Oke, saatnya melangkah ke arc kecil berikutnya, mengenai kehancuran keluarga Jeager. Selamat Membaca (◠‿・)—☆ Bab Bonus Gem hari ini: 4/5 Bab Bonus Gem Besok: 6 Bab Bonus View: 1
Patrick menarik napas berat. "Kami menemukan mayat di dekat Danau Emerald. Setelah identifikasi, itu adalah jenazah Xerc Jeager." "Ada bekas pertarungan di lokasi, dan meski beliau seorang grandmaster, ia tewas tertimpa reruntuhan. Hasil otopsi menunjukkan tulang rusuk dan lengannya patah saat mencoba menghalangi penyerang." Mata Ryan menyipit mendengar detail ini. Seberapa berharga liontin giok itu hingga membuat seseorang rela melakukan pembantaian? "Lucy Jeager?" tanyanya singkat. "Dari jejak yang kami temukan, tampaknya Xerc Jeager mengulur waktu agar putrinya bisa melarikan diri. Namun jejak kaki Lucy menghilang di tepi Danau Emerald. Eagle Squad masih menyelidiki dan akan segera melapor jika ada temuan baru." "Bagus. Terima kasih atas kerja kerasmu." Ryan menutup telepon, pikirannya berpacu cepat. Lucy kemungkinan masih hidup - setidaknya untuk saat ini. Ia sebenarnya enggan terlibat lebih jauh dalam masalah Keluarga Jeager. Namun liontin giok itu... energi qi-nya telah ia
Sebenarnya Lucy Jeager sudah bersiap untuk mati. Tubuhnya yang penuh luka terasa begitu lemah, namun hatinya justru dipenuhi kepuasan. Setidaknya, ia telah melindungi Ryan hingga akhir. Namun ketika sosok familiar itu muncul di kejauhan, berjalan tenang di atas permukaan danau seolah menginjak tanah keras, Lucy merasakan campuran emosi yang rumit. Harapan dan keputusasaan bercampur dalam dadanya. 'Bagaimana Ryan menemukanku?' batinnya heran. Ia sengaja tak memberitahu siapapun tentang keberadaannya, tak ingin melibatkan orang lain dalam masalah Keluarga Jeager. Tanpa menyadari keberadaan Ryan, telapak tangan Jake Yard yang dipenuhi energi qi terus melaju mendekat ke wajah Lucy. Lucy bisa merasakan hembusan angin dingin dari serangan mematikan itu. Namun sebelum serangan itu mendarat, sesuatu melesat membelah udara! Bilah angin tajam menyambar bagai petir di siang bolong. Jake Yard yang merasakan bahaya menggerakkan tubuhnya ke samping dengan gerakan refleks seorang prakt
Meski melihat Jake maju dengan pedangnya, Ryan tetap berdiri tenang, kedua tangan terlipat di belakang punggung. Bahkan matanya tak berkedip menghadapi serangan mematikan itu. "Tuan Ryan, hati-hati!" Lucy berseru panik. "Dia sangat ahli menggunakan pedang!" Jake Yard menyeringai kejam. "Dengarkan wanita itu, nak! Karena berani ikut campur, jantungmu akan kucungkil sendiri!" Pedang mengilat turun dalam gerakan vertikal, mengincar dada Ryan untuk membelahnya jadi dua! Tepat saat itu, Ryan akhirnya bergerak. Dua jarinya terangkat dengan santai, energi qi berputar di ujungnya bagai tornado mikroskopis. TING! Pedang Jake Yard mendadak berhenti di udara! Pupil mata pria berambut panjang itu melebar horor. Tebasan pedangnya yang mampu membelah batu karang terhenti oleh dua jari kurus?! Bagaimana mungkin?! Jake Yard berusaha menarik pedangnya, namun senjata itu seolah tertanam dalam beton. Tak bergerak sedikitpun dari jepitan jari Ryan. "Sampah sepertmu tak pantas menggunakan
