Terima Kasih Kak Jhonny, Kak Arief, Kak Pengunjung0576, dan Kak Alka atas dukungan Gem-nya. Dengan ini, telah terkumpul 8 Gem, yang artinya ada 1 bab bonus lagi (≧▽≦) Akumulasi Gem Bab Bonus: 14-11-2024 (pagi) : 3 Gem (reset) Pengumuman, hari ini othor ada meeting mendadak, jadi perhitungan Gem akan othor lakukan di malam hari. untuk bab bonus 1-3 akan othor rilis dengan fitur terjadwal, jadi othor tidak memberikan author note saat itu terjadi. Doakan othor di meeting dengan Klien ini, proyeknya deal. Aamiin... Selamat Membaca dan Selamat Beraktivitas (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 0/5 Bab Bonus Besok: 4 Bab Bonus View: 1 Bab Reguler 2/2 (komplit)
BOOM!Benturan dua kekuatan dahsyat itu menciptakan gelombang kejut yang membuat permukaan danau beriak hebat.Udara bergetar seolah baru saja terjadi ledakan bawah air.Namun sebelum Jake Yard sempat merasa puas, sensasi bahaya menjalari tulang punggungnya.KRAK!Rasa sakit yang tak tertahankan menyebar ke seluruh tubuhnya.Terlambat ia sadari, ternyata lengan kanannya telah patah!Tulang putih mencuat mengerikan dari daging yang terkoyak."ARGHHHH!" jeritannya memenuhi area Danau Emerald.Ryan menatapnya tanpa ekspresi. "Tang
'Tang San adalah legenda hidup!' batin Lucy Jeager cemas. 'Dia berada dalam 200 peringkat teratas ranking grandmaster!'Yang lebih mengkhawatirkan, data itu berasal dari beberapa tahun lalu.Besar kemungkinan Tang San kini telah memasuki 100 besar!Dapatkah Ryan benar-benar mengalahkan praktisi sekaliber itu?Ryan yang tak menyadari kekhawatiran Lucy mengeluarkan sebutir pil dari sakunya. "Minum ini," ujarnya sambil menyodorkan pil tersebut. "Tubuhmu akan membaik."Lucy mengangguk patuh dan menelan pil itu.Seketika aroma obat yang kuat menyebar ke seluruh tubuhnya, dan ia bisa merasakan luka-lukanya mulai pulih.'Dia
Provinsi Riveria, kota Riverpolis, Di perumahan Flower Kluster Melati.Di sebuah rumah mewah berlantai tiga, sepasang suami istri duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.Atmosfer ruangan terasa begitu berat, seolah ada beban tak kasat mata yang menggantung di udara.Pria berusia sekitar empat puluh tahun itu duduk dengan postur tegap, wajahnya yang persegi memancarkan wibawa seorang pemimpin.Dialah kepala Keluarga Snowfield–Herold Snowfield, salah satu tokoh berpengaruh di Provinsi Riveria.Di hadapannya, Jenny Moretti, ibu Rindy, menatap artikel surat kabar dengan ekspresi rumit.Berita utama hari ini membahas kesuksesan peluncuran produk Golden Dr
Oliver Quins mengabaikan pertanyaan itu. Ia duduk santai di sofa dan menuang teh, sebelum menghantam meja kopi marmer dengan telapak tangannya. Cangkir teh melayang ke udara, namun tak setetes pun tumpah saat ia menangkapnya dengan mulus. "Aku kembali dari Gunung Ergo untuk menemui tunanganku," ujarnya setelah menyesap teh. "Baru saja pergi beberapa waktu, tapi sepertinya banyak hal besar terjadi, bukan?" BOOM! Meja kopi marmer hancur berkeping-keping! Demonstrasi kekuatan yang mengerikan! Wajah Herold memucat, keringat dingin membasahi tubuhnya. "Rindy sedang di Kota Golden River," jawabnya gemetar. "Dia akan kembali dalam beberapa hari." "Beberapa hari?" Mata Oliver menyipit tak senang, niat membunuh menguar dari tubuhnya. "Bagaimana kalau aku ingin dia kembali hari ini?!" "Tentu, tentu." Herold mengangguk cepat. "Apapun keinginan Tuan Muda Quins." Tepat saat itu, nenek Rindy yang mendengar keributan turun dari lantai atas. "Jenny, ada apa? Kenapa berisik sekali?" Ekspre
