Di sisi lain, Amanda menemani Jacky yang berdiri di depan menunggu tamu VIP. Dia mengecek ponselnya tiga kali, tetapi tidak ada kabar apa pun dari Janice.Jacky bertanya, "Bu Amanda, di mana Janice? Bukankah kita sudah janji akan ikut menyambut tamu?"Amanda tersenyum canggung. "Dia ...."Tiba-tiba, Vania menghampiri dan berdiri di samping Jacky dengan santai. "Janice bilang dia nggak enak badan, mungkin nggak bisa ikut."Jacky mengernyit. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, yang berarti menyetujui Vania berdiri di sampingnya. Hanya saja, dia merasa agak kesal karena dikecewakan oleh desainer baru.Melihat hal ini, Vania tersenyum puas. Saat dia merasa bangga, suara Janice terdengar di belakang. "Siapa bilang aku nggak bisa ikut?"Mendengar suara itu, semua orang memberi jalan. Janice yang mengenakan gaun merah dengan belahan tinggi membuat semua orang terpana. Kain yang berkilau itu membuat kulitnya tampak seputih salju.Dengan tambahan kain jala besar yang berbahan keras yang dihias
Menurut yang dikatakan Arya, pada usia seperti Janice, kebanyakan orang sangat berenergi. Namun, Janice hanya punya setengah dari energi yang seharusnya dimiliki. Bahkan, Arya menyuruhnya untuk menghemat energinya. Mungkin ini adalah harga yang harus dibayar dari kelahiran kembali.Janice tersadar dari lamunannya. Dia berpura-pura tenang dan berusaha melanjutkan. Namun, pria di sampingnya mengangkat tangan dan menunjuk ke depan. "Kita ke depan."Jacky segera berkata, "Pak Jason punya pandangan yang tajam. Di depan sana ada batu permata asli yang sangat langka, silakan."Jason mengangguk, lalu berjalan melewati Janice. Tiba-tiba, Janice merasakan kehangatan di telapak tangannya. Dia pun terkejut dan terdiam di tempat.Setelah orang lain berjalan pergi, Janice membuka telapak tangannya. Ada sebuah kantong pemanas seukuran telapak tangan dan berwarna pink. Bagaimana bisa Jason memiliki benda seperti ini?"Janice," panggil Jacky dari depan."Aku datang," jawab Janice yang meremas kantong p
Janice menggenggam erat tangan Berto saat dia mulai tenggelam. Wajah kecil Berto sudah pucat karena ketakutan."Jangan takut, aku akan tarik kamu naik." Janice terus menenangkan sambil menopang dagunya.Namun, berat badan Berto tidak ringan, apalagi pakaian yang basah semakin menambah beban. Meskipun Janice seorang wanita dewasa, dia masih kesulitan. Untungnya, pakaiannya tidak terlalu membatasi gerakannya. Walaupun dingin, dia tetap menggertakkan giginya dan terus bertahan.Pada akhirnya, dengan susah payah, dia berhasil membawa Berto ke tepi. Wanita itu pun menangis dan menjulurkan tangan untuk menariknya."Bu, cepat kemari! Aku tarik kamu naik!" seru wanita itu."Tarik anakmu dulu," sahut Janice yang merasa tubuhnya sudah hampir kehabisan tenaga. Dia tidak tahu berapa lama lagi bisa bertahan.Wanita itu terus mengucapkan terima kasih sambil menarik anaknya. Namun, saat dia mengulurkan tangan untuk meraih Janice, tiba-tiba sebuah cabang pohon besar datang dari hulu sungai dan membent