BOOM!Benturan dua kekuatan dahsyat itu menciptakan gelombang kejut yang membuat permukaan danau beriak hebat.Udara bergetar seolah baru saja terjadi ledakan bawah air.Namun sebelum Jake Yard sempat merasa puas, sensasi bahaya menjalari tulang punggungnya.KRAK!Rasa sakit yang tak tertahankan menyebar ke seluruh tubuhnya.Terlambat ia sadari, ternyata lengan kanannya telah patah!Tulang putih mencuat mengerikan dari daging yang terkoyak."ARGHHHH!" jeritannya memenuhi area Danau Emerald.Ryan menatapnya tanpa ekspresi. "Tang
'Tang San adalah legenda hidup!' batin Lucy Jeager cemas. 'Dia berada dalam 200 peringkat teratas ranking grandmaster!'Yang lebih mengkhawatirkan, data itu berasal dari beberapa tahun lalu.Besar kemungkinan Tang San kini telah memasuki 100 besar!Dapatkah Ryan benar-benar mengalahkan praktisi sekaliber itu?Ryan yang tak menyadari kekhawatiran Lucy mengeluarkan sebutir pil dari sakunya. "Minum ini," ujarnya sambil menyodorkan pil tersebut. "Tubuhmu akan membaik."Lucy mengangguk patuh dan menelan pil itu.Seketika aroma obat yang kuat menyebar ke seluruh tubuhnya, dan ia bisa merasakan luka-lukanya mulai pulih.'Dia
Provinsi Riveria, kota Riverpolis, Di perumahan Flower Kluster Melati.Di sebuah rumah mewah berlantai tiga, sepasang suami istri duduk berhadapan di sofa ruang keluarga.Atmosfer ruangan terasa begitu berat, seolah ada beban tak kasat mata yang menggantung di udara.Pria berusia sekitar empat puluh tahun itu duduk dengan postur tegap, wajahnya yang persegi memancarkan wibawa seorang pemimpin.Dialah kepala Keluarga Snowfield–Herold Snowfield, salah satu tokoh berpengaruh di Provinsi Riveria.Di hadapannya, Jenny Moretti, ibu Rindy, menatap artikel surat kabar dengan ekspresi rumit.Berita utama hari ini membahas kesuksesan peluncuran produk Golden Dr
Oliver Quins mengabaikan pertanyaan itu. Ia duduk santai di sofa dan menuang teh, sebelum menghantam meja kopi marmer dengan telapak tangannya. Cangkir teh melayang ke udara, namun tak setetes pun tumpah saat ia menangkapnya dengan mulus. "Aku kembali dari Gunung Ergo untuk menemui tunanganku," ujarnya setelah menyesap teh. "Baru saja pergi beberapa waktu, tapi sepertinya banyak hal besar terjadi, bukan?" BOOM! Meja kopi marmer hancur berkeping-keping! Demonstrasi kekuatan yang mengerikan! Wajah Herold memucat, keringat dingin membasahi tubuhnya. "Rindy sedang di Kota Golden River," jawabnya gemetar. "Dia akan kembali dalam beberapa hari." "Beberapa hari?" Mata Oliver menyipit tak senang, niat membunuh menguar dari tubuhnya. "Bagaimana kalau aku ingin dia kembali hari ini?!" "Tentu, tentu." Herold mengangguk cepat. "Apapun keinginan Tuan Muda Quins." Tepat saat itu, nenek Rindy yang mendengar keributan turun dari lantai atas. "Jenny, ada apa? Kenapa berisik sekali?" Ekspre
Tingkat kultivasi Ryan telah meningkat pesat. Dalam beberapa hari ke depan, ia yakin bisa mengaktifkan nisan pedang berikutnya di Kuburan Pedang. Meski agak lebih awal dari rencana, ini saat yang tepat untuk mengunjungi Kota Riverpolis. "Ketua Guild," Lancelot berseru antusias, "perlu saya kirim mobil untuk menjemput?" "Tidak perlu. Aku punya transportasi sendiri. Tetaplah di posisimu, jangan mengekspos diri untuk sementara." Setelah menutup telepon, Ryan kembali ke ruang tamu. Tepat saat itu, Adel juga selesai dengan panggilannya. "Ada yang perlu kuberitahu," ujar mereka bersamaan. Adel terkikik geli, mata indahnya berkedip jenaka. "Kamu duluan." "Aku berencana ke Kota Riverpolis besok, ada urusan yang harus diselesaikan." Ryan mengira Adel akan kecewa, namun gadis itu justru melingkarkan lengan di pinggangnya dengan wajah cerah. "Jeremy baru saja menelepon. Golden Dragon Group akan ekspansi dengan membuka cabang baru. Prioritas utama saat ini adalah menstabilkan pasar Kota
