Pagi semua, hari ini othor cuti kerja untuk pulang kampung. Tapi tenang saja, rilisan tetap berjalan normal kok. Akumulasi Gem Bab Bonus: 15-11-2024 (pagi): 0 Gem Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem Hari ini: 0/5 Bab Bonus Gem Besok: 4 Bab Bonus View: 1 Bab Reguler: 2/2 (komplit)
Lily Wealth menatap Ryan dengan mulut ternganga. Meski usianya tak jauh berbeda dengannya, ia hanya mampu menahan tekanan sang ayah. Ia bahkan tak pernah sekalipun berhasil mematahkannya seperti yang baru saja Ryan lakukan. 'Sejak kapan praktisi dari Kota Golden River menjadi begitu menakutkan?' pikirnya takjub. Setelah beberapa saat, Castiel Wealth pulih dari keterkejutannya. "Ryan, aku akui kamu cukup kuat. Mungkin karena itulah kamu begitu percaya diri dan sombong. Namun, jangan pura-pura tidak sadar bahwa kamu hanyalah sendirian!" ujarnya dingin. "Dengan kekuatanmu sendiri, kau tidak akan mampu menahan amukan Keluarga Quins sama sekali!" Ryan meliriknya dengan ekspresi tenang. "Castiel Wealth," balasnya tegas, sengaja mengabaikan gelar kepala keluarga, "aku datang ke Keluarga Wealth hari ini untuk memberitahumu satu hal. Aku, Ryan, akan menyelesaikan masalahku sendiri. Jika kamu takut pada Keluarga Quins, salahkan saja aku atas semua kejadian ini!" Para tetua kembali terkesia
Eriel Wealth tertawa paling keras di antara semuanya. Dia menunjuk ke arah Gawain Wealth dengan sikap mengejek. "Gawain Wealth, bahkan jika Nexopolis hancur, Keluarga Wealth tidak akan pernah memintamu untuk kembali!" "Enyahlah sekarang!" bentaknya kasar. Ryan melirik Gawain Wealth dan menggelengkan kepala tanpa daya sebelum berbalik. "Ayo pergi." Awalnya, demi Gawain Wealth, ia berniat membantu Keluarga Wealth. Namun mereka lebih memilih menjadi musuh, sesuatu yang sama sekali tak membuatnya gentar. Beberapa orang memang tak layak untuk didekati. "Baik, Tuan Ryan." Gawain Wealth mengangguk patuh dan mengikuti di belakangnya. Tepat saat mereka hendak melangkah keluar, sebuah suara hangat terdengar dari halaman. "Kepala Keluarga Wealth, saya mohon maaf. Saya terlambat karena beberapa hal." Wajah Castiel Wealth seketika berseri-seri. Ia bergegas menuju pintu. Tamu yang ditunggu akhirnya tiba! Meski Gawain Wealth telah diusir, konflik dengan Keluarga Quins masih harus disele
"Pertama, minumlah satu dari sepuluh pil ini setiap tiga hari. Kecepatan kultivasimu akan meningkat setidaknya tiga kali lipat," ujar Ryan seraya memberikan pil di tangannya. "Kedua, teknik ini adalah hadiahku untukmu. Mulai sekarang, buang semua teknik bela diri sampah yang pernah kau latih sebelumnya dan gunakan teknik kultivasi ini!" "Ketiga, aku berjanji padamu bahwa dalam waktu satu bulan, Keluarga Wealth akan menundukkan kepala dan memohon perlindunganmu!" Gawain Wealth menatap pil di tangan Ryan dan tubuhnya gemetar. Sepuluh butir pil yang mampu meningkatkan kecepatan kultivasi hingga tiga kali lipat! Jika dilelang, harganya pasti akan mencapai angka fantastis. Namun Ryan memberikannya tanpa keraguan sedikitpun. Pandangannya beralih pada buku kecil bertuliskan 'Teknik Api Surgawi' di sampulnya. Meski belum memahami teknik kultivasi ini, kata-kata Ryan sangat jelas–seni bela diri Keluarga Wealth tak ada apa-apanya dibanding apa yang tertulis dalam buku ini. Matanya me
