"Setelah ini Nirmala mau keliling kampung Ya Mak, mau lihat-lihat perkembangan kampung ini, oiya Mak rencana Nirmala mau buka usaha.""Usaha apa Nir?" "Di kampung kita ini kan penghasil sawit dan nanas paling tinggi dari daerah lain, jadi Nur mau buat sapu lidi dari batang sawit, daripada terbuang begitu saja saat di tunas atau dipelepahin jadi lebih baik dimanfaatkan, usaha ini bisa memanfaatkan tenaga wanita saat membersihkan lidi dari daun, Nirmala kepikiran begitu banyak janda muda di kampung kita karena korban nikah muda, mantan suami mereka tidak mau menafkahi, sulitnya mencari pekerjaan banyak yang salah jalan, mereka mencari jalan singkat dengan menjadi PSK atau TKW yang belum tentu jelas agencynya jadi saat di negeri orang banyak yang dijadikan penjaja s*x komersial.""Masya Allah … ide bagus tuh Nirmala, tapi masalahnya kemana mau jual sapu lidi itu, karena kebanyakan warga sini pasti buat sendiri, kau bisa lihat sendiri kan Nirmala, pohon kelapa bertebaran dimana-mana, kal
"Allahu Akbar!" Nirmala menepuk-nepuk bagian dada karena kaget dengan suara bantingan pintu, lalu ia mencoba cuek dan mengeluarkan kunci serep yang memang ia miliki, sebenarnya ia sudah pegang semenjak dirumah tapi ia ingin tau saja sampai mana kelicikan iparnya dan adiknya itu, semenjak Melda melarang untuk balik ke kampung bahkan saat tragedi di Bandara membuat Nirmala ingin menguak tabir kebenaran, apa yang sebenarnya terjadi. "Bawa aja Nirmala motornya, duh gusti, kok ada ya manusia macam begitu," ujar Yati yang merasa geram. Nirmala menyalakan mesin motor dan menjalankannya. "Eh! Maling! Maling!"Mela berteriak dari jendela, terpaksa Nirmala menghentikan motor matic tersebut karena warga ada yang datang. "Mana malingnya Mela?" Seorang bapak yang sedang memakai kaos partai yang sudah lusuh bertanya. "Iya, mana malingnya, siang-siang sudah berani maling," ucap seorang pemuda. "Itulah di depan kalian itu, hajar saja, dia mau mencuri sepeda motorku." Mela menunjuk Nirmala. "As
Rani tampak diam sejenak, masih segar diingatannya saat Melda bermesraan dengan lelaki yang bukan suaminya, Rani menimang-nimang apakah ia memberi tahu Nirmala atau tidak. "Kenapa Ran? Emang kenapa dengan Kak Melda?""Ah–tidak apa-apa Nirmala." Rani belum cukup berani memberitahu Nirmala, takut dibilang Fitnah, lagian masalah hidup Rani sudah cukup banyak, tidak mau dilabrak Melda karena masalah ini, biarlah suaminya atau keluarga Melda tau dengan sendirinya tapi tidak dari mulut Rani. "Ran, kamu tau lelaki yang mengajar di TK Al Masliah, Tk yang sebelum pertigaan yang kondisinya sudah tidak layak itu.""Kenapa Nirmala? Aku tidak tau pasti orangnya yang mana. Tapi setahuku dari si Tatik tetangga samping kiriku ini pernah cerita tentang beliau, katanya banyak gadis kampung sini yang suka dengannya, tapi lelaki itu sosok misterius, datang dari kota dan mengajar di tempat kumuh seperti itu, entah apa maksud dan tujuannya.""Aku ada keinginan memperbaiki sekolah itu, dan membeli beberap
"Mau apa kalian!" Nirmala berusaha tenang bertanya dengan nada yang tegas dan sorot mata yang tajam. "Kami mau bermain-main denganmu, lebih tepatnya mengajakmu bersenang-senang," ucap pria yang baru Nirmala ingat namanya Rudi, saat di bandara bersama Melda, dua lelaki itu semakin beringas menatap Nirmala dengan kulit bersih mengilap sungguh menggelitik sukma kelaki-lakian mereka. "Kalian sudah bosan hidup! Aku bisa saja melaporkan kalian pada pihak berwajib, apa kalian mau mendekam di penjara?""Setelah kami menikmati sari-sari manis kewanitaan mu, nyawamu kami lenyapkan, agar kau tidak berkicau pada polisi."Rudi berucap lagi dan berhasil membuat jantung Nirmala berdegup lebih kencang membayangkan rencana busuk mereka, tapi yang satu Nirmala yakini, ia punya Allah, Dzat yang maha penolong. "Kalian berpikir bisa lolos begitu saja, keluargaku pasti akan mencariku dan sebelum aku sampai di jalan ini aku bertemu dengan beberapa orang, kalian fikir Polisi itu bodoh tidak bisa menangkap