Keesokan paginya di Universitas Negeri Riverdale, Ryan menerima telepon dari Sammy Lein dan bersiap menuju pintu gerbang kampus. Sebelum pergi, ia memberikan beberapa pil dan teknik bela diri pada ibunya. Ryan tahu ibunya bertekad untuk melangkah di jalur kultivasi, jadi tentu saja dirinya harus mendukung.Di depan gerbang, sebuah mobil modifikasi sederhana terparkir mencolok di antara deretan mobil mewah. Pintu mobil terbuka menampakkan Sammy Lein di dalamnya."Tuan Ryan, silakan masuk," dia melambai pada Ryan.Ryan mengangguk dan masuk ke dalam mobil yang langsung melaju ke arah selatan."Tuan Ryan, ada hal penting yang harus saya sampaikan," Sammy Lein memulai dengan nada serius. "Saat bertemu orang itu nanti, mohon kendalikan diri Anda."Dia khawatir Ryan akan membuat masalah. Meski sangat kuat, pemuda ini seperti magnet masalah yang tak ada habisnya."Aku tahu apa yang kulakukan," Ryan menenangkan. "Aku akan menaha
"Ada apa? Jangan-jangan tentang calon menantuku?" godanya sambil tersenyum jenaka.Ryan terkekeh dan menggeleng. "Bukan, Bu. Coba lihat ini," dia menyerahkan tabletnya. "Menurut Ibu lokasi mana yang terbaik?"Eleanor Jorge mengamati isi tablet dan langsung paham maksud Ryan."Kamu benar-benar serius mau mendirikan Keluarga Pendragon di ibu kota? Sudah memilih lokasi segala?" dia memandang Ryan. "Menurutku apartemen ini sudah cukup bagus. Lingkungannya tenang, tidak ada yang mengganggu.""Ibu," Ryan menatap ibunya serius. "Sejak Ibu meninggalkan Keluarga Jorge, kita selalu dipandang rendah. Mereka menghina Ayah dan menganggapku anak haram. Bahkan Ibu pun tidak luput dari hinaan mereka.""Terkadang daripada menyingkirkan orang-orang seperti itu, lebih baik kita tunjukkan dengan tindakan nyata untuk membungkam mulut mereka!""Jika mereka begitu bangga dengan keluarganya, kita akan tunjukkan bagaimana membangun keluarga yang sesunggu
William Pendragon hendak menghindar namun tekanan kuat seolah membekukan tubuhnya.Jari Master Qiu bersinar ungu saat memasuki pikiran William Pendragon. Senyum sombong tersungging di bibirnya. Keluarga Ravenclaw telah membayar mahal untuk jasanya, namun ternyata hanya untuk membaca pikiran orang biasa yang tak ubahnya semut di matanya.Ini akan sangat mudah!Mata ayah dan anak Ravenclaw dipenuhi antisipasi.Satu detik... dua detik... tiga detik...Pada detik kelima, senyum Master Qiu mendadak membeku.Kekuatannya yang mencoba memasuki pikiran William Pendragon terhalang sesuatu. Tiba-tiba kekuatan misterius melesat keluar dari pikiran targetnya!Wajahnya berubah panik. Dia berusaha menarik tangannya namun sesuatu menahannya di tempat."Tidak mungkin!" jeritnya ketakutan.Belum sempat Lucas Ravenclaw dan ayahnya bereaksi, Master Qiu memuntahkan darah segar. Tangannya meledak dalam sekejap!Darah berceceran ke segala arah, namun anehnya tak setetes pun mengenai William Pendragon."