Rindy akhirnya memutuskan pulang untuk beristirahat sejenak. Setelah tidur beberapa jam, ia akan kembali menjaga neneknya. Setibanya di vila Keluarga Snowfield, Rindy menyeret tubuhnya yang lelah masuk ke dalam. Saat Ia baru saja meneguk air dan hendak naik ke lantai atas, sebuah suara dingin tiba-tiba terdengar, menghentikan langkahnya. "Kamu akhirnya kembali." Tubuh Rindy menegang. Ia menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sosok pemuda berwajah dingin berdiri tak jauh darinya–Oliver Quins! Rindy refleks berbalik hendak naik ke atas, namun mendadak tubuhnya tak bisa bergerak. Seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menahannya! Oliver Quins melangkah mendekat hingga berdiri tepat di hadapannya. "Mengapa kau mencoba melarikan diri saat melihatku? Apakah aku seseram itu?" "Tidak... tidak, aku tidak melakukannya," jawab Rindy gemetar, mata indahnya dipenuhi ketakutan. Oliver Quins mencibir sebelum mencengkeram leher Rindy dan mengangkatnya hingga nyaris tercekik. Namun secepa
Ekspresi Ryan menggelap. Berani sekali ada yang menerobos masuk ke kediamannya tanpa izin! Energi qi murni seketika memenuhi telapak tangannya saat ia melancarkan serangan ke arah sosok itu. Namun tepat saat jemarinya hendak mencengkeram si penyusup, sosok itu ambruk ke lantai. 'Hmm? Apakah ini jenis penipuan asuransi baru?' Ryan mengernyit curiga. Ia menarik tangannya dan mengamati sosok yang tergeletak itu. Ternyata sosok itu adalah seorang wanita bertopeng yang terluka parah. Ryan mendengus dingin sambil mencengkeram tubuh wanita itu. Ia membuka pintu, berniat mengusirnya. Ryan bukan pemilik yayasan amal, tak ada alasan menerima orang asing yang mencurigakan. Namun tepat saat hendak mengusirnya, wanita itu membuka mata dan meraih lengannya. "Tolong biarkan aku tinggal sebentar. Orang-orang itu ingin menangkapku." "Tidak mungkin," tolak Ryan tegas, tatapannya tetap acuh tak acuh. "Jika kau berani melangkah maju lagi," ancamnya dingin, "aku jamin kau tidak akan hidup c
Wanita itu melotot marah, namun tak bisa berbuat banyak mengingat kondisi dan kekuatannya saat ini. Tiba-tiba langkah kaki tergesa terdengar dari luar, disusul ketukan panik di pintu-pintu vila lainnya. "Di mana tempat bersembunyi yang aman di vila ini?" tanya wanita itu cemas. "Mereka pasti akan datang dan mencari nanti! Cepat sembunyikan aku!" Ryan menyesap tehnya dengan tenang. "Kamu bisa duduk saja di sofa ini. Mereka tidak akan berani masuk." "Tapi sekelompok orang itu..." Belum selesai ia bicara, ketukan keras menggema di pintu. "Buka pintunya! Buka pintunya!" seru suara penuh permusuhan dari luar. Wajah wanita itu memucat. Ia menggigit bibir merahnya sambil menatap Ryan yang justru dengan santai meletakkan cangkir tehnya sebelum berjalan ke pintu. Di luar, lima atau enam pria bertubuh kekar menghadang dengan aura mengintimidasi. Kebanyakan dari mereka adalah praktisi bela diri setengah langkah dari ranah grandmaster, bahkan salah satunya seorang grandmaster. Ryan menga
Ryan melangkah mendekat dengan tenang, mengabaikan tatapan penuh selidik wanita itu. "Siapa namamu?" Wanita itu terdiam, matanya menyipit waspada. Dia baru hendak mengarang identitas palsu ketika Ryan menambahkan dengan nada final, "Nama aslimu." Setelah beberapa saat menimbang, dia memutuskan jujur adalah pilihan terbaik. "Mordred Luxis." "Baiklah." Ryan mengangguk singkat sebelum melanjutkan dengan santai, "Mordred Luxis, buka bajumu." Kemarahan seketika berkobar di mata Mordred. Tanpa pikir panjang ia mengeluarkan belati dari lengan bajunya, menghunuskannya dengan ledakan energi qi yang mengejutkan. "Kau mencari mati!" Belum sempat belati itu meluncur jauh, tangan Ryan telah mencengkeram pergelangan tangannya dengan kekuatan tak terbantahkan. Dalam satu gerakan mulus, ia merebut senjata itu dan menancapkannya ke dinding. "Demi pedangmu, aku tak akan membunuhmu," ujar Ryan dingin. "Tapi ketahuilah, luka-lukamu telah merusak organ dalam. Jika tak segera diobati, kau akan m