"Bang, ini rumah saya, mampirlah sebentar, saya akan buatkan minuman." Nirmala berhenti di depan pagar rumahnya. "Tidak, terima-kasih Kak, saya langsung pulang saja.""Tunggu sebenar," ucap Nirmala sambil sedikit berlari menghampiri Raihan"Ini Bang, ada sedikit rezeki lagi, terima ya," ucap Nirmala lagi sambil menyelipkan uang tiga ratus ribuan di saku kemeja Raihan, lelaki itu sempat kaget dan melihat gerak tangan Nirmala yang memasukkan uang ke saku kemejanya, belum sempat berkata tapi Nirmala sudah buru-buru masuk ke halaman rumahnya. Sedangkan Melda yang sedang berdiri di lantai dua menatap Nirmala dengan geram lalu meraih ponselnya dan menghubungi seseorang. "Kamu itu gimana sih Rud? Cuma menghabisi nyawa perempuan saja tidak bisa.""Adik iparmu itu bukan wanita lemah seperti yang dilihat.""Masa kalah tenagamu sama dia! Dasar lemah.""Ini bukan masalah tenaga, dia itu otaknya cerdas, jadi bisa mempengaruhi orang, si Burhan terpengaruh sama tipu dayanya, dan sekarang dia dit
"Arghh sudahlah Nirmala, asal kau tau saja, di atas langit masih ada langit, jangan sombong jadi manusia, jangan kau pamerkan gelar S1 mu itu untuk menghina orang, gelar itu ga akan dibawa mati." Setelah berkata seperti itu, Melda pergi sambil mencebikkan bibirnya sinis ke arah Nirmala. 'Dasar aneh, semoga Allah selalu melindungiku.' Nirmala membatin. Setelah menghabiskan makannya, Nirmala pergi masuk ke kamar, baru saja hendak duduk di pinggir ranjang miliknya terdengar pintu kamar diketuk. "Siapa?" Nirmala melongok, ternyata Yati yang ada di balik pintu. "Nirmala, boleh bicara sebentar.""Boleh, masuk Kak Yati." Yati masuk lalu menutup pintu kamar. "Ada apa Kak? Kok jam segini belum pulang, nanti kesorean jalanan sepi, bahaya loh kak.""Iya Nirmala, Kak Yati harus bicara padamu, penting.""Masalah apa, Kak?""Nirmala harus berhati-hati dengan Melda ya, tadi aku tidak sengaja mendengar dia berbicara melalui sambungan telepon, dia bicara gini, 'campakkan saja ke sungai barumun itu
"Besok Saya minta ktp dan KK abang ya, Nirmala punya kenalan orang dinas pendidikan agar data abang bisa masuk ke daftar guru honorer, kalau rezeki abang bagus bisa jadi PNS, insya Allah abang orang baik rezeki juga akan baik selama terus berusaha." Raihan hanya diam dan Nirmala sibuk memotivasi tentang rezeki halal, amal jariyah dan sepanjang Nirmala bercerita Raihan sesekali mengangguk menghargai. "Oiya Bang, kenalin ini Pak Mukhlis, dia yang akan memperbaiki sekolah ini, kalau masalah biaya tidak perlu dipikirkan, insya Allah Nirmala yang handle, abang cuma fokus mencerdaskan anak-anak kampung sini saja dalam bidang agama, nanti Nirmala akan sering memantau ke sini, kalau ada perlu apa-apa jangan sungkan ya Bang, kalau untuk kebaikan, insya Allah Nirmala bantu, segera siapkan apa yang Nirmala bilang tadi, agar abang segera terdaftar jadi guru honorer," ucap Nirmala lalu pamit pergi sedangkan Raihan tidak diberi kesempatan untuk berbicara. "Setelah ini kita ke beting Pak." Nirmal
"Sepertinya ini masalah keluarga kalian.""Iya Koh, memang ini masalah keluarga tapi lahan yang Koh Aliang beli dari Melda itu tidak sah, saya akan mempertahankan lahan saya, karena itu peninggalan almarhum ayah saya, jadi Koh Aliang tuntut saja Melda.""Kalau begini amsyong lah, terus uang saya satu Milyar lebih itu bagaimana? Kamu tidak bisa berkata tidak sah, karena saya beli pada keluargamu dan belum tentu juga itu lahan kamu, siapa tau itu punya Melda!""Tidak ada sejarahnya harta warisan jatuh ke menantu, selama masih ada istri dan anak ya jatuhnya ke mereka, kecuali bagian abang saya kalau mau diserahkan ke istrinya baru bisa, itu juga tidak bisa semua karena mereka punya anak semua ada aturan tertulis di Alquran, kalau Koh Aliang keberatan, saya juga keberatan karena lahan saya dijual tanpa sepengetahuan saya, ini kasus penipuan, Koh Aliang harus membawa ini ke ranah hukum," ucap Nirmala panjang lebar dan Koh Aliang hanya memijit-mijit kepalanya yang terasa pusing tampak kulit