Tingkat kultivasi Ryan telah meningkat pesat. Dalam beberapa hari ke depan, ia yakin bisa mengaktifkan nisan pedang berikutnya di Kuburan Pedang. Meski agak lebih awal dari rencana, ini saat yang tepat untuk mengunjungi Kota Riverpolis. "Ketua Guild," Lancelot berseru antusias, "perlu saya kirim mobil untuk menjemput?" "Tidak perlu. Aku punya transportasi sendiri. Tetaplah di posisimu, jangan mengekspos diri untuk sementara." Setelah menutup telepon, Ryan kembali ke ruang tamu. Tepat saat itu, Adel juga selesai dengan panggilannya. "Ada yang perlu kuberitahu," ujar mereka bersamaan. Adel terkikik geli, mata indahnya berkedip jenaka. "Kamu duluan." "Aku berencana ke Kota Riverpolis besok, ada urusan yang harus diselesaikan." Ryan mengira Adel akan kecewa, namun gadis itu justru melingkarkan lengan di pinggangnya dengan wajah cerah. "Jeremy baru saja menelepon. Golden Dragon Group akan ekspansi dengan membuka cabang baru. Prioritas utama saat ini adalah menstabilkan pasar Kota
"Beritahu aku alamatnya. Aku akan datang nanti," ujar Ryan tenang. "Tuan Ryan, tolong pikirkan baik-baik," Gawain Wealth berusaha membujuk. "Status saya di Keluarga Wealth tidak rendah. Mereka tidak akan melakukan apa pun kepada saya, tetapi..." "Kirim saja alamatnya ke ponselku. Itu saja." Ryan memotong ucapannya, mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban. Beberapa detik kemudian sebuah pesan berisi alamat masuk ke ponselnya. Tanpa pikir panjang, Ryan langsung menenumi Derick dan menintanya mengantar ke alamat yang diberikan Gawain. ** Setengah Jam berlalu, sebuah mobil Mercedes-Benz hitam berhenti di tepi sungai. Derick mengamati vila bergaya Eropa di kejauhan dengan tatapan waswas. Siapapun tahu itu adalah kediaman utama Keluarga Wealth di Kota Riverpolis. "Tuan Ryan," ujarnya hati-hati, "Anda baru saja tiba dari Kota Golden River dan fondasi Anda belum stabil di sini. Apakah Anda yakin ingin mengunjungi Keluarga Wealth?" Kekhawatiran jelas terdengar dalam suaranya. Jika
'Menarik,' batin Ryan seraya tersenyum kecil. 'Wanita itu pasti penasaran bagaimana aku bisa membuat Gawain Wealth mengesampingkan kepentingan Keluarga Wealth demi aku.' "Apakah kau Ryan Pendragon?" Castiel Wealth akhirnya angkat bicara, suaranya berat dan berwibawa. Ryan memilih diam, tak merasa perlu menjawab pertanyaan yang jawabannya sudah jelas. Seorang lelaki tua di samping Castiel Wealth tampak tersinggung dengan sikap acuh Ryan. Dia bangkit berdiri, menunjuk pemuda itu dengan jari bergetar karena amarah. "Nak, apa kamu tuli? Apa kamu tidak mendengar kepala keluarga Wealth bertanya padamu?!" Pria itu adalah Eriel Wealth, adik Castiel Wealth yang menduduki peringkat 324 dalam ranking grandmaster Nexopolis. Kemarahan jelas terpancar dari matanya melihat sikap tak sopan Ryan. Ryan melirik Eriel Wealth dengan tatapan meremehkan, sudut bibirnya terangkat membentuk senyum mengejek. "Hanya karena dia bertanya padaku, apakah aku harus menjawabnya?" Ryan datang ke sini bukan untuk