Ryan mengenakan mantelnya dan hendak memanggil Derick untuk menjemputnya. Akan tetapi, sebelum melakukannya, terdengar ketukan lagi di pintu. Ia mengernyit heran, otaknya langsung mencoba menebak siapa yang datang. 'Mordred Luxis?' batinnya. Namun segera menepis pikiran itu. Wanita itu terlalu berbahaya untuk didekati saat ini. Dengan langkah ringan, Ryan membuka pintu dan mendapati sosok pria kekar bertopi berdiri di sana. Aura kuat menguar samar dari tubuhnya, namun ia berusaha menyembunyikannya sebaik mungkin. "Ketua Guild," suara berat pria itu terdengar penuh hormat. Ryan tersenyum tipis mengenali sosok itu. "Masuklah, Lancelot." Setelah mempersilakan tamunya duduk, Ryan mengamati Lancelot dengan seksama. Pria itu tampak agak gelisah, seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan namun ragu. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Ryan langsung. "Bukankah kita sepakat untuk tidak bertemu secara langsung?" Lancelot melepas topinya dan membungkuk dalam. "Ketua Guild, saya seha
"Kurasa tidak lama lagi Tuan Arthur akan menjadi mimpi buruk bagi banyak kekuatan dan sekte. Yang pertama menderita pastilah Sekte Hell Blood," lanjutnya serius. "Jika Paviliun Ivoryshroud tidak mengambil tindakan yang tepat, itu akan berbahaya bagi mereka juga." Saat mereka berdua mengobrol, seekor naga suci panjang turun dari langit! Meski sudah siap secara mental, Tetua Juan masih sangat terkejut. Bahkan seorang ahli Ranah Saint tidak semengerikan ini–apakah Arthur Pendragon benar-benar menantang surga? Lalu mereka melihat naga darah Ryan membubung ke langit, menghantam petir Ilahi yang menyambar-nyambar dari langit. Di tengah angin dingin yang menderu dan kilatan petir yang membutakan, samar-samar terlihat sosok Ryan berdiri tegak tanpa gentar. Ryan telah bersiap di puncak gunung untuk menyambut petir Ilahi, memenuhi permintaan Lex Denver! Bagaimanapun, setelah apa yang telah mereka saksikan hari ini, tidak akan ada seorang pun yang berani mengganggunya. Arthur Pendrago
Ryan membentuk segel tangan rumit, menciptakan jimat spiritual berisi tandanya. "Ini untukmu. Kau bisa menghubungiku bila perlu." Hestia dan Tetua Juan nyaris tak bisa menahan kegembiraan mereka. Jimat spiritual dari Arthur Pendragon! Ini benar-benar sepadan dengan hadiah mereka. "Tuan Arthur, kalau begitu saya tidak akan mengganggu lebih lama," Hestia tersenyum manis sambil menyerahkan sebuah liontin giok. "Liontin ini berisi lokasi wilayah Keluarga Jirk. Jika Anda lewat, Anda harus mampir." "Baiklah." Ryan menerima liontin itu dengan anggukan singkat. Setelah kepergian Hestia dan Tetua Juan, Ryan bertanya pada Lex Denver, "Guru, Anda ingin saya mengambil ini? Apa yang ada di dalamnya? Mengapa saya merasakan gerakan di dalam?" Lex Denver tersenyum misterius. "Jangan kembali dulu. Cari tempat yang tenang, bentuk formasi, dan mulailah menerobos. Aku akan melindungimu." "Baiklah." Ryan menemukan sebuah gua di tepi yang curam, mengusir binatang buas yang mendiaminya, lalu duduk
Ryan menyipitkan matanya, memikirkan situasi ini dengan cermat. Ia harus kembali ke Ibu Kota. Karena Tetua Zigfrid telah tiba di Nexopolis, Ryan seharusnya bisa mendapatkan informasi lebih banyak dari Eagle Squad dan lelaki tua itu. Adapun Floridas Kennedy, dia tahu lokasi pasti markas besar Sekte Hell Blood dan merupakan kunci untuk Ryan bisa menyusup ke sana. Karena itu, untuk sementara nyawanya masih berguna. Lagipula sekarang dia sudah menjadi budak, kesetiaannya tidak perlu diragukan lagi. "Tuan Ryan," Shiki Seiho tiba-tiba berkata pelan, "saya merasakan dua aura mendekat. Mereka tidak memiliki niat buruk. Menurut perkiraan saya, mereka adalah dua orang dari Keluarga Jirk." "Bagaimana kita harus menangani hal ini?" Keluarga Jirk? Ryan tentu saja tidak mengira keluarga itu akan menyerangnya. Setelah berpikir sejenak, dia melirik ke arah tertentu dan memberi instruksi, "Shiki Seiho, bawa Floridas Kennedy kembali ke ibu kota dulu. Aku akan menyusul nanti." "Baik, Tuan Ryan.