William Pendragon menggelengkan kepalanya saat mendengar ancaman Lucas Ravenclaw, wajahnya menunjukkan kejengkelan yang tak ditutup-tutupi."Sudah berapa kali kamu bertanya padaku? Aku tidak tahu apa-apa!" sergahnya dengan nada frustrasi. "Karena kau terus memaksakan pertanyaan tentang ayahku, kau harus tahu bahwa dia dan ibuku meninggal secara mendadak! Bagaimana mungkin mereka punya waktu untuk memberitahuku atau memberiku sesuatu? Sebaiknya kau berhenti membuang-buang energi dengan pertanyaan yang sama!"Sikapnya tegas dan tak tergoyahkan, meski berhadapan dengan ancaman nyata.Lucas Ravenclaw bangkit dari duduknya, aura dingin menguar dari tubuhnya dan mencekik William Pendragon. Inilah perbedaan nyata antara seorang praktisi bela diri dan orang biasa.Wajah William Pendragon seketika memucat. Batuk keras meluncur dari tenggorokannya yang tercekat."William Pendragon," Lucas Ravenclaw mendesis, "Karena kau sangat suka menyimpan rahasia, mungkin aku akan membiarkanmu merasakan sen
"Bu," Ryan menatap ibunya penasaran, "Apa keluarga kita punya silsilah? Kenapa aku tidak pernah bertemu kakek, nenek, atau anggota Keluarga Pendragon lainnya?"Eleanor Jorge menggeleng. "Kakek-nenekmu meninggal cukup dini. Setahuku mereka hanya orang biasa. Mereka termasuk keluarga berada beberapa dekade lalu, tapi aku tidak tahu banyak tentang mereka.""Lalu, apa ada hal aneh tentang Keluarga Pendragon di Kota Golden River? Atau tempat misterius yang mereka miliki? Mungkin buku atau catatan kuno?"Eleanor Jorge tampak berpikir keras meski tidak mengerti alasan di balik pertanyaan putranya. Tiba-tiba matanya berbinar saat teringat sesuatu."Ada beberapa keanehan sebenarnya," ujarnya. "Pertama, kau dan ayahmu sama sekali bukan penduduk asli Kota Golden River.""Kedua, kakek-nenekmu meninggal bersamaan tanpa tanda-tanda sakit sebelumnya, seolah mereka telah merencanakan kematian mereka.""Yang ketiga, upacara pemakaman mereka sangat tidak biasa," lanjut Eleanor Jorge. "Sekelompok orang
Eleanor Jorge masih tampak khawatir. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam benaknya. Dari mana kekuatan bela diri Ryan berasal? Ke mana dia menghilang selama lima tahun? Apa ramuan ajaib yang digunakannya? Untuk pertama kalinya, ia merasa putranya tampak sedikit asing. Ryan yang sekarang sangat berbeda dari anak yang dikenalnya dulu. Ryan tentu saja menangkap kekhawatiran ibunya. Ia berniat menjelaskan semuanya, tapi tidak sekarang. Ada hal yang lebih mendesak. Dia meletakkan gelas airnya dan menatap sang ibu. "Bu, mengapa Ibu pergi ke Keluarga Jorge hari ini? Pasti ada hubungannya dengan Ayah, kan? Dia tidak kembali ke Kota Golden River, kan?" Mendengar pertanyaan itu, mata Eleanor Jorge berkedip gelisah, mengonfirmasi kecurigaan Ryan. "Ibu," Ryan menekan, "Ibu tahu seberapa kuat aku sekarang. Daripada memohon bantuan Keluarga Jorge, mengapa kita tidak mengandalkan kekuatan sendiri? Katakan padaku, ke mana Ayah pergi?" Eleanor Jorge mengepalkan tangannya erat-erat hingga be