Lily Wealth menatap Ryan dengan mulut ternganga. Meski usianya tak jauh berbeda dengannya, ia hanya mampu menahan tekanan sang ayah. Ia bahkan tak pernah sekalipun berhasil mematahkannya seperti yang baru saja Ryan lakukan. 'Sejak kapan praktisi dari Kota Golden River menjadi begitu menakutkan?' pikirnya takjub. Setelah beberapa saat, Castiel Wealth pulih dari keterkejutannya. "Ryan, aku akui kamu cukup kuat. Mungkin karena itulah kamu begitu percaya diri dan sombong. Namun, jangan pura-pura tidak sadar bahwa kamu hanyalah sendirian!" ujarnya dingin. "Dengan kekuatanmu sendiri, kau tidak akan mampu menahan amukan Keluarga Quins sama sekali!" Ryan meliriknya dengan ekspresi tenang. "Castiel Wealth," balasnya tegas, sengaja mengabaikan gelar kepala keluarga, "aku datang ke Keluarga Wealth hari ini untuk memberitahumu satu hal. Aku, Ryan, akan menyelesaikan masalahku sendiri. Jika kamu takut pada Keluarga Quins, salahkan saja aku atas semua kejadian ini!" Para tetua kembali terkesia
Melihat Ryan mendekat, Slaughter Lord segera berlutut dan bersujud tanpa mempedulikan harga dirinya lagi. "Tuanku, semua ini terjadi karena ketua sekte Dao mengancamku! Aku sama sekali tidak ingin menyerangmu."Suaranya penuh keputusasaan saat dia melanjutkan, "Kekuatanku tidak buruk, dan aku bersedia melakukan apa pun untukmu. Aku bahkan dapat melindungi orang-orang di sekitarmu, Tuanku. Tolong beri aku kesempatan."Ryan menatapnya dengan ekspresi datar. "Jika Monica tidak ada di dekatku, apakah kamu akan memberiku kesempatan?" tanyanya dengan senyum dingin."Ya, tentu saja..." Slaughter Lord menjawab dengan suara gemetar, kebohongan terdengar jelas di setiap kata.Ryan mendengus dan melanjutkan, "Aku akan memberimu kesempatan. Ceritakan semua yang kau ketahui tentang Sekte Dao!""Baik, Tuanku. Aku akan menceritakan semuanya padamu!" Slaughter Lord buru-buru menjawab, takut kesempatan hidup akan terlepas dari tangannya. "Ketua sekte Dao saat ini sedang terluka dan kekuatannya telah
Gelombang suara dari teriakannya beriak keluar dan berubah menjadi garis-garis energi tak kasatmata yang menghantam penghalang. Krak! Retakan langsung muncul pada penghalang merah darah yang dibentuk oleh ketiga kultivator Sekte Dao. Mulanya hanya sebesar ujung jari, namun dengan cepat retakan itu menyebar seperti jaring laba-laba. Dalam hitungan detik, pedang-pedang es hitam menghujani penghalang yang sudah melemah, dan seluruhnya pun hancur berkeping-keping. Ketiga kultivator itu memuntahkan darah segar secara bersamaan. Wajah mereka pucat pasi, kengerian terpancar jelas dari mata mereka. Bagaimana mungkin teknik pelindung terbaik Sekte Dao—yang bahkan mampu menahan serangan kultivator Ranah Dao Origin—bisa dihancurkan semudah menghempaskan debu? "Ini mustahil!" teriak kultivator berelemen petir dengan suara bergetar. Tangannya gemetar tak terkendali saat mencoba membentuk segel pertahanan kedua. Para kultivator Sekte Dao kini sepenuhnya menyadari bahwa mereka tak seband