"Tidak, aku harus kembali ke Gunung Langit Biru dan melaporkan ini pada pemimpin sekte!" seru seorang pria tua panik. "Kita harus menggambar potretnya sebelum wajahnya terlupakan!" "Mulai hari ini, tidak ada seorang pun yang boleh menyinggung Arthur Pendragon," tambah yang lain dengan wajah pucat. "Benar, benar! Aku khawatir Arthur Pendragon akan memasuki Gunung Langit Biru suatu hari nanti. Kita harus segera memperingatkan sekte kita. Jika tidak, siapa pun yang berani menyinggung iblis ini akan membuat seluruh sekte mereka dihancurkan oleh dahan pohon bunga sakura!" Di tengah kepanikan itu, seorang wanita tampak tersadar akan sesuatu. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia bergegas mengejar ke arah Ryan pergi. Tetua Juan dari Keluarga Jirk juga melakukan hal yang sama! Setelah semua yang terjadi, mereka harus menunjukkan pendirian Keluarga Jirk. Tetua Juan tidak lagi berambisi memenangkan hati Arthur Pendragon–dia hanya ingin memastikan sosok mengerikan itu tidak menjadi mu
Pemikiran itu segera terhenti. Bagaimanapun, baik Brandy Shroud maupun para pengikutnya tidak dianggap sangat kuat di Gunung Langit Biru. Terlalu banyak kultivator di sana yang jauh lebih mengerikan. Brandy Shroud hanyalah kepala cabang Paviliun Ivoryshroud di Nexopolis. Para kultivator di cabang lain di Gunung Langit Biru jelas tak akan semudah ini ditangani. Dan kali ini, Ryan tidak hanya menyinggung Sekte Hell Blood, tetapi juga Paviliun Ivoryshroud. Namun Ryan justru tersenyum tipis. Lalu kenapa? Jika orang-orang dari Gunung Langit Biru ingin mencari masalah, mereka akan mencari Arthur Pendragon. Dan setelah hari ini, yang akan mereka temui hanyalah Ryan. 'Meski begitu,' pikirnya sambil merapikan jubahnya yang ternoda darah, 'nama Arthur Pendragon mungkin masih berguna sebagai jimat penyelamat nyawa di masa depan.' Mulai hari ini, nama itu akan mengguncang seluruh Gunung Langit Biru. Jika suatu saat dia perlu mengungkapkan identitasnya sebagai Arthur Pendragon, mungkin
"Dahan pohon bunga sakura menghancurkan formasi kuno dan membunuh Brandy Shroud!" seru seseorang tak percaya. "Pengungkapan kekuatan ini sendiri sudah cukup untuk mengguncang seluruh Gunung Langit Biru!"Tetua Juan dari Keluarga Jirk gemetar hebat. Sebagai anggota terkuat dari rombongan Keluarga Jirk, ini adalah pertama kalinya dia merasakan ketakutan yang begitu mencekam. Penyesalan memenuhi hatinya–dia tahu telah kehilangan kesempatan terbaik.'Jika saja aku mendengarkan nona muda dan berdiri di pihak Arthur Pendragon tanpa ragu,' pikirnya getir. 'Mungkin Keluarga Jirk masih bisa membangun hubungan dengannya.'Berkat bakat Shirly Jirk yang luar biasa, Keluarga Jirk terbiasa unggul dalam hal negosiasi dan perekrutan orang-orang jenius. Namun penampilan Ryan tampak bahkan melampaui kejayaan Shirly Jirk yang selama ini menjadi kebanggaan keluarga.'Selama dua puluh tahun terakhir, mengapa tidak ada berita di Gunung Langit Biru tentang seorang jenius seperti ini?' Tetua Juan bertanya