Tawa dingin menggema dari mulut Ryan. Bayangan pepohonan membuat wajahnya tak terbaca. "Hanya ada tiga hal yang ingin kukatakan," ujar Ryan tenang. "Pertama, aku tidak peduli menjadi bagian dari Keluarga Jorge!" "Kedua, jika kau ingin melanjutkan masalah ini, aku siap menunggu kapanpun." "Ketiga, dalam sebulan akan kutunjukkan seperti apa keberadaan Keluarga Pendragon yang sebenarnya!" "Bu, ayo pergi." Ryan menarik tangan Eleanor Jorge dan keduanya menghilang ke dalam formasi, meninggalkan anggota Keluarga Jorge yang masih membeku ketakutan. Wajah Kepala Keluarga Jorge menjadi gelap. Rahangnya mengeras menahan amarah yang membuncah. Dia telah memberikan jalan keluar kepada Ryan dan Eleanor Jorge, namun anak ini sama sekali tidak menghiraukan ranting zaitunnya. "Anak ini... benar-benar ingin membentuk Keluarga Pendragon menjadi semacam faksi? Hanya mereka berdua?" gumamnya dengan nada mencemooh. Teruslah bermimpi! Kepala Keluarga Jorge mendengus dalam hati. Fondasi dan k
TRANG! Pedang Suci Caliburn terlempar dari genggaman Ryan! Mata Xin Jorge dan wanita tua berbinar penuh kemenangan. Tanpa ragu mereka melancarkan serangan mematikan ke leher dan jantung Ryan! 'Ryan akan mati!' Jackson Jorge panik hendak membantu namun ditahan seorang tetua di samping Kepala Keluarga Jorge. "Tuan Muda, jangan ikut campur." "Ayah!" Jackson Jorge menatap marah. "Kau menggunakan dua praktisi senior melawan Ryan sendirian. Itu terlalu hina! Tidakkah kau lihat betapa berharganya Ryan sekarang? Membunuhnya adalah kerugian besar bagi Keluarga Jorge!" Mata Kepala Keluarga Jorge menyipit. Tentu dia menyadari alasan di balik ucapan putranya. Namun sebelum sempat menghentikan pertarungan, sebuah raungan menggetarkan area itu. "Pedang Suci Caliburn, KEMARI!" Pedang Ryan melesat kembali ke tangannya. Seketika aura Ryan berubah total. Dia bahkan memejamkan mata dengan tenang. Xin Jorge dan wanita tua merasakan firasat buruk namun tetap meneruskan serangan. Pedang mere
Jackson Jorge tak bisa membantu Ryan lagi. Dalam hati dia tahu Ryan mungkin tak akan bertahan hidup lebih lama. Meski mengalir darah Keluarga Jorge, Ayahnya tak akan ragu membunuhnya. Ikatan keluarga tak ada artinya dibanding perkembangan dan reputasi Keluarga Jorge. Sewaktu muda, Ayahnya itu telah membunuh banyak praktisi tingkat atas dan terkenal di seluruh dunia. Begitu kejamnya hingga tak akan mengampuni anaknya sendiri, apalagi Ryan–Cucunya yang dianggap noda terbesar dalam hidupnya. Tatapan Kepala Keluarga Jorge beralih ke Ryan. "Kau seharusnya tidak membunuh Ferdinand. Kau benar-benar tidak seharusnya melakukan itu." "Bajingan, meski aku tak tahu dari mana kau mempelajari teknik-teknik ini, itu tak penting bagiku. Tidak ada yang berani menentangku. Mereka yang melakukannya akan mati, dan kau akan menyusul mereka." Ryan mendengus dingin dan melemparkan kepala Ferdinand Jorge ke kaki Kepala Keluarga Jorge. Suaranya mengandung kebencian mendalam. "Tidak seorangpun bole