Namun, ketika melihat matanya, Jason merasa sangat sulit untuk mengendalikan dirinya. Bahkan, helaian rambut yang jatuh di ujung hidungnya seolah-olah menggelitik hati Jason.Tanpa memberi kesempatan kepada Janice untuk bereaksi, pria di depannya menyentuh bibirnya dengan lembut. Saat berikutnya, tangannya yang ada di leher belakang Janice memegang kepalanya dan mencium dengan penuh hasrat.Namun, ciuman itu tidak berlangsung lama. Kepalan tangannya yang erat diletakkan di samping telinga Janice. Janice bisa mendengar suara napas Jason yang tertahan.Jason menatapnya dan berkata, "Janice, kamu benar-benar hebat."Janice tidak mengerti.Jason tidak memberinya kesempatan untuk bertanya lebih jauh. Dia menarik Janice dan membaringkannya di dalam selimut. "Kamu tidur saja lagi."Janice bergerak sedikit, mencoba mendorong tubuh Jason, tetapi tidak berhasil. Akhirnya, dia menyerah dan menutup matanya.Di luar bangsal, Vania memegang erat gagang pintu, melihat dua orang yang tidur berpelukan
Di bangsal.Saat Janice terbangun lagi, Jason sudah pergi. Setelah tubuhnya pulih sedikit, dia bangkit dan minum sedikit air. Kebetulan, dia melihat bayangan seseorang bergerak di depan pintu."Siapa?" teriaknya.Pintu terbuka sedikit. Terlihat kepala Berto muncul dari balik pintu."Bibi.""Jangan buat onar." Wanita itu mendorong tubuh Berto yang menghalangi, lalu membuka pintu dan masuk. "Bu, terima kasih banyak kali ini. Aku buatkan kamu makanan. Semoga kamu suka.""Terima kasih, kebetulan aku memang lapar." Janice merasa malu untuk menolak, jadi dia tersenyum dan menerima.Wanita itu membuka termos, lalu menuangkan semangkuk bubur millet dan menyodorkan dua potong roti. Kemudian, dia memasukkan kembali sisanya ke dalam termos.Janice bertanya dengan heran, "Kak, makananmu ini ...?""Ayah Berto masih di ICU. Kami harus hidup sehemat mungkin," jawab wanita itu dengan mata merah.Janice berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apa kejadian Berto yang dibuang ke sungai ada kaitannya dengan sua
Janice bisa merasakan tubuhnya melemas. Sebelum matanya terpejam, dia hanya melihat penutup kepala berwarna hitam.Pria itu menatap Janice yang terbaring di lantai. Setelah menyimpan jarum suntiknya, dia terkekeh-kekeh. "Yang ingin membunuhmu bukan cuma aku. Kita ketemu lagi, Janice."....Jason kembali ke rumah sakit dengan membawa makanan. Ketika melihat bangsal yang kosong, dia langsung meninju pengawal hingga terjatuh."Begini cara kerjamu?""Maaf, Pak. Aku cuma ke toilet sebentar," jelas pengawal itu dengan takut."Siapa saja yang sempat kemari?""Ibu dan anak yang ditolong Bu Janice. Tadi aku tanya suster, katanya dia melihat Bu Janice turun mencari mereka ...."Sebelum pengawal itu menyelesaikan ucapannya, Jason sudah berlari pergi.Di bawah sana, ibu dan anak itu sedang bergandengan tangan dengan ekspresi lelah. Saat melihat Jason yang menghampiri dengan galak, mereka pun ketakutan."Di mana Janice?" tanya Jason langsung."Dia ... bukannya dia istirahat di kamarnya?" tanya wani
Mungkin karena ucapan Janice terdengar terlalu lugu, Kengo langsung mengangkat kakinya dan menginjak tubuh Janice dengan sepatu kulitnya yang berdebu."Janice, kamu putri angkat Zachary. Wajar kalau kamu datang ke pertambangan untuk lihat-lihat. Kalau terjebak longsor, berarti kamu sial. Menurutmu, kami harus memberi siapa penjelasan?""Zachary? Memangnya siapa dia? Kalaupun kami membunuhnya, ayahnya nggak bakal berani berkomentar. Mengenai urusan tambang, kamu rasa para orang miskin itu bisa apa?""Kami awalnya ingin menyelesaikan secara baik-baik, tapi mereka malah menolak tanda tangan surat pertanggungjawaban dan melawan Keluarga Karim. Selanjutnya yang akan mati adalah kamu. Ini cuma tentang 200 juta, aku saja malas mengurusnya."Saat ini, Kenta mengernyit dan menyela, "Ngapain kamu bicara panjang lebar sama dia? Cepat ambil tindakan!"Begitu mendengarnya, Janice langsung memahaminya. Kenta yang jarang bicara ini adalah yang paling tegas. Saat keduanya bertatapan, Kenta tampak memi
