason dan Vania menghabiskan sore yang penuh cinta.]Hanya dari judulnya, Janice sudah tahu isi beritanya. Dia memilih untuk mengabaikan notifikasi itu, lalu mengenakan sepatu hak tinggi dengan tenang dan keluar dari kamar.Baru saja masuk ke dalam lift, dia bertemu dengan Amanda. Amanda mengenakan jumpsuit elegan dengan potongan V-neck yang dihiasi kalung Mutiara. Penampilannya tampak Anggun, tetapi tetap profesional.Dia melirik Janice dan berkata, "Kamu nggak usah berpakaian terlalu sederhan

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 312

    Norman kembali ke sisi Jason dan berbicara pelan, "Pak Jason, Bu Janice sudah pergi sendiri."Jason terdiam beberapa detik sebelum berkata, "Suruh seseorang mengawasinya.""Baik. Selain itu ...." Norman mendekat dan berbisik beberapa patah kata di telinganya. Jason hanya mengangguk tanpa ekspresi.Dia kemudian berjalan ke arah Vania, mengulurkan tangan untuk mengambilkan tasnya dari bagasi kabin dan menyampirkan jaketnya di Pundak Vania dengan santai."Kota Gunang lebih dingin dibandingkan Kota Pakisa," katanya."Hmm." Vania tersenyum malu-malu, dengan tatapan penuh semangat melihat Jason. Para tamu di sekitar mereka memandangnya dengan iri.....Setelah mengambil barang bawaannya, Janice menemukan Amanda. Amanda terlihat sendirian. "Vania nggak pergi sama kita?""Hmm."Janice sudah menduganya. Ketika dia sedang berpikir, sebuah keributan terjadi tidak jauh darinya.Jason keluar dari bandara sambil menggandeng Vania, menciptakan pemandangan yang heboh. Vania mengangkat pandangannya dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status