Ryan maju selangkah, mengabaikan tiga serangan mematikan yang semakin mendekat. "Karena kamu akan segera meninggal, sebaiknya aku memberitahumu sebuah rahasia." "Aku tidak sendirian." Suaranya berubah, tidak lagi tenang dan dingin, tetapi dipenuhi kepastian yang menggetarkan. "Monica, aku serahkan sisanya padamu! Bunuh ketiga orang ini dan aku akan menyetujui syaratmu!" Begitu kalimat itu terucap, segalanya menjadi sunyi. Mata Slaughter Lord membesar ketika dia memandang sekeliling yang kosong. Dia tidak percaya perkataan Ryan—bagaimana mungkin seseorang bisa menyelinap ke dalam formasi mereka tanpa terdeteksi? Namun tepat ketika tiga serangan elemental akan melahap Ryan, seberkas cahaya merah menyala muncul dari udara kosong! Sesosok wanita cantik melayang turun, seolah-olah baru saja turun dari surga. Jubah merah berkilau miliknya berkibar diterpa angin malam, menciptakan pemandangan yang memukau sekaligus mengerikan. Ujung kakinya bertumpu anggun pada sebilah pedang yan
Tubuhnya jatuh tanpa ampun ke tanah, mendarat di kaki tiga kultivator dari Sekte Dao. Sebagian besar tulang di tubuhnya tampak patah. Sang Slaughter Lord terbatuk, memuntahkan darah segar yang mengalir di sudut bibirnya. Rasa sakit tak tertahankan menjalar ke seluruh tubuhnya, membuatnya nyaris tak mampu bergerak. Pandangannya kabur, namun cukup jelas untuk melihat sosok bertopeng yang masih berdiri tegak di kejauhan. Ryan sendiri sedang tidak dalam kondisi terbaiknya. Ini pertama kalinya dia menggunakan Godsbreaker di dunia luar sejak mempelajarinya dari Lin Qingxun. Meski teknik itu terbukti sangat kuat, energi qi dalam dantiannya kini hampir sepenuhnya terkuras. Tubuhnya mencapai batas kelelahan, lengannya hampir sepenuhnya mati rasa. "Sial, menggunakan Godsbreaker hampir melampaui beban maksimum yang bisa ditanggung tubuhku," batin Ryan, merasakan tremor kecil di tangan kanannya. Namun tak ada yang bisa mendeteksi kelelahan di balik topeng Arthur Pendragon. Dengan l
Memanfaatkan keunggulannya, Slaughter Lord melancarkan serangan telapak tangan ganas ke arah Ryan. "Kau tidak akan bisa bertahan kali ini!" teriaknya penuh keyakinan. Pedang darahnya hancur berkeping-keping, berubah menjadi pecahan-pecahan tajam yang menempel pada serangan telapak tangan, siap mencabik-cabik tubuh Ryan. Serangan kombinasi yang seharusnya mampu mengakhiri pertarungan! ‘Belum lagi Arthur Pendragon, bahkan Xiao Yan di puncak kekuatannya pun tidak mungkin menghentikan serangan ini!’ batin Slaughter Lord penuh keyakinan. Boom! Wajah Ryan mengeras melihat bahaya yang mendekat. Dia mundur selangkah, dengan cepat membentuk segel tangan dan mengeluarkan setetes esensi darah. Penghalang pelindung langsung terbentuk di depannya. "Kau pikir benteng kecilmu bisa menghentikan seranganku?" ejek Slaughter Lord. Pada saat yang sama, naga darah melesat turun dari langit, menambah lapisan pertahanan kedua. Namun serangan Slaughter Lord terlalu kuat. Penghalang Ryan hancur s
Slaughter Lord berbalik menghadap ketiga pemuda identik, memberi perintah dengan nada mendesak, "Cepat, gunakan teknik yang diberikan oleh ketua sekte kepada kita! Kita tidak bisa membiarkan anak ini lolos!" Ketiga pemuda mengangguk serempak, dan dengan gerakan identik, mereka membentuk segel tangan rumit dengan jari-jari mereka. Tiga tetes esensi darah dipaksa keluar dari ujung jari mereka, langsung mengembun menjadi rune hitam di langit malam. Kabut hitam yang menakutkan muncul dari rune-rune tersebut, perlahan naik dan mulai menyapu area sekitar. Ryan merasakan penghalang hitam yang perlahan terbentuk di sekitarnya! Aura yang dipancarkan penghalang itu sangat familiar. Itu persis sama dengan teknik jahat kuno yang menyegel dantian Xiao Yan! Saat itulah semua kepingan puzzle tersusun dengan sempurna dalam benak Ryan. 'Sekte Dao!' batinnya, ekspresinya mengeras di balik topeng. Tampaknya identitasnya telah terungkap ketika dia menghancurkan segel di dantian gurunya. Meski