Asalkan terjepit dengan erat, batu itu bisa menghalangi batu-batu yang ada di belakangnya. Namun, Janice juga tidak bisa keluar. Satu-satunya jalan keluar terhalang.Setelah memastikan bahwa mereka aman untuk sementara, Janice tidak diam begitu saja. Dia berbalik, lalu menatap marah pria yang terbaring setengah di tanah dengan marah. "Kenapa kamu malah diam! Kamu menipuku! Kamu ...."Dengan marah, Janice mengangkat tangannya untuk memukul. Namun, tangannya tiba-tiba terhenti di udara.Janice baru menyadari bahwa kaki Jason terluka karena batu yang jatuh. Darah telah menggenang di tanah. Dia menunduk, perasaannya sangat campur aduk.Dengan wajah datar, Jason mengangkat tangannya untuk memegang dagu Janice. Dia mengalihkan pandangannya dan berkata, "Nggak ada patah tulang, cuma luka gores."Janice menepis tangan Jason, lalu memelototinya dengan mata memerah. "Kenapa kamu selalu begini sih? Kamu selalu bersikap baik setelah mengecewakanku! Aku benci sekali padamu!"Jason mengangkat tangan
Di rumah merah, interior rumah itu sangat indah, tetapi entah mengapa ada aura menyeramkan di setiap sudutnya. Yoshua yang terbiasa dilayani orang lain, hanya menyisakan dua pelayan untuk merawat Tracy.Janice dibawa ke sebuah kamar di lantai atas. Begitu pintu terbuka, ruangan itu gelap gulita. Dia bahkan belum sempat menyesuaikan diri saat tiba-tiba didorong hingga terjatuh ke lantai.Janice menopang tubuhnya dan berusaha menyerbu ke luar, tetapi pintu sudah terkunci rapat. Seketika, ketakutan akan kegelapan menjalar di hati. Dia meraba dinding untuk mencari saklar dan menyalakan lampu.Saat melihat jelas isi ruangan, wajahnya langsung pucat pasi. Pikirannya belum sepenuhnya menangkap apa yang terjadi, tetapi tubuhnya sudah bereaksi dengan sangat cepat."Huek!" Janice bergegas masuk ke kamar mandi dan muntah dengan hebat. Setelah tidak ada lagi yang bisa dimuntahkan, kedua tangannya diletakkan di wastafel untuk menopang tubuhnya.Saat menatap ke cermin, dia melihat wajahnya perlahan-
Jason mengeluarkan ponsel, memutar rekaman panggilan telepon yang dilakukan oleh Vania kepada kekasihnya di luar negeri."Sayang, aku akan terbang saat natal. Kamu harus datang menjemputku. Aku benar-benar muak dengan Azka si bodoh ini!"Vania tertegun seperti patung. Bibirnya bergetar karena ketakutan, "Azka, bukan seperti itu. Aku cuma ...."Azka tersenyum tipis dan langsung memeluknya. "Nggak apa-apa, aku percaya padamu."Tepat saat Vania merasa lega, Arya muncul. "Azka! Kamu gila ya? Kamu jelas-jelas dimanfaatkan olehnya! Dia sama sekali nggak mencintaimu! Dia mendekatimu cuma karena kamu adikku! Tujuannya untuk mengetahui keberadaan dan situasi Jason melalui dirimu!""Aku tahu." Azka tertawa terbahak-bahak. "Aku tahu segalanya."Kali ini, bukan hanya Arya yang tertegun, tetapi Vania juga.Azka menunjuk ke arah Arya dan tertawa sinis. "Sejak kecil, kamu selalu menjadi teladan di mata orang lain. Kamu nggak pernah berbuat salah, sedangkan aku selalu salah dalam segala hal yang kulak