"Astaga... Ini adalah petir Ilahi!""Bagaimana mungkin? Arthur Pendragon benar-benar memiliki kekuatan petir Ilahi!""Mungkinkah dahan pohon bunga sakura itu? Apakah itu harta karun yang dapat memicu petir Ilahi?""Kali ini Brandy Shroud akan mati!"Bisikan-bisikan ketakjuban memenuhi arena. Para anggota Keluarga Jirk yang hadir saling berpandangan dengan ekspresi tak percaya. Bahkan Tetua Juan dari Keluarga Jirk membelalakkan matanya lebar-lebar. "Dari mana Arthur Pendragon berasal?" gumamnya heran. "Kekuatan seperti ini... dia pasti bukan orang biasa!"Sementara itu, wajah Brandy Shroud semakin memucat. Dia bisa merasakan kematian mengintai dari balik petir ilahi yang menari-nari di sekeliling Ryan. Namun ego dan harga dirinya tidak mengizinkan dia mundur."Pergi kau ke neraka!" teriaknya sambil melancarkan serangan pamungkas.Pedang spiritualnya melesat bagai meteor merah yang siap menghancurkan segalanya. Namun Ryan hanya tersenyum dingin."Hari ini, aku akan mengajarimu kon
Dengan satu gerakan saja, bumi berguncang! Ryan mengayunkan dahan pohon bunga sakura di tangannya dengan gerakan ringan, namun dampaknya luar biasa. Tanah di bawah kakinya retak dan bergetar hebat, menciptakan gelombang kejut yang menyebar ke segala arah.Brandy Shroud yang tadinya berdiri angkuh terpaksa mundur beberapa langkah untuk menjaga keseimbangan. Matanya menyipit melihat kekuatan tak terduga ini.Dengan gerakan kedua, awan gelap menutupi langit!Dahan pohon bunga sakura kembali bergerak, kali ini membentuk pola rumit di udara. Dalam sekejap, langit cerah berubah gelap mencekam. Awan hitam bergulung-gulung menutupi matahari, menciptakan suasana yang membuat bulu kuduk merinding."Mustahil..." bisik salah seorang penonton. "Bagaimana bisa sebuah dahan pohon bunga sakura memiliki kekuatan seperti ini?"Dengan gerakan ketiga, bahkan ruang terasa terkoyak!Ryan tersenyum tipi
Wajah nona muda Jirk memucat seketika, seolah seluruh energinya tersedot habis. Dengan putus asa dia menoleh pada lelaki tua di sampingnya."Kakek Juan, izinkan aku melakukannya. Aku merasa Arthur Pendragon pantas mendapatkannya."Semua wanita di Keluarga Jirk memang memiliki bakat terpendam yang memungkinkan mereka merasakan hal-hal tertentu tentang masa depan. Shirly Jirk telah menyelamatkan Ryan empat tahun lalu berkat bakat itu. Dan kini, wanita lain dari Keluarga Jirk juga merasakan sesuatu yang serupa.Sayangnya lelaki tua di sampingnya sama sekali tidak tergerak. Para penonton mendesah tak henti-hentinya menyaksikan pertarungan ini. Mereka mengira akan melihat kelahiran seorang jenius, namun tampaknya takdir berkehendak lain. Sepertinya orang jenius memang ditakdirkan untuk mati muda.Bahkan Floridas Kennedy yang baru terbangun dari proses pemulihannya hanya bisa menghela napas panjang. Dia telah mele