Ryan mengamati lebih teliti, berusaha merasakan detail yang mungkin terlewat. Memang ada sesuatu yang berbeda dari aura ketiga pemuda itu, seolah mereka bukan tiga orang terpisah, melainkan satu entitas yang telah terbagi. "Rune kehidupan mereka masih tersembunyi, jadi ini masih dugaan," lanjut Monica, "tapi tampaknya siapa pun yang berada di balik ini memiliki cara yang luar biasa. Kau harus berhati-hati." Ryan memikirkan situasinya dengan cermat. Slaughter Lord saja sudah merupakan lawan yang tangguh, ditambah tiga kultivator misterius ini, tantangannya sangat besar. Namun dia tak bisa mundur—keempat orang ini jelas menargetkan White Tower, tempat orang-orang yang dicintainya berada. "Dengan kekuatanku saat ini, seberapa besar peluangku untuk menang melawan keempat orang ini?" tanya Ryan, suaranya tenang meski situasinya serius. Monica memutar matanya, ekspresinya campuran antara kagum dan kesal. "Kamu setidaknya punya nyali, tapi kalau bicara peluang menang…" Dia berhenti
Slaughter Lord membuka matanya dan melirik kabut hitam dengan ekspresi bosan. Hari ini mereka sudah mengamati berjam-jam, dan tidak ada tanda-tanda dari Arthur Pendragon maupun Xiao Yan. "Wajar jika orang-orang datang dan pergi dari White Tower," ucapnya dengan nada acuh tak acuh. "Baru saja, beberapa murid White Tower turun gunung. Sayangnya, para murid itu tutup mulut dan lebih suka menghancurkan diri sendiri daripada mengungkapkan informasi tentang apa yang terjadi di dalam." Dia berhenti sejenak, melihat ketiga pemuda itu masih waspada. "Jangan terlalu terkejut. Beristirahatlah dengan baik. Tidak akan terlambat untuk bertindak begitu ketua sekte mengirim kepala sekte White Tower pergi. Target kita adalah Arthur Pendragon dan Xiao Yan!" Setelah mengucapkan beberapa patah kata, Slaughter Lord menutup matanya dan bersiap untuk meneruskan kultivasinya. Namun, baru saja dia memejamkan mata, ketiga pemuda di sampingnya tiba-tiba berdiri serempak, tubuh mereka menegang dengan aur
Monica duduk di tempat tidur dan meregangkan tubuhnya dengan gerakan anggun. Senyum tipis menghiasi bibirnya yang berwarna merah delima. "Karena kita adalah orang yang sama," jawabnya dengan suara lembut. "Di zaman dahulu, aku juga pernah disiksa oleh kebingungan yang sama. Aku tahu apa yang sedang dialaminya." Dia berhenti sejenak dan menatap langsung ke mata Ryan. "Ah, benar, aku adalah host dari Fisik Dingin Ekstrim Seribu dari Sepuluh Fisik Bencana Besar." "Meski begitu, meskipun kami berdua memiliki tubuh beratribut es, ada perbedaan besar di antara kami berdua. Aku harus menahan lebih banyak rasa sakit daripada dia." Ryan tidak menduga hal ini. Fisik Dingin Ekstrem Seribu tidak dapat dibandingkan dengan Fisik Iblis Berdarah Dingin milik Wendy dalam hal kepekaan terhadap atribut es, tetapi memiliki kemampuan yang lebih mengerikan—kemampuan untuk menyerap dan menyatu dengan sebagian kekuatan orang lain! Ryan hendak menanyakan detail lebih lanjut ketika Monica tiba-tiba bangk