Ruangan di bangsal menjadi sunyi.Jason menatap angka-angka di layar dengan tatapan dingin. "Apa maksud angka 1, 2, dan 3?""1 berarti rumah, 2 berarti tempat kerjaku, dan 3 berarti luar kota," jawab Ivy segera tanpa berani menunda.Ibu dan anak itu hidup saling bergantung, sehingga harus berhati-hati. Saat masih muda, Ivy pernah diikuti oleh seorang pria. Kemudian, putrinya yang cantik, Janice, juga pernah menjadi target orang jahat.Itu sebabnya, mereka berdua menciptakan kode ini. Jika terjadi masalah dan tidak bisa menelepon, mereka akan mengirim pesan.Saat itu, Janice masih kecil. Hidup mereka berpusat di rumah dan tempat kerja, jadi tidak ada banyak angka dalam kode itu.Zachary berasumsi, "Apa mungkin Janice dibawa ke luar kota?"Ivy mengernyit, "Kalaupun ke kota lain, seharusnya itu angka 4. Dia pasti tahu aku bisa mengerti dan nggak mungkin salah mengirim angka. Kenapa malah kirim angka 5?""Ke luar negeri," ucap Jason sebelum berbalik meninggalkan ruangan.Norman dan Arya se
Janice langsung mengirimkan serangkaian angka kepada Jason melalui pesan, lalu menggeser ke kiri untuk menghapus ruang obrolan.Melihat Tracy hampir pingsan, Janice akhirnya melepaskan tangannya. Sebenarnya, dia benar-benar ingin mencekik Tracy sampai mati.Namun di kehidupan ini, hidupnya baru saja dimulai dan dia pernah berjanji pada Vega bahwa dia akan menjadi diri yang berbeda. Dia tidak akan membiarkan orang seperti Tracy menghancurkan hidupnya.Setelah lolos dari cekikan, Tracy seperti orang gila yang berteriak keras, "Tolong! Tolong aku!"Saat berikutnya, pintu dibuka. Yoshua yang baru selesai membalut lukanya, segera masuk dengan pengawal.Yoshua sontak menarik Janice menjauh. "Janice, tenanglah! Kalau bukan karena Jason, kami nggak akan jatuh sampai seperti ini. Semua ini gara-gara dia!"Mendengar itu, Janice langsung terdiam. Wajahnya yang sudah pucat semakin pucat. Mata merahnya menatap Yoshua. "Kamu juga tahu? Kamu juga terlibat?"Yoshua baru sadar bahwa dirinya salah bicar
Ketika Janice terbangun lagi, ada seseorang berdiri di samping tempat tidurnya, menatapnya dengan tatapan suram.Begitu melihat wajah orang itu dengan jelas, Janice terkejut dan langsung bangkit. Dia menatap orang itu dengan waspada, Tracy.Penampilan Tracy kini sangat berbeda dari wanita anggun dan bermartabat yang ada di dalam ingatannya. Kemungkinan besar, jatuhnya Keluarga Hariwan memberi pukulan besar baginya. Rambutnya kini sudah beruban, lingkaran hitam tampak jelas di bawah matanya.Dulu Tracy hanya terlihat sedikit lemah, tetapi sekarang ada aura kematian yang mengelilinginya.Janice turun dari tempat tidur dan mundur selangkah. "Bu Tracy, apa yang ingin kamu lakukan?"Tracy tidak berkata apa-apa, hanya merapikan rambut di dahi sebelum duduk di kursi di seberang dengan perlahan. Gerak-geriknya tetap memancarkan sikap elegan seorang wanita kaya.Setelah duduk dengan tenang, dia mengangkat kelopak matanya untuk menatap Janice dengan tatapan menghina. "Padahal, kamu dan Jason aka
"Aku tahu kamu sulit percaya sekarang. Nggak apa-apa, kita masih punya banyak waktu nanti. Janice, jangan benci aku. Aku juga nggak ingin menjadi seperti ini, tapi aku nggak punya pilihan."Janice mengerutkan alis, menyadari ada makna tersembunyi di balik kata-katanya. "Siapa yang memberimu pilihan?"Yoshua tidak menjawab, malah bangkit mendekatinya dan mengganti steik di depan dengan steik yang sudah dia potong."Makanlah, jangan keras kepala lagi. Paman Jason mungkin membiarkanmu bersikap keras kepala, tapi aku nggak. Apa yang kuinginkan, harus kudapatkan. Dan yang nggak bisa kudapatkan … akan kuhancurkan. Nggak akan kubiarkan jadi milik orang lain, terutama Paman Jason."Yoshua mengucapkannya dengan senyuman di wajah, tetapi nadanya begitu dingin tanpa perasaan. Ketika dia bilang dia menyukai Janice, itu benar, tetapi kebenciannya pada Jason juga benar adanya.Janice melirik tangan yang menekan bahunya. "Gimana aku bisa makan kalau begini? Aku sudah ada di sini, apa mungkin aku bisa
Janice memalingkan wajahnya dengan paksa, menghindari tangan Yoshua.Tangan Yoshua terhenti di udara. Dia perlahan menurunkannya sambil tersenyum tipis. "Masih marah?"Nada suaranya seperti sedang menenangkan kekasih yang kesal.Namun, Janice merasa tubuhnya dibasahi keringat dingin. Dia meronta-ronta sambil bertanya, "Sebenarnya apa yang kamu inginkan?"Yoshua menatapnya beberapa detik. Dengan mengabaikan kemarahannya, dia bertanya dengan lembut, "Lapar, 'kan? Duduk dulu dan makan sesuatu."Yoshua duduk dengan tenang, lalu memberi isyarat kepada pramugari untuk melayani.Janice enggan duduk, tetapi pengawal di belakang menekan bahunya dengan kuat, membuatnya tidak punya pilihan selain duduk.Pramugari menuangkan sampanye untuk mereka, menyajikan steik yang baru saja dimasak.Yoshua mengangkat gelas ke arah Janice untuk bersulang. Namun, Janice mengepalkan tangannya dan tidak ingin bersulang."Janice, situasi sudah seperti ini. Melawanku nggak akan membawa keuntungan apa pun bagimu." M
Arya termangu. "Kenapa dibuang di sini? Kenapa nggak langsung memanggilku saja?""Ada yang mengawasinya."Dalam perjalanan, Jason sudah meninjau semua rekaman CCTV. Dalam rekaman itu, Janice terlihat menoleh ke kiri dan kanan, jelas menunjukkan bahwa dia sedang diawasi.Jason membuka kertas yang diremas. Ada dua lembar kertas di dalamnya, sama seperti yang tadi dilihat Arya.Arya seketika menyadari sesuatu. "Tadi dia terus menatap kertas itu dan tanya apa aku dijodohkan dengan wanita bernama Naura. Siapa itu?""Aku tahu siapa." Jason berdiri dan menoleh ke arah Norman. "Hubungi tetangga Janice."Norman mengangguk dan segera menelepon.Jason menggoyangkan kertas di tangannya di hadapan Arya. "Gimana menurutmu?"Wajah Arya langsung berubah serius, lalu berkata dengan nada kesal, "Itu Azka. Dia tahu ibuku sedang menjodohkanku. Dia meniru tulisan tanganku dan pura-pura menjadi aku untuk bertemu dengan wanita bernama Naura, yang juga merupakan tetangga Janice. Tapi, aku nggak mengerti, kena
Janice menunduk dan mengambil kertas yang jatuh di lantai itu. Tiba-tiba, dia termangu di tempat.Arya yang melihatnya pun bingung. "Kenapa tiba-tiba bengong?"Janice membuka kedua kertas yang ada di tangannya dan berkata, "Lihat ini."Arya awalnya tidak peduli, hanya melirik sekilas. Namun, saat berikutnya dia terdiam. "Nomor siapa ini? Kenapa tulisannya mirip dengan tulisanku?"Angka 9, 6, dan 1 di kertas itu memiliki ekor, seperti tanda tangan khas milik seseorang. Tidak heran Janice merasa familier melihat kertas yang diberikan oleh Naura kepadanya. Ternyata, dia pernah melihatnya di rekam medis Arya.Tiba-tiba, Janice teringat pada ucapan Naura yang mengatakan pria yang diperkenalkan kepadanya adalah seorang dokter.Janice sontak mendongak dan menatap Arya. "Kamu dijodohin ya? Nama wanitanya Naura, 'kan?"Arya terkejut sejenak. "Kok kamu tahu? Tapi, aku belum sempat bertemu wanita itu. Aku ...."Mereka saling memandang dan langsung memahami sesuatu.Arya berkata dengan agak marah,